NovelToon NovelToon
Bayi Satu Milliar Milik CEO

Bayi Satu Milliar Milik CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: Banggultom Gultom

Malam itu, Ajela dijual oleh ibunya seharga satu miliar kepada seorang pria yang mencari gadis perawan. Tak ada yang menyangka, pria tersebut adalah aku! Aku yang membeli Ajela! Dia dipaksa menjalani sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya, dan Mama masih tega menganggap Ajela sebagai wanita panggilan?

Ajela dianggap tak lebih dari beban di keluarganya sendiri. Hidupnya penuh penderitaan—dihina, diperlakukan tidak adil, bahkan sering dipukuli oleh ibu dan kakak tirinya.

Demi mendapatkan uang, Ajela akhirnya dijual kepada seorang pria yang mereka kira seorang tua bangka, jelek, dan gendut. Namun, kenyataan berkata lain. Pria yang membeli Ajela ternyata adalah pengusaha muda sukses, pemilik perusahaan besar tempat kakaknya, Riana, bekerja.

Bagaimana Riana akan bereaksi ketika menyadari bahwa pria yang ia incar ternyata adalah orang yang membeli Ajela? Dan bagaimana nasib Ajela saat malam kelam itu meninggalkan jejak kehidupan baru dalam dirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Dia Telah Pergi Membawa kepedihan Hatinya.

"Apa Mama tahu kenapa malam itu aku bisa bersama Ajela?" teriakan Alvian kembali menggema, menciptakan suasana hening yang menegangkan.

Semua diam. Tak ada yang bersuara. Galih memberi isyarat kepada semua ART untuk masuk ke kamarnya masing-masing.

Meninggalkan mereka bertiga di ruangan itu.

"Malam itu terjadi bukan karena Ajela yang merayu aku! Tapi aku yang sudah memaksa dia!

Dan Mama mau tahu kenapa? Semua itu hasil perbuatan Riana, calon mantu kebanggaan Mama. Dia berusaha menjebakku dengan memasukkan obat perangsang ke minumanku!"

"Apa?" Wajah Mama Veny semakin pucat. Ia masih ingat ketika Riana mendatanginya dan melaporkan bahwa Alvian telah menyewa seorang wanita panggilan untuk teman tidur semalam.

Galih yang paham situasi langsung mendekat dan menyerahkan ponselnya. Sebuah rekaman kejadian di hotel ketika Riana diam-diam memasukkan sesuatu ke dalam minuman dan memberikannya kepada Alvian.

Sontak saja rekaman CCTV itu membuat sang mama syok luar biasa.

"Malam itu Ajela dijual ibunya seharga satu miliar untuk melayani seorang laki-laki yang mencari gadis perawan. Orang itu aku, Mah! Aku yang membeli Ajela! Malam itu Ajela datang dengan badan penuh lebam karena habis dipukuli ibunya. Dia dijual dan dipaksa melakukan apa yang tidak pernah dia lakukan, dan Mama masih bisa berpikir kalau Ajela wanita panggilan?"

Mama Veny tersentak mendengar semua ungkapan hati Alvian. Rasa bersalah menyergap hatinya bertubi-tubi. Apalagi setelah membaca hasil tes DNA yang menunjukkan bahwa bayi tak berdosa yang kemarin ia usir dari kehidupannya ternyata adalah cucunya sendiri.

"Mama minta maaf, Al. Mama sudah melakukan kesalahan besar," ucap Mama Veny. Bulir kristal bening menerobos membasahi pipinya.

Alvian hanya menatap Mama Veny dengan tatapan penuh amarah dan kecewa. "Sudah terlambat, Mah. Ajela sudah pergi membawa anakku. Dia pergi membawa semua rasa sakit dan kecewanya. Sekarang mungkin dia berpikir bahwa aku sama jahatnya dengan kalian semua! Karena itu dia memilih pergi!"

Tak ada kata yang terucap dari mulut Mama Veny. Wanita itu menangis sejadi-jadinya.

