NovelToon NovelToon
Kubuang Dirimu Sebelum Kau Madu Diriku

Kubuang Dirimu Sebelum Kau Madu Diriku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Janda / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Gresya Salsabila

Follow IG 👉 Salsabilagresya
Follow FB 👉 Gresya Salsabila

"Aku tidak bisa meninggalkan dia, tapi aku juga tidak mau berpisah denganmu. Aku mencintai kalian, aku ingin kita bertiga hidup bersama. Kau dan dia menjadi istriku."

Maurena Alexandra dihadapkan pada kenyataan pahit, suami yang sangat dicintai berkhianat dan menawarkan poligami. Lebih parahnya lagi, wanita yang akan menjadi madu adalah sahabatnya sendiri—Elsabila Zaqia.

Akan tetapi, Mauren bukan wanita lemah yang tunduk dengan cinta. Daripada poligami, dia lebih memilih membuang suami. Dia juga berjanji akan membuat dua pengkhianat itu merasakan sakit yang berkali lipat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tuan Andika

Sebelum memutuskan untuk membuka pintu mobil, Mauren menoleh sebentar ke arah Andika.

"Kamu sudah nggak pusing, kan?" tanyanya.

"Mmm, enggak, Bu. Saya___"

"Kalau begitu lindungi dirimu sendiri!" pungkas Mauren dengan tegas.

Sebelum Andika menyahut, Mauren sudah membuka kaca mobil. Dia menyapa preman itu dengan pura-pura ramah dan tenang.

"Ada apa ya, Pak?"

"Keluar!" bentak orang tersebut.

"Untuk apa? Tidak bisakah kita bicarakan dengan seperti ini saja?" Mauren memaksa senyum meski sebenarnya sangat gugup.

"Keluar!" Preman itu makin berang, dan salah seorang lagi malah datang menghampiri.

"Jika tidak bisa diperintah dengan cara halus, paksa saja!" ucap orang itu, yang lantas membuat Mauren makin menciut.

"Baik, saya akan keluar."

Dengan perasaan takut, Mauren membuka pintu dan melangkah turun. Tanpa sepengetahuan mereka, Mauren mengambil sesuatu dari dalam tas dan menyelipkannya di balik jas. Namun, tindakan Mauren tidak luput dari perhatian Andika. Lelaki itu tahu jelas apa yang dibawa Mauren—senjata api.

"Dia lebih hebat dari yang kuduga. Apa kira-kira akan sia-sia aku melakukan ini?" batin Andika.

Sementara itu, Mauren sudah keluar dan berdiri di depan preman dengan dagu yang terangkat. Meski takut dan gugup, Mauren berusaha keras menyembunyikannya. Dia tidak ingin menunjukkan perasaan itu kepada preman-preman yang mengganggu. Biarlah mereka mengira dirinya wanita pemberani, mana tahu mereka berpikir ulang dan urung mengusik.

"Sangat cantik dan___" Mata preman menilik Mauren dari ujung kaki hingga ujung kepala, "___jelas wanita kaya raya. Benar-benar rezeki nomplok," sambungnya.

"Lalu?" Mauren masih tersenyum meski kakinya nyaris tak berdaya.

"Serahkan uang dan perhiasanmu! Jika tidak ... maka pisau ini akan melubangi lehermu!" bentak preman itu sambil menodongkan pisau tepat ke leher Mauren.

Mauren diam sejenak sembari menenangkan pikiran agar tidak panik. Seseorang yang menodongkan pisau sudah memasang tampang garang, sementara tiga orang lainnya sudah mendekat dan mengelilingi Mauren.

Mauren melirik ke kanan dan ke kiri. Dia mencari celah untuk menggertak mereka. Setelah mendapatkan peluang, Mauren menyepak kejantanan lelaki yang memegang pisau. Cukup keras hingga lelaki itu terkejut dan terhuyung mundur. Mauren memanfaatkan kesempatan itu untuk melebarkan jarak dengan preman yang lain.

"Pergi atau peluru ini akan bersarang di jantung kalian!" bentak Mauren. Tangannya dengan cepat mengambil pistol yang tadi diselipkan di balik jas.

Sebenarnya, senjata itu sudah lama bersamanya, sejak ia masih berkecimpung di dunia hiburan. Dulu, Giorgino sendiri yang memberikannya. Menurut pria itu, kesialan bisa terjadi kapan saja, terlebih lagi Mauren tidak hanya berperan sebagai model dan desainer, tetapi juga menyandang gelar putri tunggal konglomerat. Terkadang banyak yang menyimpan dengki dan berniat mencelakai. Berbekal senjata itu, setidaknya Mauren punya pegangan untuk membela diri.

