Che Tian, seorang Saint terkuat di alam dewa, kecewa ketika kekasihnya, Yuechan, direbut oleh Taiqing, penguasa alam dewa yang dipilih oleh Leluhur Dao. Merasa dihina, Che Tian menantang Taiqing dan dihukum, diturunkan ke bumi untuk mencari kekuatan yang lebih besar. Dengan senjata sakti, Mandala Yin Yang dan Kipas Yin Yang, Che Tian membangun kekuatan baru dan mengumpulkan murid-murid yang setia. Dalam perjalanannya, ia menghadapi pengkhianatan dan rahasia alam semesta, sambil memilih apakah akan membalas dendam atau membawa keseimbangan yang lebih besar bagi dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tian Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Keseimbangan Yin dan Yang
Feng Lian merasakan tubuhnya memanas, sedangkan Che Tian justru merasakan hawa dingin yang menusuk tulangnya. Energi Yin dan Yang dalam tubuh mereka semakin tak terkendali.
"Ghh... tubuhku terasa terbakar..." Feng Lian menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Di sisi lain, Che Tian bergetar, tubuhnya terasa kaku seolah-olah membeku dari dalam. Terlalu banyak energi Yang dalam dirinya membuat tubuhnya tidak bisa bergerak bebas.
"Sial, jika ini terus berlanjut, tubuh kita bisa hancur!"
Mereka berdua saling menatap, wajah mereka sama-sama memerah—bukan karena rasa malu, tapi karena tekanan energi yang semakin tidak terkendali.
Feng Lian menggenggam tangannya erat, tubuhnya bergetar hebat. Dia tahu apa yang harus dilakukan untuk menyeimbangkan energi Yin dan Yang ini, tapi…
"Tidak... ini tidak mungkin..." Feng Lian menggeleng, menolak realitas yang ada.
Namun, tubuhnya semakin panas. Nafasnya memburu, keringat dingin menetes di dahinya. Jika ini terus berlanjut, energinya bisa mengamuk dan menghancurkan tubuhnya dari dalam!
Che Tian juga tidak dalam kondisi lebih baik.
Tulang-tulangnya terasa seperti membeku, jantungnya berdetak semakin lemah. Jika tidak segera menyeimbangkan energi ini, kemungkinan besar mereka berdua akan mati di tempat ini.
Phoenix yang menghilang sebelumnya tiba-tiba berbicara lagi, suaranya bergema di ruangan itu.
"Hahaha, kalian masih bertahan? Aku sudah bilang, energi Yin dan Yang harus diseimbangkan. Kalau tidak, tubuh kalian akan hancur dari dalam!"
Feng Lian menggigit bibirnya, wajahnya merah padam.
"Tidak ada cara lain?" Ia bertanya dengan suara bergetar.
Phoenix itu tertawa lagi.
"Tentu ada. Tapi... aku ragu kalian bisa melakukannya dalam waktu singkat."
Che Tian mengerutkan kening. "Apa caranya?"
"Cara pertama, kalian harus menyalurkan energi Yin dan Yang secara perlahan, tapi itu butuh waktu yang sangat lama. Cara kedua... kalian harus menyatukan energi kalian dengan cepat, dengan metode yang lebih… ‘intim’.”
Feng Lian terkejut setelah mendengar perkataan Phoenix itu.Tubuh Feng Lian bergetar hebat, matanya berkabut, dan napasnya tersengal. Energi Yin yang berlebih dalam dirinya bergejolak seperti lautan yang tak terkendali, sementara energi Yang dalam tubuh Che Tian bagaikan matahari yang terus membakar. Dua kekuatan yang seharusnya saling melengkapi kini berbenturan, menuntut keseimbangan yang hanya bisa dicapai dengan satu cara.
Feng Lian menatap Che Tian dengan mata penuh gejolak. "Aku..." Suaranya gemetar, tetapi sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya, tubuhnya kembali diselimuti gelombang energi Yin yang luar biasa, membuatnya limbung dan hampir jatuh.
Che Tian dengan sigap menangkapnya, tangan kuatnya melingkari pinggang Feng Lian. Sentuhan itu membuat tubuh Feng Lian menegang seketika, bukan karena takut, tetapi karena aliran energi yang semakin liar di dalam tubuhnya.
"Tenang," bisik Che Tian di telinganya, suaranya berat dan dalam.
Feng Lian menggeleng lemah, "Aku tidak bisa... ini terlalu kuat..."
Dia menggigit bibirnya, mencoba menahan gejolak dalam dirinya, tetapi semakin ditahan, semakin kuat dorongan itu. Che Tian pun mengalami hal yang sama—energi Yang di dalam tubuhnya seolah terbakar, menuntut pelepasan. Setiap serat ototnya menegang, menahan desakan energi yang semakin menggila.
Phoenix yang mengamati dari kejauhan tertawa kecil. "Ah, betapa menyiksanya. Kenapa kalian masih ragu? Yin dan Yang ditakdirkan untuk menyatu..."