"Sekarang aku tidak tahu di mana mereka. Apa mereka kedinginan di luar sana? Apa Ajela sedang kelaparan? Dan semua itu karena Mama!"

Rasanya Alvian benar-benar ingin meruntuhkan bangunan rumahnya yang mewah itu menjadi puing-puing kecil. Dirinya tinggal di rumah mewah, sementara anaknya terlunta-lunta di luaran sana.

Tak tahan berlama-lama di rumah itu, Alvian memilih segera pergi. Ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan kepada mamanya jika masih di sana dalam keadaan marah.

**

**

Selembar uang 10 ribu dan 5 ribu rupiah terselip di dompet.Ajela yang kini berdiri di depan mini market tak jauh dari rumah kontrakannya itu tampak kebingungan. Wajahnya murung meratapi nasib hidupnya. Apa yang bisa ia beli dengan uang 15 ribu rupiah?

Fisiknya belum pulih sepenuhnya, sehingga belum dapat bekerja kembali. Selain itu Ajela tidak memiliki benda apapun yang bisa diuangkan untuk menyambung hidup.

Ajela menengadahkan kepalanya, melihat langit yang cerah dan terik. Kemudian menatap bayinya yang tertidur lelap dalam gendongannya.

Dengan segera ia menutup wajah bayinya dengan kain gendongan yang Bu Rina berikan padanya.

Tadi ia tidak berani meninggalkan Baby Boy sendirian di rumah karena takut bayinya itu akan terbangun dan menangis.

Ajela juga tidak enak menitipkan pada Bu Rina. Alhasil, ia membawa bayi itu di tengah teriknya mentari.

"Aku harus beli apa dengan uang segini?"

Ajela melangkah masuk. Menengok ke arah kanan dan kirinya. Bingung harus membeli apa dengan uang yang ia miliki saat ini.

Beruntung beberapa hari ini Bu Rina membawakannya makanan setiap hari. Sehingga Ajela benar-benar merasa terbantu.

Ia bernapas panjang. Hati kecilnya mulai membandingkan kehidupannya dengan wanita lain yang mungkin lebih beruntung ditemani suami atau mertua dalam mengurus bayi yang baru lahir.Sedangkan dirinya? Hanya sendirian. Terkadang, di tengah malam pun Ajela harus menahan kantuk menjaga si kecil yang rewel.

Setelah beberapa saat terdiam, mata Ajela tertuju pada mie instan yang berjejer di rak. Bingung harus membeli apa, akhirnya Ajela mengambil beberapa bungkus mie instan dan membayar di kasir. Itu pun Ajela memilih mie dengan harga yang paling murah. Setelah keluar dari minimarket, ia menghela napas panjang. Berdiri di sisi jalan yang tampak ramai.

"Kamu yang kuat ya, Sayang. Setelah kondisi mama lebih baik, mama akan bekerja untuk kamu supaya kamu tidak kekurangan apapun," bisiknya kepada si kecil yang masih terlelap. Senyum tipis terlukis di sudut bibirnya. Bayi mungil itu benar-benar seperti pantulan Alvian. Tidak ada satupun bagian wajahnya yang tidak menyerupai sang papa.

Ajela menutup kembali wajah putranya dengan kain agar tidak terlindungi dari teriknya mentari.

Tanpa di sadari oleh Ajela, sepasang mata sedang mengintainya. Bayu yang kebetulan berada di minimarket untuk membeli sesuatu sejak tadi memperhatikan tingkah Ajela. Mulai dari memasuki minimarket wanita itu terlihat bingung. Kemudian membuka dompetnya dengan wajah murung, lalu membeli beberapa bungkus mie instan.

Dari tingkah Ajela itu lah Bayu dapat menyimpulkan bahwa kemungkinan Ajela tidak mempunyai banyak uang untuk membeli makanan lain.

"Aku jadi penasaran di mana suaminya? Kenapa mereka terpisah padahal Ajela baru saja melahirkan seorang anak?" gumam Bayu dalam hati.

Selain itu dalam pandangannya, Ajela adalah seorang wanita yang cukup cantik dan manis. Laki-laki bodoh mana yang sudah menyia-nyiakan dan membiarkannya hidup terlantar?

