NovelToon NovelToon
Bringing Back My Ex Wife

Bringing Back My Ex Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Single Mom / Anak Genius / Dokter / Mantan
Popularitas:300.3k
Nilai: 5
Nama Author: moon

WARNING❗

CERITA INI BUAT YANG MAU-MAU SAJA.

TIDAK WAJIB BACA JUGA BILA TAK SUKA.

⚠️⚠️⚠️

Setelah hampir satu tahun menjalani pernikahan, Leon baru tahu jika selama ini sang istri tak pernah menginginkan hadirnya anak diantara mereka.

Pilihan Agnes untuk childfree membuat hubungannya dengan sang suami semakin renggang dari hari ke hari.

Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Debby, sahabat Leon yang sekian lama menaruh rasa yang tak biasa pada Leon.

Badai perpisahan pun tak bisa mereka hindari.

Tapi, bagaimana jika beberapa tahun kemudian, semesta membuat mereka kembali berada di bawah langit yang sama?

Bagaimana reaksi Leon ketika tahu bahwa setelah berpisah dari istrinya, Leon tak hanya bergelar duda, tapi juga seorang ayah?

Sementara keadaan tak lagi sama seperti dulu.

"Tega kamu menyembunyikan keberadaan anakku, Nes." -Leonardo Alexander-

"Aku tak pernah bermaksud menyembunyikannya, tapi ... " -Leony Agnes-

"Mom, where's my dad?" -Alvaro Xzander-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Child Free

#01

Kedua tangan Leon gemetar ketika menemukan benda yang tanpa sengaja jatuh dari tas milik Agnes. Refleknya sebagai dokter langsung bekerja, ia membaca label dalam kemasan botol obat tersebut, dan akhirnya ia menemukan jawabannya. 

Isi di dalam botol itu ternyata pil pencegah kehamilan, sejak kapan? Kenapa? Dan apa alasannya? 

Leon pikir ia sudah mengenal istrinya di 8 bulan pernikahan mereka saat ini, tapi ternyata ini hal paling luar biasa yang ia temukan sepanjang perjalanannya menjadi suami dari wanita bernama Leony Agnes. 

Tak lama kemudian Leon mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, dan melihat sang istri keluar dari sana dengan tubuh memakai bathrobe dan handuk yang membungkus rambutnya yang masih basah. 

Dari pantulan cermin, Leon melihat Agnes tengah mencari-cari sesuatu di dalam tasnya, Leon diam dan menunggu apakah Agnes akan bertanya padanya, atau tidak. Tapi bibir Leon terlanjur gatal, jadi ia yang bertanya lebih dahulu. 

“Apa yang kamu cari?” 

Agnes mendongak dengan senyum tipis, “Bukan hal penting, lupakan saja,” jawabnya. 

Kemudian Agnes duduk di depan meja rias membuka laci tempat ia menyimpan hair dryer. “Ayo, cepat! Aku ada janji bertemu Chef Vinka.” 

“Aku tanya sekali lagi, Yang. Apa yang kamu cari?” 

Leon kembali bertanya dengan wajah datar nan dingin. 

Agnes sengajai mengabaikan sang suami, ia mulai menyalakan mesin hair dryer, agar bisa segera mengeringkan rambutnya. Namun, Leon justru menarik kabel benda tersebut, hingga mesin hair dryer mati seketika. 

“Leon! Tadi kamu sengaja mengulur waktuku, sekarang justru menghambat, maksud kamu apa?” 

“Apa benda ini yang kamu cari?”

Wajah Agnes pucat, namun dengan cepat ia menguasai diri. “K-kamu, dapat dari mana benda ini? Kenapa ka—”

“Jawab saja pertanyaanku! Apa benar itu yang kamu cari?!” 

Leon kembali menegaskan pertanyaannya, menuntut jawaban yang bahkan Leon takut jika mendengarnya. 

“Iya.”

“Kenapa kamu memilikinya?”

“Sudah sangat jelas, untuk mencegah kehamilan.” 

