Dunia Yumna tiba-tiba berubah ketika sebuah video syur seorang wanita yang wajahnya mirip dengan dirinya sedang bercinta dengan pria tampan, di putar di layar lebar pada hari pernikahan.
Azriel menuduh Yumna sudah menjual dirinya kepada pria lain, lalu menjatuhkan talak beberapa saat setelah mengucapkan ijab qobul.
Terusir dari kampung halamannya, Yumna pun pergi merantau ke ibukota dan bekerja sebagai office girl di sebuah perusahaan penyiaran televisi swasta.
Suatu hari di tempat Yumna bekerja, kedatangan pegawai baru—Arundaru—yang wajahnya mirip dengan pria yang ada pada video syur bersama Yumna.
Kehidupan Yumna di tempat kerja terusik ketika Azriel juga bekerja di sana sebagai HRD baru dan ingin kembali menjalin hubungan asmara dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Arundaru melangkah masuk ke rumah besar itu dengan cara yang santai, menendang pelan sepatunya sambil menghela napas panjang. Aroma wangi kayu cendana dari ruang tamu menyeruak, membuat rumah megah itu terasa lebih hangat dari biasanya. Rambutnya yang sedikit lembap tersapu angin pendingin ruangan ketika dia mendongak, menatap chandelier yang berkilau.
Baru satu langkah kakinya menjejak anak tangga pertama, suara lembut tapi tegas menghentikannya.
“Arundaru, Kakek mencarimu. Katanya, kalau kamu pulang disuruh menemui di kamar,” ucap Nenek Gendis sambil melipat tangan di dada.
Arundaru menoleh cepat, lalu tersenyum lebar seperti anak kecil yang tertangkap basah mencuri kue.
“Oke, Nenekku sayang!” katanya ceria. Dia merunduk sedikit, mencium pipi sang nenek. Gesturnya lembut, sesuatu yang jarang muncul dari dirinya. “Aku mandi dulu, ya.”
Tanpa menunggu jawaban, dia menaiki tangga sambil bersenandung kecil. Nada falsnya menggema di dinding marmer.
Nenek Gendis terpaku. Alisnya terangkat tinggi.
“Arundaru bernyanyi?” gumamnya setengah tidak percaya, memiringkan kepala seolah butuh bukti tambahan. “Apa tidak salah dengar tadi?”
Sudah bertahun-tahun ia tidak melihat cucunya sebahagia itu. Biasanya Arundaru pulang dengan wajah letih, dingin, dan bicara seperlunya. Akan tetapi, hari ini lain sekali.
“Aku harus kasih tahu Rama,” ucapnya, tergopoh ke kamar tidur.
Di kamar, Kakek Rama sedang membaca majalah bisnis ketika pintu terbuka.
“Pak, tahu tidak apa yang dilakukan Arundaru?” tanya Nenek Gendis sambil duduk di tepi ranjang.
Kakek Rama menurunkan majalah perlahan. “Kenapa lagi bocah itu?”
“Arundaru bernyanyi!” kata Nenek Gendis penuh antusias, matanya berbinar. “Dia kelihatan bahagia. Apa dia lagi jatuh cinta sama seseorang, ya?”
“Hah?! Yang benar, Bu?” Kakek Rama sampai duduk tegak.
“Iya. Nanti tanya saja. Tapi jangan dipaksa, ya. Ibu tidak mau dia kabur lagi,” ucap Nenek Gendis, suaranya meredup memikirkan kebiasaan cucunya itu. Pernah pergi seminggu hanya karena tidak mau di kenalkan pada seorang wanita dari keluarga teman mereka.
Kakek Rama menghela napas panjang. “Dia itu sudah mau tiga puluh tahun, tapi kelakuannya masih kayak anak kecil. Itu akibat terlalu dimanja.”
Nenek Gendis tersenyum tipis. “Ya mau bagaimana, Pak. Dia satu-satunya keturunan kita. Rengganis tidak bisa punya anak lagi, dan Dewandaru tidak mempermasalahkan cuma punya anak satu.”
Ada gurat kehilangan di wajah beliau, kenangan tiga anak lain yang meninggal dalam kandungan. Rahim Rengganis memang lemah dan ketika hamil pun harus istirahat total. Namun, wanita itu tidak bisa berdiam diri, badannya selalu bergerak ke sana kemari.
Kakek Rama menghubungi orang kepercayaannya. Dia ingin tahu apa saja yang dilakukan oleh Arundaru belakangan ini. Lalu, siapa wanita yang sedang dekat dengan sang cucu.
“Kirimkan resume tentang wanita itu sekarang juga!” pinta Kakek Rama sebelum menutup panggilannya.
Setengah jam kemudian, setelah mandi dan mengganti pakaian, Arundaru mengetuk pintu kamar kakeknya.
“Masuk,” jawab suara berat dari dalam.
Arundaru membuka pintu dan berjalan dengan langkah lebar, menyeret kursi dekat jendela lalu duduk santai.
“Ada apa, Kek?” tanyanya sambil mengangkat satu alis.
Kakek Rama menatapnya lama. “Bagaimana hasil pengamatan dan penyelidikan kamu di kantor?”
Arundaru mengembuskan napas. Wajahnya kembali serius. “Ternyata rumor itu benar. Penyiar berita utama memang harus melobi. Banyak yang bayar supaya bisa masuk program berita utama atau memiliki program khusus untuknya,” jawab Arundaru yang sengaja menjadi karyawan biasa di kantor ADTV. Dengan mendengar gosip-gosip karyawan dan bebas dari kaum penjilat agar diberi jabatan khusus.
Dia mencondongkan tubuh, suaranya direndahkan.
“Biasanya mereka bayarnya tunai. Kadang lewat orang dalam. Kayaknya biar tidak ketahuan saat cek mutasi rekening.”
Kakek Rama menggeleng pelan, rahangnya mengeras. “Sudah kuduga.”
Awalnya Kakek Rama tidak sengaja mendengar pembicaraan beberapa orang penyiar berita yang ingin protes, tetapi tidak akan didengar karena produser progam punya anak emas, walau orang itu tidak begitu cakap dalam membawakan sebuah acara debat politik.
Arundaru yang kelak akan meneruskan perusahaan keluarga, diminta untuk menyelidiki beberapa kejanggalan yang terjadi di ADTV.
Arundaru melanjutkan, “Aku juga dengar kepala HRD bermasalah. Dia menerima uang dari calon karyawan. Transaksi sulit dilacak, karena semua cash.”
Tatapan Kakek Rama memanas. “Bagaimana perusahaan mau maju kalau petingginya makan uang haram?”
“Aku akan cari bukti kuat,” janji Arundaru, berdiri sambil menepuk celananya. “Biar mereka bisa langsung dipecat.”
Arundaru pun berdiri dari tempat duduknya. Dia teringat mau melacak jejak digital Zakia. Dia berjalan menuju pintu, namun langkahnya terhenti saat kakeknya kembali memanggilnya.
Sebelum dia bicara, Kakek Rama memanggilnya lagi. “O, iya.”
Arundaru menoleh, keningnya mengerut. “Ada apa lagi, Kek?”
Kakek Rama menyipitkan mata. “Tadi Kakek dapat laporan kalau kamu pergi sama seorang wanita. Siapa dia?”
Arundaru langsung menelan ludah. Dada kirinya terasa ditusuk rasa gugup. Hanya Yumna yang dia temui hari ini dan entah kenapa dia tidak siap membicarakan itu.
Modus mas Arun moduusss 😂😂😂
semoga keluarga Arun bisa menerima Yumna