"Nih,kamu lagi hamil,nggak boleh makan yang macam-macam! makan nasi sama tempe gorng aja! itu udah cukup,biar bayimu nanti lahiranya nggak kegedean!ibu nggak mau kalau sampai kamu nggak bisa lahiran normal karena bayimu yang kegedean." . Suara makian dari ibu mertua selalu didengar oleh alma setiap kali ia hendak menikmati makananya. . Ia tak pernah menyangkah,kepindahannya dengan sang suami dari kontrakan ke rumah sang ibu mertua justru menjadi awal penderitaan untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohammad Alfarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua tujuh
"Aku juga nggak tahu,bi. Pas aku masuk ke kamar, keadaan alma sudah seperti ini, aku bawa alma ke rumah sakit dulu ya,bi!" Bi minah menganghuk dan membiarkan sepasang kakak beradik itu untuk pergi.
Lendra meletakkan tubuh alma dengan hati-hati, lalu tancap gas menuju ke rumah sakit.
"Alma, bertahan ya, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit." Ujar lendra, sesekali ia menoleh untuk memastikan bawah alma masih bernafas.
"Setibanya di rumah sakit, lendra langsunh menggendong kembali tubuh alma menuju ke lobby.
"Suster, tolong adik saya!" teriak lendra, memanggil tenaga medis yang sedang bertugas.
Dengan cepat, beberapa perawat mengambil brankar dan langsung mendorong brankar berisi tubuh alma ke ruang unit gawat darurat, aninda yang tak sengaja berpapasan dengang sang suami saat hendak maduk ke ruang UGD tersentak kaget.
"Loh, mas. Kok kamu ada di siniy terus yang di dalam siapa?" tanya aninda sebelum masuk.
"Alma, ceritanya panjang, yang penting kamu tolong dia dulu," ujar lendra.
Melihat sang suami yang kalut, aninda bergegas masuk dan mulai menangani alma.
Lendra terus mondar mandir di depan ruangan tersebut,ia sama sekali tak berniat memberi tahu yudi soal keadaan alma.
"Ya allah, kenapa lama sekali, apa yang terjadi dengan alma sebenarnya?!"
Lendra bergunam seorang diri, ia benar-benat khawatir dengan keadaan alma, apalagi sudah hampir satu jam dan aninda belum keluar dari ruangan tersebut.
"Kalau sampai terjadi sesuatu kepada alma, aku bersumpah akan bikin yudi dan ibunya menyesal seumur hidup!" ucap lendra penuh tekad, tatapannya penuh dengan dendam dan kebencian.
Cekleek
Suara pintu ruang unit gawat darurat yang dibuka dari dalam oleh aninda membuat lendra segerah menghampiri sang istri dengan wajah cemas.
"Aninda, apa yang sebenarnya terjadi dengan alma? kenapa dia sampai seperti itu? nggak ada hal fatal yang terjadi sama dia kan?" lendra langsung mencecar sang istri dengan berbagai pertanyaan.
Aninda menghembuskan nafas kasar, ia benar-benar mengutuk yudi dan ibunya atas apa yang sekarang terjadi ke pada adik iparnya.
"Mas, luka bekas oprasi alma mengalami infeksi dan mengeluarkan nanah, sepertinya alma melakukan pekerjaan berat di rumah ibunya yudi, makanya dia sampai menggigil seperti tadi, tapi semua sudah beres, aku sudah membersihkan lukanya dan mengeluarkan semua nanahnya, sekarang alma hanya perluh istirahat dan setelah ini bisa langsung pulang." Ujat aninda memberi penjelasan secara detail.
Kedua mata lendta melotot, kemarahannya semakin menjadi setelah mengetahui apa yang terjadi kepada sang adik, bagimana bisa yudi membiarkan alma melakukan pekerjaan berat pasca operasi.
Benar-benar kurang ajar yudi dan ibunya, kamu tahu, dek. Yudi tadi sore memulangkan alma ke rumah kita karena menganggap alma gila, dia bilang, alma mengamuk dan mau membunuh ibunua yudi!" lendra menceritakan apa yang telah terjadi kepafa adiknya.
"Ya tuhan, aku nggak menyangka kalau alma akan bernasib semalang ini, bisa-bisanya dia terperosok ke dalam keluarga toxic itu! aku pikir, dulu yudi benar-benat mencintai alma, tapi ternyata dia malah nggak bertangung jawab!." Aninda geleng-geleng kepala karena tak habis pikir dengan kelakuan yudi.