Leon tergugu di tempatnya, tak menyangka jawaban itu meluncur dari mulut istrinya. Leon adalah anak bungsu, dan ia adalah sosok yang kesepian saat masih kanak-kanak, hingga ia sangat mendambakan untuk segera memiliki anak jika sudah berumah tangga. 

Tapi kenyataan ini tak sesuai dengan fakta yang ia harapkan, “Kenapa harus dicegah? Sementara aku sangat berharap akan hadirnya anak diantara kita?” tanya Leon dengan wajah dan bibir bergetar. 

“Aku tak menginginkan kehadiran seorang  anak, maaf.” 

“Harusnya kamu mengatakan padaku sedari awal!” 

“Sudah berusaha ku lakukan! Tapi kamu tak mau mendengarku, kamu buru-buru memutuskan pernikahan kita, padahal kita baru mulai berpacaran. Jadi jelas ini salahmu!” tuding Agnes. 

“Apa? Salahku?”

“Iya.”

Di tengah suasana tegang yang kian memanas, Leon tertawa sumbang, padahal mereka tertawa mesra ketika satu jam lalu berpadu mesra di atas pembaringan kamar tersebut. 

“Pernikahan terjadi bukan hanya karena insting alami manusia untuk pemenuhan hasrat di tempat yang seharusnya. Namun, lebih daripada itu, tujuan utama pernikahan adalah melahirkan generasi penerus, agar kehidupan manusia di alam semesta terus berjalan.”

Benar apa yang Leon katakan, tapi itu tak berlaku bagi Agnes yang sejak kecil mengalami trauma berat dengan pernikahan orang tuanya. Ia terlahir dari pasangan yang sudah menikah, tapi entah mengapa, hingga detik ini, Papanya tak pernah mengakui dirinya sebagai anak kandung. 

Agnes tumbuh besar hanya diasuh Mamanya, sementara Papanya sudah kembali menikah dengan janda beranak 1, yang sungguh sangat disayangi oleh Papa Hendrik, ayah kandung Agnes. 

“Tapi hal itu tak berlaku untukku, aku tetap tak menginginkan anak.” 

Dengan wajah dingin, dan luka masa lalu yang belum tahu kapan bisa disembuhkan, Agnes kembali menegaskan jawabannya. 

“Apa alasanmu?” 

Agnes membuang pandangannya keluar jendela, salju tipis mulai turun, dan sekarang sudah sangat terlambat untuk bertemu dengan salah seorang instrukturnya dari akademi. 

“Kamu tahu, kan? Aku adalah anak yang tak diakui oleh papa kandungku sendiri. Hingga Mamaku di campakkan, kemudian pria itu kembali menikah dengan janda beranak satu, yang ia sayangi seperti anak kandung.”

“Aku tak ingin jika kelak aku terlanjur hamil, suamiku tak mau mengakui anakku. Dan yang terburuk ia akan membuang kami dengan alasan yang sama seperti Papaku dahulu.” 

Leon kembali tertawa miris, ia menghampiri Agnes, memegang kedua lengan wanita itu dengan lembut. 

“Itu tak akan terjadi, I promise.” 

“Butuh waktu lama untuk hatiku bisa menerima dengan mudah alasan bagi pasangan menikah yang mengharuskan ada anak diantara mereka,” ungkap Agnes dengan perasaan enggan. 

Leon melihat, Agnes yang selama ini ia kenal ceria dan mandiri, ternyata menyimpan begitu banyak luka di dalam sorot matanya. 

“Do you love me?”

“Yes, I love you,” jawab Leony yakin. 

“Me too, I love you more. But please, give me one baby, I will love it with all my heart," pinta Leon, suaranya datar dan sangat lembut, mencoba menyelami hati sang istri agar mau mengubah pendiriannya. 

Agnes melihat kesungguhan dalam sorot mata itu, namun, tentu saja belum cukup bisa untuk melunturkan kebekuan hatinya. Kemudian wanita itu menepis kedua tangan Leon, “Maaf.”

“Kamu akan menyesal, kelak.” 

“Aku pastikan, itu tak akan terjadi.”

Dinginnya cuaca di luar apartemen, tak sedingin suasana di dalam ruangan tersebut, keduanya saling menatap dalam bisu, dua ego yang tak bisa menyatu, seperti dua koin yang berlawanan. 