Bayu kembali memperhatikan wanita di luar sana. Ajela yang hendak menyebrang jalan itu berniat memasukkan dompetnya ke dalam kantong plastik berisi mie instan. Tetapi karena terburu-buru dan kesulitan karena sedang menggendong bayi, dompetnya tidak masuk ke dalam kantong plastik dan malah terjatuh tanpa ia sadari.

Melihat itu, Bayu cepat-cepat keluar dan mengambil dompet Ajela yang jatuh di sisi jalan. Baru akan memanggil, Ajela sudah berada di seberang. Membuat tangan bayu menggantung di udara.

"Cepat sekali perginya." Lelaki itu berdecak sembari membolak-balikkan dompet berwarna nude itu di tangannya.

Tiba-tiba rasa penasaran kembali menguasai pikiran Bayu. Ia memberanikan diri membuka dompet itu. Dan ternyata dugaannya tadi tidak meleset.

Tidak ada selembar pun uang yang tersisa di dalamnya. Hanya ada selembar KTP di sana.

"Aah nama panjangnya Ajela Anjani, ya?" gumamnya sambil membaca nama yang tertera pada KTP. "Nama yang cantik, secantik orangnya."

Manik hitam Bayu pun harus terbelalak untuk ke sekian kali ketika membaca keterangan status yang tertera.

"Apa? Belum menikah? Tapi, dia baru saja melahirkan. Apa jangan-jangan anaknya itu hasil hubungan gelapnya dengan seorang pria?"

Tak ingin menebak sendiri, Bayu memutuskan untuk pulang. Begitu memasuki rumah, terdengar suara berisik dari arah dapur. Ia berjalan ke arah dapur dan melihat sang ibu yang sedang sibuk membuat jus.

"Itu pasti jus untuk Ajela," gumam Bayu kembali menebak. Ia tahu betul jika ibunya sama sekali tidak menyukai jus. Jadi untuk siapa lagi kalau bukan untuk Ajela.

Bayu berdiri di ambang pintu yang mengarah ke dapur. Melipat tangan di depan dada. Ia bingung dan heran sendiri melihat ibunya.

Ibunya itu memang mempunyai hati yang baik.Namun, meski begitu, ia cukup hati-hati untuk mengizinkan seseorang tinggal di rumahnya.

Dari sini Bayu menarik kesimpulan bahwa Ajela adalah wanita baik-baik. Jika tidak, sang ibu pasti tidak akan mengizinkannya tinggal di rumah sewanya tanpa harus membayar. Apalagi ibunya sangat perhatian dan setiap hari membawakan makanan.

Bayu melangkahkan kaki pelan, menarik kursi dan duduk di samping kitchen set.

"Bu?" panggil Bayu.

"Hemm?" Bu Rina hanya melirik sebentar, kemudian kembali memotong buah dan memasukkannya ke dalam blender.

"Mau tanya sesuatu."

Kedua alis Bu Rina mengerut. " Tanya apa?"

"Ibu kenal Ajela di mana, sih?"

"Aaah, itu? Ibu bertemu Ajela di masjid depan komplek. Waktu itu ibu lihat dia tidur di masjid beberapa hari. Katanya dia hidup sendirian dan sedang mencari kontrakan murah tapi belum dapat. Karena ibu kasihan ya sudah, ibu tawarkan saja dia tinggal di rumah sebelah.

Kebetulan rumah di sebelah kan sudah lama kosong."

Bayu mengangguk paham. " Ibu tidak pernah tanya di mana ayah dari anaknya gitu?" tanya Bayu lagi. "Atau, dia tidak pernah cerita ke Ibu tentang ayah dari anaknya?"

"Tidak. Ibu tidak tanya dan Ajela juga tidak bercerita. Ibu tidak mau ikut campur sama masalah rumah tangga orang. Itu kan privacy," jawab Bu Rina lagi.

''Rumah tangga? Status dia di KTP masih single,' batin Bayu berucap. Ia sangat penasaran.