Wanita itu kenepuk sebelah bahu lendra dengan lembut."Mas, setelah pulang nanti, pstikan alma makan dan minum obat ya, lalu suruh dia istirahat, besok pgi saja kita sama-sana tanya, apa yang sebenarnya terjadi sama dia." Pinta aninda.
Kepala lendra mengangguk, ia setuju dengan sang istri, ia juga ingin alma menenangkan dirinya terlebih dahulu.
"Iya, apa sekarang aku boleh masuk ke dalam?" lendra meminta izin kepada sang istri untuk melihat kondisi alma di dalam.
"Boleh, ayo masuk, kamu juga boleh langsung bawa dia pulang, soal administrasi nanti biar kau aja yang urusin!" Aninda menggandeng tangan lendra untuk masuk ke dalam ruang UGD.
Alma masih berbaring di atas ranjang pasien, akan tetapi kondisinya sudah lebih baik jika di bandingkan dengan tadi, lendra dan aninda sama-sama berdiri di dekat ranjang, mereka menatap iba ke arah alma.
"Mas, mbak, maafin alma ya, lagi-lagi aku harus merepotkan kalian," ujar alma dengan mata berkaca.
"Ssssttt!" lendra meletakkan jari telunjuknya di depan bibir alma. "Kamu nggak pernah merepotkan kamu!" lanjutnya kemudian.
"Mas lendra benar, al, Justru kita senang kalau kamu tinggal sama kita lagi, mbak jadi bisa pstikan kamu baik-baik saja, sekarang kamu pulang sama mas lendra ya, nanti sampai rumah kamu makan dan istirahat, jangan lupa minum obat, besok pagi, mank yang bantu kamu buat bersihin lukanya lagi." Sahut aninda menimpali.
"Makasih ya, mbak. Andai aja mertuaku bisa sebaik mbak aninda dan mas lendra."
Deg
Ucapan alma membuat aninda yakin bawah semua ini adik iparnya diperlakukan tak baik oleh bu asri, namun, ia memilih menahan tasa keingintahuannya sampai besok pagi, karena sekarang masih jam kerja hingga ia tak punya banyak waktu untuk mengobrol.
"Sudah, kamu nggak usah mikir yang macam-macam." Aninda mengulas senyum, kemudian mengambil sebuah kursi roda untuk alma.
"Mas, ini kursi rodanya, nanti kalau udah, kamu taruh di lobby aja ya, aku harus segera visit pasien yang lain soalnya," ucap aninda pamit.
"Iya, sayang, selamat bekerja ya!" lendra menyempatkan diri kengecup kening sang istri sekilas, maski sudah lima tahun menika dan belum dikaruniai anak, akan tetapi sikap romantis lendra tak pernah berubah.
Sesuai arahan aninda tadi, lendra membantu alma untuk duduk dikursi roda dan mendorongnya menuju ke mobil, ia segerah membawa sang adik untuk kembali ke rumah.
"Gimana, Al. Masih sakit nggak lukanya?" lendra bertanya di tengah perjalanan.
"Masih sedikit perih, mas, tapi udah baikan kok," jawab alma.
"Ya sudah, nanti sampai rumah langsung makan ya," alma hanya mengangguk untuk menjawab ucapan sang kakak lelakinya tersebut.
Tak ada lagi obrolan di antara kakak beradik tersebut, lendra kembali fokus pada jalanan di depannya sampai mobil yang mereka kendarai sampai di rumah.
"Kamj bisa jalan nggak, Al? kalau nggak bisa biar aku gendong aja," ujar lendra sebelum mereka keluar dari dalam mobil.
Alma terkekeh mendengar pertanyaan dari sang kakak yang menurutnya terlalu berlebihan.
"Ya bisa lah, mas, aku ini bukan orang cacat, aku jalan sendiri aja pelan-pelan, masa udah gede masih mau minta gendong, malu sama bi minah dan mbak aninda." Jawab alma.
Lendra mengulas senyum melihat alma yang sudah bisa bercanda seperti ini, ia bergegas turun dan membukakan pintu mobil untuk
sang adik.
Bi minah yang mendengat suara mobil lendra langsung membukakan pintu.
alma gugat cerai aja ke yudi
semoga aja secpt mertu alma kena karma 😅😅😅
semoga aja mertua alma mimpi tetang cucu nya biar mertua nya jdi ketakutan sendiri 🤣🤣🤣🤣
gimna kelanjutan nya 😭😭😭😭