Feng Lian menoleh ke arah Phoenix dengan tatapan penuh amarah dan rasa malu. "Kau..." Namun sebelum dia bisa memprotes, sebuah gelombang energi Yin yang lebih kuat meledak dalam dirinya, membuatnya tak bisa berdiri tegak.
Che Tian mengencangkan genggamannya, memastikan Feng Lian tidak jatuh. Namun, tubuh mereka sekarang begitu dekat, hingga dia bisa merasakan napas Feng Lian di lehernya. Detak jantung mereka berpacu dengan ritme yang sama, seakan tubuh mereka mulai selaras dengan sendirinya.
Feng Lian ingin menjauh, ingin menolak, tetapi tubuhnya tidak lagi mendengarkan pikirannya. Matanya bertemu dengan mata Che Tian, dan di sana, dia melihat sesuatu yang berbeda—bukan hanya keinginan untuk menyelamatkan, tetapi juga sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang selama ini tersembunyi di balik sikap tenangnya.
Che Tian juga merasakan hal yang sama. Ini bukan sekadar proses penyatuan energi, tetapi juga sesuatu yang lebih besar, lebih dalam. Energi mereka bukan hanya bercampur, tetapi juga saling menyatu di tingkat yang lebih dalam—jiwa mereka perlahan mulai terhubung.
Phoenix tersenyum puas. "Akhirnya..."
Gelombang energi Yin dan Yang yang bercampur tiba-tiba menciptakan pusaran cahaya di sekitar mereka, membentuk simbol Yin-Yang raksasa di atas tanah. Che Tian dan Feng Lian terperangkap dalam kekuatan itu, dan dalam sekejap, kesadaran mereka terseret ke dalam dunia ilusi, tempat hanya ada mereka berdua, tanpa gangguan, tanpa jalan keluar.
Di dunia ini, hanya ada satu kebenaran—mereka harus menyatu, atau mereka akan binasa.
Tubuh Che Tian bergetar hebat, energi Yang di dalam dirinya mengamuk liar, seperti api yang membakar tanpa kendali. Feng Lian di sisi lain, tubuhnya dipenuhi energi Yin yang begitu dingin namun menggoda, menyebar ke seluruh nadinya dengan intensitas yang tak tertahankan.
Napasnya berat, keringat mengalir di pelipisnya. Feng Lian menggigit bibir, mencoba bertahan, namun getaran hebat dari energi dalam tubuhnya membuatnya hampir kehilangan kesadaran. Dia menatap Che Tian dengan mata yang bergetar, berisi campuran ketakutan dan perasaan yang tak bisa dijelaskan.
Phoenix yang menyaksikan dari kejauhan hanya terkekeh, lalu berkata dengan suara dalam, "Kalian hanya memiliki dua pilihan: menyalurkan energi satu sama lain atau membiarkan tubuh kalian meledak menjadi debu."
Feng Lian mengalihkan pandangannya, hatinya berdebar semakin kencang. “Tidak mungkin…” gumamnya, tubuhnya sudah hampir lemas.
Namun tubuhnya tak bisa berbohong. Dingin yang menyiksanya berubah menjadi gelombang panas yang terus meningkat, memenuhi setiap sudut tubuhnya. Dia berusaha menarik napas dalam-dalam, namun seolah-olah paru-parunya dipenuhi oleh es dan api sekaligus.
Che Tian merasakan hal yang sama. Energi di dalam tubuhnya semakin liar, mendesak, ingin dilepaskan. Kedua tangannya mengepal kuat, mencoba menahan, namun semakin lama, semakin tak tertahankan. Pandangannya tertuju pada Feng Lian, yang wajahnya kini merona merah, tubuhnya bergetar halus.
Suasana di dalam ruangan kuno itu begitu panas, bukan karena suhu, melainkan ketegangan yang membakar udara.
Che Tian melangkah maju, menatap Feng Lian dalam-dalam. Feng Lian menundukkan wajahnya, tubuhnya mengejang saat Che Tian perlahan meraih tangannya. Sentuhan itu seperti aliran listrik yang langsung menembus jantungnya.
"Aku tidak ingin memaksamu," suara Che Tian rendah dan serak, mengandung ketegasan yang tak bisa disangkal. "Tapi ini satu-satunya cara."
Feng Lian mengangkat wajahnya, matanya bertemu dengan mata Che Tian. Di balik gengsi dan rasa malunya, dia tahu bahwa ini bukan lagi soal kehendak mereka, melainkan takdir yang memaksa mereka untuk menyatu.
Energi di dalam tubuh mereka terus bergejolak, semakin liar, semakin panas.
Saat jarak di antara mereka semakin dekat, aliran Yin dan Yang mulai saling menarik, menciptakan gelombang energi yang mengguncang udara. Napas mereka semakin memburu.
Di detik itu, Feng Lian memejamkan matanya, menyerahkan dirinya pada keseimbangan yang harus mereka capai bersama.
Di dalam ruangan kuno itu, dua takdir yang berbeda akhirnya bersatu, membentuk keseimbangan sempurna antara Yin dan Yang.