Siapa Ajela sebenarnya?

Kehidupan seperti apa yang Ajela jalani sebelumnya. Kenapa Ajela bisa mempunyai anak tanpa suami? Apa benar Ajela berhubungan gelap dengan seorang pria sampai mempunyai anak? Kemudian akhirnya dibuang?

"Sebentar ya, ibu mau bawa jus ini untuk Ajela dulu," ucap Bu Rina setelah memasukkan jus ke dalam gelas.

"Jusnya untuk Ajela?" tanya Bayu.

Bu Rina menjawab dengan anggukan kepala.

"Hmmm... kalau begitu biar aku saja yang bawakan, Bu." Bayu menawarkan diri untuk mengantarkan jus itu.

"Boleh."

**

**

Ajela berkeliling di sekitar rumah sambil melirik ke kanan dan kiri. Ia baru sadar tidak menemukan dompetnya di dalam kantongan mie instan tadi. Padahal ia ingat betul ketika hendak menyeberang jalan memasukkan dompet itu ke dalam kantong.

"Apa jangan-jangan jatuh di jalan, ya?" Ia bergumam pelan. Kalaupun jatuh, dompet itu pasti sudah diambil orang." 11

Akhirnya, Ajela memilih untuk tidak terlalu memikirkan. Toh, di dalam dompet itu tidak ada selembarpun uang. Kondisi dompet pun sudah sobek di beberapa bagian.

Suara ketukan pintu berhasil mengalihkan perhatian Ajela. Wanita itu segera beranjak menuju pintu. Mungkin yang datang adalah Bu Rina seperti biasa.

Namun, seketika Ajela terperanjat saat melihat Bayu yang ada di ambang pintu dengan sebuah nampan berisi jus dan juga camilan.

"Hai, ibu minta aku bawakan jus untuk kamu," ucap lelaki itu dengan senyum ramah.

Selama beberapa detik, Bayu terpaku memandangi wajah Ajela. Wanita itu tampak lebih cantik dan manis jika dilihat dari jarak lebih dekat. Bayu yakin kulit putih mulus milik Ajela itu belum pernah terpoles skin care. Karena terlihat sangat alami.

"Terima kasih, Mas," balas Ajela sopan, sambil meraih nampan dari tangan Bayu. "Saya jadi tidak enak merepotkan ibu terus."

"Tidak apa-apa, namanya juga tetangga."

Kecanggungan seketika tercipta di antara kedua orang itu. Bayu merasa tidak nyaman karena Ajela tidak mempersilahkannya untuk masuk. Malah ia dibiarkan berdiri di ambang pintu. Wanita itu meletakkan nampan di meja. Alisnya saling bertaut ketika melihat Bayu masih berdiri di ambang pintu.

"Ada apa, Mas?"

Bayu baru tersadar dari lamunan. "Oh, ini ... tadi aku menemukan dompet di pinggir jalan. Ini punya kamu, kan?"

Ajela menatap dompet kecil di tangan Bayu. Benar, itu miliknya. "Iya, Mas, ini punya saya. Terima kasih. Saya pikir sudah hilang."

"Sama-sama. Kalau begitu, aku ke sebelah dulu."

"Silahkan, Mas."

Karena tak kunjung dipersilahkan masuk, Bayu memutuskan pulang saja. Sebelum pergi, ia sempat melirik ke arah bayi kecil yang dibaringkan di kasur busa. Pikirannya masih menebak bagaimana bisa Ajela memiliki anak tanpa pernikahan.

Setelah kepergian Bayu, Ajela menutup pintu. Lalu hendak meletakkan dompetnya di meja. Kening wanita itu berkerut tipis saat menyadari dompetnya sedikit lebih tebal.

Begitu kembali membuka dompet, bola mata Ajela membulat sempurna. Betapa tidak, dompet yang semula kosong itu sekarang terisi oleh beberapa lembar pecahan seratus ribuan. Ajela langsung mengeluarkan dan menghitung isinya.

"Satu juta? Tapi bagaimana bisa? Apa uang ini punya Mas Bayu?"

