Aaron, seorang duda dengan dua anak, di mintai pertolongan oleh kedua sahabatnya yang ada di depannya. Dan permintaan dua orang di depannya ini, adalah sebuah permintaan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Apakah jawaban yang akan di berikan Aaron?
Seperti apakah kehidupan Aaron setelah memberikan jawaban?
Ayo langsung saja baca ceritanya!
NOTE*
mohon dukungannya dengan menonton iklan,like dan komen sebagai dukungan untuk saya☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erlangz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27.Respon dari Aaron
Setelah beberapa minggu, sejak hari ketika Raya mengungkapkan perasaan sayangnya pada Aaron.
Raya jadi terus mengucapkan kalimat itu selama hampir setiap harinya pada Aaron.
Pada awalnya Aaron hanya menganggap itu suatu hal yang biasa saja, tetapi semakin sering Raya mengucapkan kalimat itu semakin aneh saja perasaan di hatinya atau mungkin ia hanya merasa tidak nyaman dengan hal yang diucapkan secara berulang-ulang itu?
Karena menurut Aaron, rasa sayang itu tidak harus diucapkan berulang-ulang setiap harinya. Ia merasa cukup buktikan saja kasih sayang itu tanpa harus diucapkan, menurutnya itu terlihat lebih tulus daripada hanya sekedar ucapan saja.
Itu kalau menurut Aaron, tapi ia tidak tahu bagaimana menurut Raya yang sudah remaja itu menanggapi hal seperti ini.
Aaron mau tak mau jadi harus memikirkan kembali, perasaan sayang macam apa yang sebenarnya ingin diungkapkan Raya padanya. Apakah itu ungkapan kasih sayang seperti kepada orang yang lebih tua atau seperti kasih sayangnya kepada kedua anak-anaknya.
Aaron takut jika kasih sayang yang sebenarnya ingin diungkapkan oleh Raya adalah sebuah perasaan yang merujuk pada kata cinta.
Aaron merasa kalau saja Raya benar-benar berpikir memiliki perasaan cinta padanya. Karena Aaron selalu menanamkan dalam pikirannya, ia ini hanyalah seorang yang dipercayakan oleh kedua orangtua Raya untuk menjaga dan merawat Raya, bukan memiliki atau mencintai. Walau sebenarnya orangtua Raya dulunya tidak melarangnya juga jika ia benar-benar mencintai Raya.
Namun tidak bisa. Aaron sudah lama menanamkan dalam hati dan pikirannya kalau ia hanya akan berperan sebagai seorang penjaga untuk Raya, bukan memilikinya apa lagi mencintainya.
"Raya sayang sama paman,"ucap Raya sambil memeluk Aaron dari belakang.
"Iya Paman juga sayang sama Raya, sama seperti paman sayang sama Naya dan juga Rafael," ucap Aaron kepada Raya pada akhirnya sambil mengusap tangan Raya yang melingkar di perutnya.
Setelah ucapan Aaron itu, keadaan kamar yang sedang sunyi di malam hari menjadi terasa lebih sunyi dari biasanya.
Raya bingung dan tidak bisa mengerti apa yang dimaksud Aaron.
Ia perlahan melepas pelukannya dan menjauh dari Aaron beberapa langkah, dan perlahan senyuman yang ia tunjukkan mulai memudar dari wajahnya.
Aaron merasa kasihan melihat reaksi dari Raya, sikap Raya yang sekarang ini seolah membuat Aaron mengerti bahwa Raya sudah paham dengan apa yang dia ucapkan tadi.
Ia harap rasa sayangnya kepada Raya hanya akan terus seperti rasa sayang antara ayah dan anak saja. Ia tidak ingin Raya berharap lebih, karena takut Raya tidak bisa menahan sakitnya.
Keesokan Harinya Raya yang sudah berada di sekolah, menceritakan semua kejadian yang terjadi semalam pada sahabatnya Fika.
Fika mendengarkan Raya yang sedang bercerita itu mengangguk-anggukan kepalanya, seolah ia sudah mengerti dengan masalah yang sedang dialami Raya saat ini.
Ia jadi merasa kasihan pada Raya yang belum mengerti dengan masalahnya sendiri saat ini. Ia juga bingung harus bagaimana memberitahukan ini pada Raya, takut Raya malah bertambah sedih.
"Mendingan, kamu tanya aja langsung sama paman Aaron kamu itu kalau waktunya udah pas," ucap Fika pada akhirnya karena tidak ingin menyakiti perasaan Raya.
"Tapi Raya malu, Raya harus nanya kaya gimana nantinya," ucap Raya dengan wajah yang memerah.
"Nggak apa-apa, nanti kamu tanyanya biasa aja jangan terlalu dipikirkan," ucap Fika.
Ucapan dari Fika bukannya membuat Raya merasa lebih baik tapi malah membuatnya menjadi tambah bingung saja.
Ia akhirnya hanya menghela napasnya, ia sepertinya memang harus bisa untuk menyelesaikan masalahnya ini sendiri kali ini.