Leon mengangkat kedua tangannya tanpa berucap sepatah kata pun lagi, pria itu ke ruang ganti, keluar sudah rapi, tinggal memakai mantel yang digantung di lemari dekat pintu masuk. 

Leon berlalu pergi tanpa permisi. Namun, sebelum pintu tertutup kembali, Leon berkata. “Aku mencintaimu, karena itulah aku sangat berharap memiliki anak bersamamu. Tapi, bila mana kamu tetap tidak berubah pikiran—”

“Lepaskan saja aku, kamu bisa menikah lagi dengan wanita lain.”

Leon menoleh cepat, tak menyangka bila Agnes akan berkata sekejam itu padanya. Bagaimana bisa ia menikahi wanita lain hanya demi anak? Tentu Leon tak akan segila itu. 

“Pikirkan lagi keinginanmu, cukup lihat cintaku, jangan hanya luka masa lalumu. Karena kelak aku yang akan berada di sisimu hingga sisa usia kita habis.”

“Di keluargaku, pantang ada perceraian, jika itu terjadi pastilah karena masalahnya sangat krusial.”

Leon pun melanjutkan langkahnya, dan Leony hanya bisa menatap pintu yang telah tertutup. 

Air matanya berderai, “Ini semua karenamu, Pa.” 

Batin Agnes menjerit pilu, teringat ketika dengan kejam ibu tirinya mengusir dirinya yang kala itu datang hanya demi meminta uang pada sang papa untuk membayar biaya ujian praktek. Tapi ia diusir seperti lalat menjijikkan, masih pula ditambah makian, seolah dirinya memang tak layak hidup di dunia ini. 

Di sela tangisannya, tiba-tiba ponsel Agnes berdering… 

###

Semoga suka 🙏

1
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
digampar aja duo kuntilanak dan sunderoblong..pelakor kere Munggah bale👹👺😈👻
74 Jameela
dibw ke Lokalisasi biar lebih lihay melacur..kn dia menggatal kaak brgkali di t4 itu bs ktmu lawan yg tangguh..bs berimbang..haaah haaahhh😄
Sunaryati
Kapan dua uler keket jelmaan iblish itu dapat karma, kok masih baik- baik saja.
Sh
kurang...bisa ular medusa semprot yang banyak
Pujierde
di karungin trus lempar ke rawa" biar di mkn sama buaya"
aaaahhhh akhirnya kebagian juga menunggu up semoga gak lama coz pengen liat amukan ci nenex cihil kuyang melihat kebahagiaan agnes dan mama wina serta calonnya om rifky
Pujierde
diih narsisnya tetep aja di tampilkan dacal gen gerald 😀😀
Bunda Idza
penasaran visual uler demit 😂😂😂
moon: belom nyari visual udah mules duluan 😤
total 1 replies
Pujierde
lebay lo put
Pujierde
iiiiihhhh gigi onty sampai catit gala-gala mayla ney geregetan geumuuuuuush 🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗
Pujierde
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 bodel....bodel...bisa ae
Pujierde
ontu tanen dilimu mayla bodel kecayangankuh 🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Pujierde
maafkan papamu nez berat memang tp dengan memaafkan membuat hati kamu jadi tenang
Pujierde
didikan emaknya jadi anaknya gak jauh beda
Pujierde
semoga ada yang menolong debby jika ada yang berbuat jahat, wlo debby jahat kepada leon dan agnes tapi jahat tidak seperti selengkinya papa agnes
Pujierde
akhirnya......jodoh mama wina datang
Pujierde
jangan deb takutnya kamu di perlakukan tidak baik
Patrick Khan
wahhh pasti jingkrak2 uler itu..tau leon suaminya agnes..siap siap menyusun rencana si uler😁
Pujierde
oh iya sempet mikir di bab berapa ya yg ada nama gendis berharap rama nikah sama gendis semoga ada gendis msh single
Pujierde
😭😭😭😭😭😭
Pujierde
akhirnya sah btw namanya orang tua mereka mirip dewanto dan darmanto
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!