Tanpa menunggu, Ajela langsung menyeret kakinya keluar. Bayu berjalan cepat ke arah rumahnya, membuat Ajela segera menyusul dengan membawa uang 1 juta tadi. Bermaksud menanyakan sekaligus mengembalikan jika memang uang itu milik Bayu.

"Mas Bayu!" panggil Ajela, membuat langkah Bayu terhenti.

Lelaki itu membalikkan tubuhnya dan menatap Ajela yang sedang berusaha mengatur napas sambil memegang perut bagian bawahnya.

"Kamu kenapa, Ajela?"

"Maaf, Mas. Saya menemukan uang di dalam dompet. Padahal dompet saya itu kosong tadinya.

Apa ini uang Mas Bayu?" tanya Ajela sembari memperlihatkan lembaran uang berwarna merah itu.Bayu mengulas senyum tipis. Iya, saya yang masukkan uang itu."

"Kalau begitu, saya kembalikan, Mas."

"Maaf, Ajela. Jangan tersinggung, ya. Uang itu bukan untuk kamu, tapi untuk anak kamu. Siapa tahu kamu butuh untuk perlengkapan dia."

"Tapi, Mas. Saya tidak enak. Saya sudah berterima kasih diizinkan ibu tinggal di sini."

"Sudah, tidak apa-apa. Kalau kamu tidak enak, uangnya bisa kamu kembalikan nanti kalau sudah punya uang lebih."

Tak tahu harus berkata apa, Ajela hanya menatap lembaran uang di tangannya. Sepenuh hatinya tidak enak, namun uang ini memang sangat ia butuhkan untuk keperluan sehari-hari.

"Terima kasih, Mas. Kalau nanti punya uang, akan saya kembalikan."

"Sama-sama, Ajela."

"Kalau begitu saya permisi.

Anak saya sendirian di rumah."

"Silahkan."

Bayu menatap Ajela yang hendak masuk ke rumahnya.

Memperhatikan wanita itu dari ujung kepala ke ujung kaki.

Seringai tipis terbit di sudut bibirnya.

"Cantik, dan sangat menantang."

**

**

Alvian duduk bersandar di ruang kerjanya. Sedang memandangi foto Baby Boy yang menghiasi meja kerja. Foto itu ia ambil diam-diam tanpa sepengetahuan Ajela. Ujung jari Alvian mengusap permukaan foto. Kerinduan mengakar semakin dalam ke hatinya.

"Kamu di mana, Nak? Apa kamu baik-baik saja?"

Alvian menghirup banyak-banyak udara. Setiap kali teringat putranya, ia akan merasa dadanya sesak tak terkira. Ingin sekali ia memeluk dan menimang bayi kecilnya itu.

Pencarian yang dilakukan selama berhari-hari tak juga membuahkan hasil. Alvian tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menemukan Ajela. Ia dan anaknya menghilang bak ditelan Bumi.

Alvian masih larut dalam lamunan ketika terdengar suara ketukan pintu. Galih datang dengan membawa beberapa berkas di tangannya, yang kemudian ia letakkan di atas meja.

"Simpan di situ dulu, nanti aku tanda tangani," ucapnya lemas.

Galih memilih duduk tepat di hadapan sang bos. Sudah beberapa hari ini seorang Alvian yang gila

Kerja itu tampak tidak bersemangat. Raganya ada di kantor, tetapi pikirannya melayang entah ke mana.

"Aku mau memberitahu kalau dua hari lagi kita harus keluar kota ."

"Kamu saja yang berangkat dengan staf lain. Aku tidak bisa ke mana-mana," jawabnya malas.

"Tapi ini proyek besar, Al.

Bukan proyek sembarangan.Perusahaan kita akan rugi miliaran kalau sampai proyeknya batal."

Tatapan menghujam Alvian menjadi hadiah istimewa bagi Galih atas ucapannya barusan.

Ketegangan tercipta, Galih berusaha mengurai dalam pikirannya sendiri, tentang apa yang salah dari ucapannya.

