Niat hati, Quin ingin memberi kejutan di hari spesial Angga yang tak lain adalah tunangannya. Namun justru Quin lah yang mendapatkan kejutan bahkan sangat menyakitkan.
Pertemuannya dengan Damar seorang pria lumpuh membuatnya sedikit melupakan kesedihannya. Berawal dari pertemuan itu, Damar memberinya tawaran untuk menjadi partnernya selama 101 hari dan Quin pun menyetujuinya, tanpa mengetahui niat tersembunyi dari pria lumpuh itu.
"Ok ... jika hanya menjadi partnermu hanya 101 hari saja, bagiku tidak masalah. Tapi jangan salahkan aku jika kamu jatuh cinta padaku." Quin.
"Aku tidak yakin ... jika itu terjadi, maka kamu harus bertanggungjawab." Damar.
Apa sebenarnya niat tersembunyi Damar? Bagaimana kelanjutan hubungan Quin dan Angga? Jangan lupakan Kinara sang pelakor yang terus berusaha menjatuhkan Quin.
Akan berlabuh ke manakah cinta Quin? ☺️☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Quin melewati Damar begitu saja. Setelah mengambil tas juga kunci mobil, ia segera menuruni anak tangga menuju pintu butik.
"Quin!" panggil Al. Akan tetapi, Quin tak menyahut melainkan cepat-cepat membuka pintu lalu menuju parkiran.
Sementara itu, Damar yang masih berada di lantai dua, mengepalkan kedua tangan dengan rahang mengetat menatap Angga.
Perlahan, Damar memundurkan langkah. Tak ingin kehilangan jejak Quin, ia pun ikut menyusul sang asisten pribadi. Sedangkan Angga, Pak Pranata juga Bu Fitri, kini hanya bisa tertunduk lesu.
'Aku sudah menduga jika anak itu bakal menghinaku,' batin Bu Fitri.
Pak Pranata menghampiri Angga lalu mencengkeram jas-nya.
"Kenapa kamu mengkhianati putriku, Angga?! Kenapa?!" bentak Pak Pranata.
Ia lalu menatap sang istri. Setelah itu, Pak Pranata memilih meninggalkan keduanya dengan perasaan kesal bercampur kecewa.
Sesaat setelah berada di lantai satu, Pak Pranata menatap Al lalu bertanya, "Di mana Quin?"
"Dia barusan pergi, Tuan. Mungkin ada urusan mendadak. Soalnya dia terlihat terburu-buru," jawab Al. "Tuan, apa Anda baik-baik saja?"
Pak Pranata menggelengkan kepala seraya memijat kening. Tak lama berselang Bu Fitri menghampirinya.
"Pah."
"Sebaiknya kita kembali ke kantor!" ujar Pak Pranata kemudian meninggalkan tempat itu menuju parkiran.
Angga yang masih berada di galery butik memindai seisi ruangan itu. Ucapan serta tatapan benci dari Quin, sukses membuat hatinya mencelos sekaligus tertohok.
"Quin, apa sudah tidak ada kesempatan terakhir untukku?"
.
.
.
Dufan Kota J ....
Demi menghibur diri serta melepaskan semua uneg-unegnya tanpa ada gangguan, Quin mengalihkan ponselnya ke mode pesawat.
"Let's play Quin," gumamnya lalu masuk ke taman hiburan itu. Ingin menguji adrenalin dengan menaiki beberapa wahana ekstrim sambil berteriak melepaskan semua kekesalan di hati.
Setelah menaiki salah satu wahana, Quin terus berteriak, mengumpat, memaki mengeluarkan semua kekesalan serta uneg-uneg yang bersarang di hati.
Sesekali ia tertawa dan sesekali pula ia menangis saat mengingat pengkhianatan yang dilakukan Angga juga Kinar.
Setelah merasa puas bermain, ia lanjut menyusuri tempat itu sambil mengemil makanan ringan.
