Kejadian yang tidak terduga, seorang agen rahasia yang baru menyelesaikan misi nya.
Namun dia dijebak oleh rekannya sendiri yang memang ingin menyingkirkan dirinya. Sehingga dia harus tidur bersama seorang pria asing.
Olivia namanya, sebagai agen rahasia yang selalu sukses dalam menjalankan misinya. Namun hal itu menimbulkan kecemburuan pada rekannya sendiri.
Sehingga Olivia harus melahirkan tiga anak kembar yang super jenius. Dan mereka pun mengasingkan diri di sebuah desa. Delapan tahun kemudian, mereka kembali ke kota.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi semata. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Seluruh cerita di dalamnya hanya imajinasi penulisnya semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
"Halo bos, kami sudah membuntuti Olivia. Dia bersama seorang pria dan tiga anak kecil," kata salah satu anak buah Mister Black melaporkan.
"Bagus, tangkap anak itu untuk dijadikan umpan," kata Mister Black.
"Siap bos!"
Kemudian anak buah Mister Black menutup teleponnya. Mereka tetap mengawasi Olivia dari kejauhan.
Olivia sudah menyadari jika mereka diawasi. Bahkan Dewa juga merasakan jika mereka sedang diawasi.
Namun, baik Dewa maupun Olivia tetap bersikap biasa saja. Seolah mereka tidak mengetahui semuanya.
Dewa mengajak mereka masuk setelah mendapatkan tiket. Saat di dalam, triple A bukan main senangnya.
Olivia dan Dewa tersenyum. Keduanya saling pandang melihat keceriaan triple A. Dewa dan Olivia mengikuti mereka sambil mengawasi mereka.
"Mau main apa?" tanya Dewa pada triple A.
"Main itu." Arjun menunjuk sebuah permainan menembak balon.
"Cih dasar anak kecil, itu hadiahnya hanya boneka," kata Arden.
"Boneka itu untuk anak perempuan," kata Archer menimpali.
"Sudah, sudah jangan debat. Jika kalian berdua ingin permainan yang lain, silakan saja," kata Olivia.
"Emang boleh Pa?" tanya Archer.
"Boleh dong, tapi jangan jauh-jauh dari mama dan papa," jawab Dewa.
Arden dan Archer pun memainkan permainan lain. Dewa pun mengawasi keduanya. Sedangkan Arjun diawasi oleh Olivia.
"Arden, kamu berani nggak?" tanya Archer.
"Anak kecil yang penakut," jawab Arden.
Mereka pun naik wahana komidi putar. Dewa hanya memperhatikan kedua anaknya yang tampak bahagia.
Sementara Arjun bermain tembak balon. Awalnya Arjun diremehkan oleh pemilik permainan.
Tapi setelah Arjun menembak dan berhasil memecahkan banyak balon. Pemilik permainan pun kagum.
Arjun Akhirnya berhasil mendapatkan banyak boneka. Namun tidak ada satupun yang diambil olehnya.
"Aku tidak mengharapkan hadiahnya, Paman," kata Arjun.
Pria itu tercengang. Tapi beberapa detik kemudian, pria itu pun tersenyum. Baru kali ini dia bertemu anak kecil yang tidak mengharapkan hadiahnya.
Biasanya pengunjung lain akan antusias untuk mendapatkan hadiahnya. Pria itu pun mengucapkan terima kasih.
"Ibu sangat beruntung memiliki anak yang sangat baik," kata pria itu.
"Terima kasih Pak, mungkin karena anakku laki-laki, jadi tidak doyan boneka," kata Olivia. Kemudian Olivia dan Arjun pun menghampiri Dewa.
Anak buah Mister Black mengikuti mereka hingga ke dalam. Mereka menunggu waktu yang tepat untuk menangkap triple A.
Karena menurut mereka, anak itu adalah kelemahan bagi Olivia. Dengan demikian, mereka bisa mengancam Olivia kalau mereka berhasil menangkap triple A.
"Tidak dapat hadiah?" tanya Dewa saat melihat Arjun tidak membawa apa-apa.
"Dia tidak mau dan mengembalikannya lagi kepemilikannya," jawab Olivia.
Dewa hanya tersenyum lalu mengelus kepala Arjun. Tidak berapa lama Arden dan Archer pun turun dari permainan komidi putar.
"Bagaimana? Senang bermainnya?" tanya Olivia.
"Senang banget," jawab Arden dan Archer bersamaan.
Hari sudah malam ketika ini. Tapi mereka masih ingin bermain-main di tempat ini. Walaupun mereka jenius, tapi sifat kekanak-kanakan nya tetap ada.
Apalagi mereka hidup di desa. Jarak bermain permainan seperti ini. Sekarang mereka bisa menikmati permainan bersama keluarga.