Mengapa Alvian terlihat sangat marah.

"Aku tidak peduli meskipun proyek itu menghasilkan triliunan! Aku tidak akan pergi kemana pun sebelum Ajela dan anakku ditemukan!"

"Tapi, Al, polisi dan orang-orang kita pasti akan terus mencari. Lagi pula perjalanan keluar kota itu hanya dua hari." Sekali lagi Galih berusaha membujuk.

"Sudah kubilang aku tidak peduli. Meskipun perusahaan ini akan bangkrut sekalipun!"

Bentakan Alvian semakin keras.

Galih diam tak lagi menjawab, ia cukup paham bagaimana perasaan Alvian sekarang.

Alvian duduk bersandar pada kursi kerjanya, sebisa mungkin menahan amarah yang meledak.

"Oke, aku mengerti. Biar aku dan yang lain yang berangkat."

Akhirnya Galih mengalah. Alvian memejamkan mata.Dalam pikiran yang semrawut, ia berusaha menebak ke mana Ajela membawa anak mereka.

Detik itu juga pikiran Alvian seakan terbuka. Ia tiba-tiba teringat akan jasa katering yang disewa Mama Veny di pesta pertunangannya bersama dengan Riana yang gagal. Alvian baru sadar Ajela bekerja di katering itu.

"Kenapa?" tanya Galih ketika Alvian menatapnya serius.

"Kamu ingat katering yang disewa Mama pada hari pertunangan itu?"

Galih mengangguk, tetapi belum dapat menebak ke mana arah pembicaraan Alvian. "Ingat, memang kenapa?"

"Ajela pernah bekerja di sana, kan? Coba cari nomor kontak pemilik katering itu. Mungkin saja ada yang tahu di mana Ajela tinggal sebelumnya!"

Bersambung ~

1
aRwanA
qsi ajela parnuan dah seharusny bawa ke psikiater thor kekny si ajela traumA,ni juga ngapain si riana malah di buay dekt sma ajela ,awas dia bis celakai ajela kapan2
Kolomlangit
Jadi, mau plagiat sampai bab berapa nih? 🥲
aRwanA: eamng plagiat kah ni judulnya ap
total 1 replies
tina
lanjut kak
Lina
aaaa Thor kurang ,gak kerasa saking seru nya
S.gultom: sabar ya kak, saya usahakan dauble update 🙏🙏
total 1 replies
Mitha Ali
baguuuussss
aRwanA
waw bNyak thor bBya bacanya jadi seneng
S.gultom: semangat bacanya ya💚💚
total 1 replies
aRwanA
ayo alvian cepat ketemukan tu dah ada laki2 yang ngincer loh wkwk,kli gak gercep kau bakal kehilangan tu anak sma ajela,syukurin tu mamaya terlalu sombong pang ih
Novansyah
lanjut kk kalau update nya jangan cuma 1 bab kalau bisa sekali update 4 sampai 5 bab
S.gultom: sabar ya kak🙏🙏, saya akan mencoba update Sampai 4 bab ya kak🙏, makasih sudah mampir🙏🙏
total 1 replies
aRwanA
mamamu tu egois walupun ankmu nnti juga di pandang drajat lagi mana mau ngaku wkwk,,kecuali si ajela anak orng kaya yakin dah diterima sma mMami🤣🤣🤣
tina
lanjut
tina
lanjut kak
Rini Kuswanti
crita nya bagus JD sy baca LG meski prnah baca di novel sebelah
aRwanA
bagus lebih baik ajela pergi roh mamanya alviab juga gak setuju dia teelalu memandang deajat seseorng biarkan ajela memulai usaha biar meeeka menyesal
tina
lanjut
tina
lanjut kak
Nira Sakharina
bagus sih alur ceritanya
S.gultom: makasih kak, jangan lupa dukung novel ini ya kak💚, agar author selalu semangat ❤️❤️
total 1 replies
tina
lanjut
Lina
lanjut ceritanya bagus
Lia puspita sari
Luar biasa
Warsini Sini
bagus dan bikin gemes
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!