Yang ada di benaknya saat ini adalah menghibur diri sekaligus bersenang-senang. Sejenak melupakan semua rasa sakit juga kekecewaannya.
Cukup lama Quin berada di taman hiburan itu. Sebelum akhirnya ia lanjut ke lokasi lain, yaitu aquarium kota J.
Ada sedikit ketenangan yang ia rasakan ketika melihat berbagai jenis biota laut di aquarium raksasa itu.
.
.
.
"What the hell!" umpat Damar karena tak bisa menghubungi Quin. "Kenapa sulit sekali menghubungi dirimu jika dalam keadaan seperti ini?"
Sejenak Damar termenung, mengingat kembali ucapan Quin beberapa jam yang lalu. "Itu pasti sangat menyakitkan."
Damar menghela nafas. "Waktunya melatih kakiku yang sudah lama vakum," ucapnya lalu melajukan kendaraannya menuju lokasi khusus. Tempat di mana koleksi mobil juga motor balapnya terparkir.
Setibanya di lokasi itu, Damar mengukir senyum memandangi koleksi mobil juga motor balap kesayangannya.
Aktifas yang begitu ia rindukan setelah lama vakum dari dunia balap. Setelah memilih salah satu helm khusus, Damar menghampiri mobil balap Audi R8.
"Ayo kita coba drifting lagi. Ini pasti sangat menyenangkan," kata Damar lalu mulai melajukan kendaraan itu ke arena trek khusus terdekat.
Dari kejauhan, teman-temannya sudah terlihat. Karena sangat mengenal mobil milik Damar, mereka melambaikan tangan ke arah pria itu.
Damar hanya mengeluarkan tangan lalu langsung menjajal trek. Ia terus memutari lintasan itu beberapa kali sehingga merasa puas.
Setelah merasa cukup, ia pun mengarahkan kendaraannya menghampiri teman-temannya.
"Hei, apa kabar, Bro. Long time no see you," kata Ilham sambil meninju pelan dada liat Damar.
Damar tersenyum tipis lalu menepuk pundak pria itu. Sejenak ia mendongak memandangi awan yang kini mulai berubah warna.
Mengeluarkan rokok juga pemantiknya. "Rokok, Ham," tawar Damar.
"Thanks." Ilham mengambil benda itu dengan senang hati.
Beberapa temannya yang lain ikut bergabung sekaligus mengobrol santai. Banyak hal yang mereka bahas,batas kembalinya Damar setelah lama menghilang pasca mengalami kecelakaan.
.
.
.
Di salah satu danau buatan, Quin duduk mengemper sambil menikmati minuman favoritnya.
Memandangi air danau yang terlihat begitu tenang sembari bergumam, " Hah, andai saja hidupku bisa setenang air danau ini. Oh God, aku benci pengkhianatan. Cinta? Aku merasa Angga nggak tulus mencintaiku. Buktinya dia lebih mementingkan ego juga nafsunya. Menjijikkan!"
Setelah merasa cukup tenang, Quin perlahan beranjak. Memandangi langit yang kini sudah berubah gelap. Mengayunkan langkah menghampiri mobilnya.
Sesaat setelah duduk di kursi kemudi, ia berucap lirih, "Maafkan aku, Damar karena mengabaikanmu tadi."
Sedetik kemudian ia mulai melajukan kendaraannya. Tujuannya kini adalah pulang ke kediaman Damar. Sempat melalui drama macet beberapa kali, akhirnya ia tiba juga di rumah mewah itu.
"Malam, Bik," ucap Quin sesaat setelah melewati Bik Yuni yang sedang duduk di sofa ruang tamu.
Quin berlari kecil menapaki anak tangga. Begitu masuk ke kamarnya, ia langsung menuju kamar mandi.
Tiga puluh menit kemudian ...
Seusai berpakaian, Quin merebahkan tubuhnya di atas ranjang seraya berucap lirih, "Selamat tinggal mimpi buruk, selamat datang mimpi manis."
Selang beberapa menit kemudian, sang desainer malah tertidur.
...----------------...