kisah seorang wanita yang berjuang hidup setelah kehilangan kedua orang tuanya, kemudian bertemu seorang laki-laki yang begitu mencintainya terbuai dalam kemesraan, hingga buah hati tumbuh tanpa pernikahan.
sungguh takdir hidup tak ada yang tahu kebahagiaan tak berjalan sesuai keinginan, cinta mereka Anita dan seno harus terpisah karena status sosial dan perjodohan dari kedua orang tua seno.
bertahun-tahun Seno menjalani kehidupan tanpa cinta, takdir tak terduga dan kini mereka di pertemuan kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DI PECAT
Seno pun mendekati Anita lalu berkata,
"Aku sadar kok apa yang Aku lakukan tadi, please Anita Kamu jangan sedih, Aku hanya butuh support Kamu sayang"
Anita tersenyum sedih lalu memeluk Seno.
"Aku mencintai Kamu, tapi apa Kamu sanggup Seno hidup sederhana seperti Aku"
Anita berbicara dalam pelukan Seno.
"Aku hanya butuh support Kamu sayang, apapun dan bagaimanapun rintang hidup Kita, jika terus bersama Kamu, Aku pasti bisa lewati itu"
Kata-kata yang begitu bermakna dalam bagi Anita, Sena kini ikut bicara.
"Om Papah, Mamah, sekarang Kita mau kemana nih?"
Ucap celotehan Sena mencairkan suasana haru bagi Anita dan Seno.
"Kita pulang sayang, Maaf ya Mamah dan Om Papah, tidak menghiraukan Sena tadi"
"Gak apa-apa kok Mah, Aku ngerti ini masalah orang dewasa kan"
Ucap Sena dengan senyuman cerianya, membuat hati Seno menjadi bahagia bisa berkumpul dengan orang-orang yang Ia cintai.
"Ayo Kita pulang"
"Kita naik taksi ya Om Papah, mobil Om Papah kenapa ga di bawa?"
"Mobil itu bukan punya Om Papah, tapi punya Oma Riana, kata Oma Riana mau di servis karena ada kerusakan, Sena ngerti kan"
Sena tersenyum menganggukkan kepalanya.
Dan Mereka pun pulang menaiki taksi, sebelum pulang Seno mendatangi rumah pribadinya mengambil beberapa barang pribadi dan pakaian secukupnya.
Seno memandangi setiap sudut ruangan rumah ini pemberian dari almarhum Papahnya, walaupun Ia memilih untuk pergi dari kehidupan ibunya, tapi tetap rasa cinta untuk kedua orangtuanya tak akan pernah terhapus.
"Maafkan Seno Mah, tapi Seno mencintai Anita, hanya Dia wanita satu-satunya yang Seno inginkan, bukan yang lain"
Seno berbicara pada dirinya sendiri sambil memandangi Foto dirinya bersama kedua orangtuanya, tak terasa air mata menetes di pipi Seno, bukan maksud hatinya untuk menyakiti hati Ibunya, namun Seno tak punya pilihan lain.
Setelah selesai dengan semua barangnya Seno keluar dengan membawa koper besar.
"Pak buka bagasinya tolong"
Seno memasukkan kopernya, lalu Ia menaiki taksi dan kembali pulang ke rumah Anita.
Di perjalanan Anita bertanya Seno akan pergi kemana, karena tak ada tempat yang di tuju, Anita kini menawarkan agar Seno tidur di rumahnya sementara sampai Ia mendapat tempat tinggal.
"Nanti Aku bantu cari ya siapa tahu rumah susun yang Aku tempati, ada yang kosong"
"Iya Makasih sayang, Anita Aku belum ambil uang dari ATM, Aku pinjam uang Kamu dulu ya untuk ongkos"
Anita pun tertawa kecil mendengarnya.
"Kamu kenapa? Ada yang lucu"
"Gak apa-apa kok, tapi emang lucu sih sekarang Kamu jadi pinjam uang ke Aku"
Ucap Anita dengan terus tersenyum menutup mulutnya.
"Jadi Kamu ngeledek Aku sekarang karena Aku gak punya uang"
"Gak gak.. Maaf deh"
Anita berkata sambil menyenderkan kepalanya di bahu Seno, hal itu di lihat oleh Sena, dan Sena menyahuti Mereka.
"Cie-cie Mamah sama Om Papah mesra banget sih"
Keduanya pun ikut tersenyum mendengar Sena kini mengejeknya.
Tak lama Mereka pun sampai di rumah Anita, Tante Risma membukakan pintu rumah, namun Ia heran melihat Seno datang dengan membawa koper besar.
"Ini punya Kamu Seno?"