Semakin membuat triple A bahagia karenanya. Dewa pun mengajak mereka ke tempat permainan yang lain.
"Kamu bawa senjata?" tanya Dewa pada Olivia sambil berbisik.
"Bawa, musuhku banyak, jadi bawa senjata untuk sekedar berjaga-jaga," jawab Olivia.
Triple A sedikit menjauh dari Dewa dan Olivia. Dewa dan Olivia yang khawatir pun meminta mereka untuk tidak terlalu jauh dari mereka.
"Ada yang mencurigakan," kata Arden berbisik kepada Archer dan Arjun.
"Hmm, aku sudah sejak tadi merasakannya. Sepertinya mereka sedang mengincar kita," balas Archer berbisik pula.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Arjun.
"Tetap tenang, bersikap seperti biasa seolah tidak mengetahuinya agar mereka tidak curiga," jawab Arden.
Mereka sudah punya persiapan senjata rahasia ciptaan mereka. Jadi bila keadaan terdesak, mereka bisa menggunakannya untuk meloloskan diri dari musuh.
Olivia juga sudah mengajarkan banyak hal kepada mereka. Sebagai anak-anak jenius, mereka dengan mudah mempelajarinya.
"Anak-anak, jangan terlalu jauh-jauh," kata Dewa.
"Iya Pa," sahut triple A serentak.
Mereka tidak memberitahu kecurigaan mereka pada orang yang memperhatikannya. Mereka tidak ingin kedua orang tuanya terlalu mencemaskan mereka.
"Bahaya ada di mana-mana, jadi kalian harus tetap waspada," kata Olivia.
Triple A pun mengangguk. Mereka tetap waspada terhadap sekitar. Bisa saja orang yang terlihat baik, tapi punya maksud yang tidak baik terhadap mereka.
"Pa aku lapar," kata Arjun.
"Kalau begitu kita cari makanan," kata Dewa.
Mereka pun keluar dari taman permainan. Mereka akan mencari tempat makan. Dewa dan Olivia memperhatikan sekitar. Anak buah Mister Black masih mengikuti mereka.
"Makan di mana?" tanya Dewa.
"Di warung pinggir jalan saja, Pa," jawab Arden.
"Jangan, itu tidak higienis untuk kalian," kata Dewa.
"Pa, kalau di restoran mewah pemiliknya sudah pasti orang kaya. Kalau kita makan di restoran mewah, maka secara tidak langsung kita akan memperkaya orang kaya," ucap Arden.
"Benar Pa, kalau kita makan di warung pinggir jalan, kita bisa membantu perekonomian keluarga mereka," kata Archer menimpali.
"Siapa tahu mereka yang pemilik warung pinggir jalan dalam kesulitan ekonomi. Dengan membeli dagangannya, secara tidak langsung kita membantu meringankan kesulitan mereka," kata Arjun menyela.
Dewa terdiam mendengar ucapan anak-anaknya. Apa yang dikatakan oleh triple A ada benarnya.
"Maafkan Papa, Papa tidak kepikiran ke situ," ucap Dewa.
"Mereka terbiasa hidup di desa, maafkan mereka karena belum terbiasa makan makanan di restoran mewah," kata Olivia.
"Mereka benar, pemilik restoran mewah memang orang kaya," ujar Dewa.
Akhirnya Dewa pun tidak jadi untuk pergi ke restoran mewah. Dewa pun mencari tempat makan yang sederhana saja.
Tiba di sebuah rumah makan pinggir jalan, tapi pengunjungnya cukup ramai. Dewa pun menghentikan mobilnya dan meminta mereka untuk turun.
Tapi triple A kembali menolak. Dewa tidak habis pikir dengan triple A. Lalu bertanya alasan mengapa mereka menolak?
"Cari tempat yang sedikit pembelinya. Selain tidak perlu antre, kita bisa membantu penjualnya," jawab Arden.
Lagi-lagi Dewa merasa tertampar dengan ucapan anak-anaknya. Mereka masih kecil, tapi pemikiran mereka sudah sangat dewasa.
Jujur, Dewa tidak pernah makan di warung pinggir jalan. Karena menurut mereka, makanan yang disajikan tidak higienis.
Namun, setelah mendengar ucapan ketiga anaknya. Dewa berubah pikiran tentang penilaian makanan pinggir jalan.
"Mereka masih mengikuti kita," bisik Olivia. Dewa hanya mengangguk. Tapi mereka tidak akan bertindak lebih dulu sebelum orang yang mengikuti mereka bertindak.
Sementara triple A tetap bersikap biasa saja. Walaupun mereka juga tahu kalau sedang diikuti.
Akhirnya mereka pun tiba di sebuah warung makan yang lain. Pengunjungnya memang tidak terlalu ramai.