Sayangnya, Mauren malas berlatih, sehingga tidak bisa menggunakannya dengan baik. Sewaktu menjadi model, dia hanya mengandalkan bodyguard. Jadi, senjata api hanya dijadikan barang bawaan, bukan sesuatu yang diutamakan. Namun, sejak keluar dari dunia hiburan, Mauren tak pernah lagi ditemani bodyguard. Pikirnya, dunia bisnis tak sekeras dunia hiburan. Jadi, dia tenang-tenang saja meski ke mana-mana sendiri.

Kini, ketika menghadapi bahaya di depan mata, Mauren baru menyesal dan menyayangkan sikapnya yang tidak mau belajar sejak awal. Sekarang hanya bermodalkan nekat dia berpura-pura andal, demi menyelamatkan diri. Harapannya, semoga preman-preman itu tidak menyadari aktingnya.

"Kau jangan mengelabuhi kami! Kau pikir kami tidak pernah bermain-main dengan pistol? Cara memegangmu saja sudah keliru, masih mengancam akan membunuh! Heh, konyol sekali!"

Nyali Mauren makin menciut saat mendengar bentakan tersebut.

"Cepat serahkan uang dan perhiasanmu! Jika kau masih berbelit, maka nyawamu pun akan melayang!" Preman yang lain turut membentak.

"Jangan macam-macam! Aku bisa melawan kalian dan melaporkan tindakan ini ke polisi. Jika tidak ingin celaka, sebaiknya kalian cepat pergi!" teriak Mauren sambil melangkah mundur. Dia tidak bisa diam saja karena preman-preman itu melangkah ke arahnya.

"Aku akan___"

"Ayo adu kecepatan! Kita lihat peluru siapa yang lebih dulu menembus jantung!" Salah satu preman memotong ucapan Mauren sambil menodongkan pistol.

"Mereka juga punya senjata api. Oh, tidak! Aku harus bagaimana?" batin Mauren. Tubuhnya gemetaran dan lemas seketika. Jangankan untuk melawan, berdiri tetap tegak saja ia kesulitan.

"Jangan mengulur waktu, cepat serahkan uangmu!"

Mauren tak bisa berkutik ketika preman itu berhasil mencengkeram lengannya dan menodongkan pistol di keningnya. Sebisa mungkin Mauren mempertahankan pistolnya, tetapi hanya dalam hitungan detik sudah jatuh ke aspal.

"Lepaskan aku! Aku___"

"Makanya cepat serahkan hartamu!"

Karena tak ada pilihan lain, Mauren terpaksa melepas kalung kesayangannya. Namun, belum sempat preman itu merebutnya, tiba-tiba seorang lelaki sudah menendangnya dari belakang, hingga tubuhnya terpental dan terjerembab ke aspal.

Mauren membelalak tak percaya. Lelaki culun yang belum lama siuman, kini menghajar preman-preman itu dengan brutal. Gerakannya terlihat ngawur, tetapi cukup ampuh untuk melumpuhkan lawan.

Akan tetapi, kemenangan Andika tidak berlangsung lama. Ketika salah seorang berhasil memukul perutnya, Andika terjengkang dan tak bisa bangkit. Preman itu pun mendekatinya dan mencengkeram kerah kemejanya.

"Aku harus bertindak." Mauren membatin sambil menatap pistol yang tergeletak tak jauh darinya. Mumpung perhatian semua preman hanya pada Andika, Mauren bergegas mengambil senjata itu.

"Pergi kalian!" teriak Mauren seraya menarik pelatuk pistol.

Niat hati ingin melukai preman yang akan menghajar Andika, tetapi karena gugup dan tidak andal, pelurunya melenceng jauh dan hanya mengenai pagar pembatas. Kendati demikian, perhatian preman berhasil teralihkan, dan Andika ada kesempatan untuk melawan.

Pergulatan kembali terjadi antara Andika dan preman-preman itu, yang akhirnya dimenangkan oleh Andika. Para preman berhasil dipukul mundur dan kabur, hanya saja Andika juga mengalami banyak lebam. Bahkan, kacamata tebalnya pun ikut patah.

"Ahh," rintih Andika ketika berjalan menuju mobil. Langkahnya sedikit tertatih dan tangannya terus memegangi perut.

"Kamu terluka. Kita ke rumah sakit aja, ya?" tawar Mauren.

"Tidak usah, Bu. Langsung pulang saja." Andika menolak sambil membenahi maskernya.

"Tapi keadaanmu parah loh, itu di sudut mata ada lebam, di kening, di perut juga pasti ada. Tadi aku lihat mereka mukul di situ, dan sekarang kamu pegangi terus, pasti sakit. Iya, kan?"

"Tidak apa-apa, Bu, hanya sedikit saja sakitnya. Nanti dipakai istirahat pasti sembuh." Andika bersikeras menolak.

"Baiklah." Mauren mengembuskan napas panjang. "Mungkin dia sungkan," sambungnya dalam hati.

Tak berselang lama, keduanya sudah duduk di dalam mobil. Mauren segera melajukannya dan menuju tempat kos Andika.

"Kamu yakin nggak apa-apa?" Mauren masih khawatir.