"Iya Tante, Tante ... Maaf sebelumnya Aku boleh kan tidur semalam saja disini"
Tante Risma agak bingung untuk apa Seno tidur dirumah Anita padahal jelas Ia masih punya Rumah sendiri.
"Seno keluar dari rumah Tan, Dia memutuskan hubungan dengan Mamahnya"
Ucap penjelasan Anita kepada tantenya, Risma kaget mendengar berita itu.
"Seno, Tante ikut prihatin ya, apa semua ini karena Anita?"
"Gak kok Tante.. Gak.. Bukan karena Anita tapi ini memang pilihan Aku, Aku gak mau kehilangan Anita lagi, cukup lima tahun Aku meninggalkan Anita seseorang diri, Aku mau menjalin rumah tangga dengan Anita dan memperbaiki semuanya"
Tante Risma terdiam lalu Ia menanyakan sesuatu pada Seno.
"Tapi apa Kamu akan kuat hidup dalam kesederhanaan, dan banyak kurangnya"
Seno pun tersenyum kecil Ia menjawab meyakinkan Tante Risma juga Anita, bahwa Ia adalah Pria yang kuat.
"Ya sudah kalau begitu Kalian Istirahat ya, tapi Seno, kamar Disni hanya ada 3, Kamu tidur di sofa gak masalah kan?"
"Gak masalah kok Tante, tenang saja"
"ya sudah kalau gitu"
Tante Risma pun memasuki kamarnya untuk beristirahat.
Sedangkan Anita memberikan bantal dan selimut pada Seno.
"Makasih ya sayang"
Terdengar suara bunyi perut yang kini lapar, Seno dan Anita saling menatap, kemudian Mereka jadi tertawa bersama.
"Kamu lapar ya?"
Seno tersenyum malu memegangi perutnya.
"Aku juga nih lapar, yuk Kita ke dapur lihat masakan Tante Risma masih ada atau habis"
Untungnya masih ada sisa makanan untuk Mereka berdua, dan merekapun makan bersama dengan lahap.
"Niatnya tadi Aku tuh mau ajak Kalian makan ke resto, eh tapi malah Aku gak ada uang sama sekali"
Ucap Seno sembari menyantap makanannya.
"Mulai sekarang kalau mau makan jangan di resto, uangnya sayang mending di tabung, nanti Aku ajak deh Kamu makan-makanan ala Aku"
Seno hanya tersenyum mendengar hal itu.
"Alhamdulillah.. Kenyang, makasih ya sayang Aku jadi malu tahu gak sih, minta makan di tempat Kamu"
"Ya ampun Seno, Kamu kan akan jadi suami Aku nantinya, ini Rumah Kita dan apapun yang di dalamnya punya Kita berdua termasuk makanan ini"
Rasa cinta Seno semakin besar pada Anita, bagaimana bisa Ia menyesali pilihannya, wanita yang begitu lembut dalam bicara, dan sangat mencintai dirinya.
"Aku tuh bangga sama Kamu, thank for all Aku akan beri kebahagiaan untuk Kalian berdua"
Mereka pun berpelukan dengan penuh cinta dan kasih, setelah itu barulah Mereka bisa beristirahat dengan perut yang kenyang.
Di pagi hari Seno sudah bangun lebih dulu sebelum Anita dan yang lain bangun, Ia membuat sarapan untuk orang di rumah, terutama spesial untuk putrinya Sena.
Sebangunnya Tante Risma Ia mencium bau masakan, dan saat melihat Seno memasak Tante Risma kagum akan hal itu.
"Waah... Kamu bisa masak Seno"
"Alhamdulillah Tante, biarpun Aku selalu serba disiapkan sama pembantu, tapi Aku pernah nyoba masak, ya semoga saja masakan Aku cocok di lidah Kalian"
Setelah sedikit berbincang, Tante Risma membangunkan Sena bersiap untuk sekolah.
Sementara Tante Risma menyiapkan Sena, Seno kini memasuki kamar Anita, mencoba membangunkannya untuk bersiap bekerja.
"Anita.. Sayang.. Bangun"
Anita bangun membuka matanya dengan perlahan.
"Seno, Kamu kok ada disini?"
Tanya Anita dengan suara cukup mengagetkan Seno.
"Hey Kamu kenapa sih? Ya Aku mau bangunkan Kamu, Kamu shift pagi kan?"
Anita terdiam sesaat Ia baru ingat jika Seno menginap di rumahnya tadi malam.
"Oh ya ampun, Aku lupa kalau Kamu itu tidur di rumah Aku"
"Jadi Kamu kaget barusan karena lupa"
"Maaf ya.."
Ucap Anita berkata sambil tersenyum, lalu Anita menanyakan pada Seno apa yang akan di kerjanya hari ini.