"Tidak, Bu. Hanya sakit sedikit kok, beneran," jawab Andika.

"Syukurlah. Mmm, besok kalau masih sakit istirahat saja dulu. Tidak usah kerja."

"Baik, Bu," jawab Andika. "Oh ya, nanti biar satpam komplek yang mengantarkan Bu Mauren ke jalan raya. Saya khawatir kalau Bu Mauren pulang sendiri."

"Tidak apa-apa, nggak mungkin preman tadi balik lagi," sahut Mauren.

"Untuk berjaga-jaga, Bu. Lagipula satpamnya naik motor kok, jadi Bu Mauren tidak perlu khawatir."

"Baiklah." Mauren menatap Andika sekilas sambil tersenyum.

"Maaf ya, Bu. Gara-gara saya, Bu Mauren jadi terkena masalah. Saya benar-benar minta maaf sudah menyulitkan Ibu," ujar Andika dengan penuh penyesalan.

"Tidak apa-apa.Tapi, memang ada baiknya jangan diulangi. Aku sering berdiam diri di kantor, itu di luar urusan kerja. Jadi, kamu tidak perlu menunggu. Ketika aku menyuruh pulang, artinya kamu harus pulang. Aku tidak pernah menyuruh karyawan lembur sampai larut. Mentok jam sembilan, itu sudah paling malam," terang Mauren.

"Baik, Bu." Andika menatap Mauren. "Mmm, Bu Mauren juga kalau bisa jangan pulang malam-malam, bahaya. Ibu kan mengemudi sendiri," sambungnya.

"Iya." Mauren menjawab singkat.

Sesaat kemudian, Mauren menghentikan mobilnya di depan tempat kos. Sebelum Andika turun, Mauren terlebih dahulu memberinya uang ratusan ribu sebanyak tiga lembar.

"Untuk beli obat. Kalau kacamatanya nanti kirim nomor rekening kamu, aku tidak ada uang tunai," ucap Mauren.

"Terima kasih banyak, Bu. Kacamatanya tidak usah, saya masih punya cadangan."

"Benar?" Mauren menatap Andika.

"Benar, Bu, saya tidak bohong." Andika mengangguk pelan.

Setelah menerima uang tersebut dan menolak pemberian yang lain, Andika turun dari mobil. Lantas, dia meminta satpam untuk mengantarkan Mauren. Tak lupa dia menceritakan tentang kejadian yang barusan dialami.

Satpam tidak keberatan. Dengan senang hati dia mengantarkan Mauren sampai ke jalan raya. Dia mengendarai motor di belakang mobil Mauren.

Andika menatap kepergian mereka sambil membuka masker. Setelah kendaraan keduanya tak terlihat, Andika mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.

"Iya, Tuan," sapa seseorang dari seberang sana.

"Jemput aku di kos-kosan!"

Usai mendengar tanggapan dari lawan bicaranya, Andika mengakhiri sambungan telepon.

"Mauren, sebagai seorang wanita kamu cukup hebat, dan lagi sangat cerdas. Tapi ... terkadang rival datang dari celah yang tidak kamu sadari. Mauren, aku akan tetap pada niat awal. Bekerja di kantormu dan menggagalkan rencananya," ucap Andika sambil tersenyum manis. Namun, lama-kelamaan menjadi senyum menyeringai.

*Sengaja dipanjangin untuk mancing vote besok 😊😊😊😊

Bersambung...

1
Yani Mulyani
Kecewa
Yani Mulyani
Buruk
nobita
siapa lagi klau bukan Rendra
nobita
aku jadi penasaran siapa sosok Andika??? apa mungkin salah satu penggemar nya Maureen... sewaktu di dunia model???
nobita
jangan mau Maureen kembali pada suami mu yg penghianat itu... suatu saat akan terjadi lagi...
nobita
siapakah gerangan??? pemilik mobil tersebut??
nobita
siapakah dia??? jreng.. jreng.. jreng...
nobita
wow.. aku suka karakter nya si Maureen... benar benar wanita berkelas
nobita
jangan ada maaf... perselingkuhan harus dj berantas ke akar akarnya
nobita
bagus... Maurreen... balas dendam.. lanjutkan
nobita
makin tegang aja nihh.. alur ceritanya... mantapp
nobita
ya ampun aku gak bisa membayangkan... bagaimana perasaan kecewa nya Maureen pada sahabat dan suami itu
nobita
aku mampir kak... awal yang menarik
Irlindawati
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Azzahra Putri Ar
aku bacanya "Jahena" 🤭😁
IG👉Salsabilagresya: Jahena jahena... 🎤🎼🎹🎶
total 1 replies
Ashila Intan
Luar biasa
Agustina Fauzan
Lumayan
Sity Herfa
rasain..
Suka dg karakter nya karin /Joyful//Kiss/
Suami begitu buang aj ke sampah 🤪😂
Ledy Gumay
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!