"Aku ke Kantor sebentar ambil file-file Penting Aku, ya mungkin nanti Aku cari pekerjaan"
"Oh iya soal tempat tinggal, Aku tanya sama yang punya gedung ini dulu ya, kira-kira ada yang kosong atau gak"
"Iya sayang soal itu Kamu gak perlu terlalu khawatir"
Setelah banyak berbincang, Mereka pun bersiap dan memakan sarapan yang sudah Seno siapkan tadi.
Seperti biasa Sena berangkat sekolah dengan di antar oleh Tantenya.
"Sekolah yang pintar ya sayang, Tante mau pergi sebentar nanti Tante akan jemput Sena di jam pulang sekolah ya"
"Baik Tante"
Tante Risma kini berniat mendatangi toko pakaian, karena Ia mendapati panggilan interview untuk bekerja di toko itu.
"Bismillahirrahmanirrahim semoga Aku diterima bekerja di tempat itu supaya Anita tidak terlalu berat dalam membiayai kehidupan Kami"
Tante Risma berkata pada dirinya sendiri dan menyemangati dirinya sendiri.
Lalu Seno menghubungi Tania Untuk membicarakan soal biaya bulanan Fathia.
"Kamu ingin bicara dengan Aku"
"Iya.. Aku akan ke rumah Kamu sebentar baru setelah itu Aku ke kantor"
"Baiklah Aku tunggu Kamu"
Tania merasa penasaran apa yang ingin di bicarakan oleh Seno sehingga Ia ingin mendatangi rumahnya.
Baru saja Anita sampai di tempat kerja, manajer memanggil Anita memanggil agar segera ke ruangannya.
"Permisi Pak"
"Anita, silahkan duduk"
Tak lama Lia pun masuk ke ruang manajer.
"Lia..."
"Anita.."
Lia dan Anita merasa bingung mengapa Mereka bisa bersamaan di panggil oleh sang manajer.
"Pak.. Ini ada apa ya?, kenapa Kita di panggil pagi-pagi begini"
"Baik.. Saya akan jelaskan sama Kalian berdua, mulai hari ini Kalian tidak perlu bekerja lagi di bar Saya"
Anita juga Lia merasa kaget akan ucapan manajer.
"Maksud Bapak?"
Tanya Lia dengan wajah yang serius.
"Maaf Kalian Saya pecat"
Anita dan Lia sangat terkejut dengan keputusan sang manajer.
"Tapi salah Kita apa Pak, kok bapak main pecat Saja"
Ucap Anita merasa tak terima akan keputusan itu, lalu manajer mengatakan dan menjelaskan.
"Anita, Lia, bar ini selalu banyak mendapat pemasukan dari Pak Aldi, investasi yang di berikan Pak Aldi tidak sejuta dua juta, tapi puluhan juta, Saya di sini hanya manajer..."
Belum selesai pak manajer mengatakan penjelasannya Anita langsung memotong pembicaraannya.
"Jadi Aldi yang minta untuk Bapak pecat Kami"
"Iya begitu, jadi Saya minta maaf sama Kalian"
Anita pun tersenyum sinis mendengar hal itu, dan Lia hanya terdiam Ia berfikir mungkin saja dirinya di pecat karena telah membantu dan menyelamatkannya Anita kemarin dari rencana busuk Aldi.
"Baik.. Kalau memang begitu, Saya akan keluar, tapi Bapak jangan lupa, kebanyakan pelanggan yang datang kesini itu karena Anita Pak, siap-siap saja bar Bapak sepi"
Ucap Lia dengan nada cukup meninggi, lalu Anita menyahuti ucapan Lia.
"Sudah Lia, Pak manajer ini gak bisa ambil keputusan dengan tepat, Dia cuma bisa di bawah ketiaknya Aldi, oke Pak kalau begitu Kita keluar sekarang, tolong di urus ya, gaji Kita selama 15 hari ini"
"Tenang soal itu Saya udh transfer uangnya pagi ini, Kalian boleh cek di ATM Kalian"
Setelah berkata seperti itu, dan telah menerima sisa gaji, Lia dan Anita kini berkemas untuk keluar dari bar.
"Lia.. Maafkan Aku ya, gara-gara Kamu menolong Aku sekarang Kamu kena imbasnya"
Lia tersenyum tipis lalu menjawab,
"Gak apa-apa Anita, Aku masih bisa cari kerjaan lain, ya walaupun gak gampang tapi setidaknya Kita bisa keluar dari dunia malam ini, ada hikmahnya juga kan, Kita di jauhkan dari orang-orang yang jahat sama Kita, kayak Aldi itu"
Anita tersenyum hangat pada sahabatnya itu, Ia pun memeluk Lia dan mengucapkan terimakasih lagi atas apa yang telah dilakukan Lia untuknya.