NovelToon NovelToon
Aku Bukan Wanita Simpananmu

Aku Bukan Wanita Simpananmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Pembantu / Chicklit
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rembulan Pagi

Leana seorang aktris yang baru saja terjun ke dunia hiburan tiba-tiba didorong ke dalam laut. Bukannya mati, Leana justru masuk ke dalam sebuah novel yang di mana ia menjadi tokoh pendukung yang lemah. Tokoh itu juga memiliki nama yang sama dengannya

Leana menjadi salah satu simpanan tokoh utama yang telah beristri. Namun tokoh utama pria hanya menganggap ia sebagai alat pemuas hasrat saja. Dan terlebih lagi, di akhir cerita ia akan mati dengan mengenaskan.

Merasa hidup sudah di ujung tanduk, Leana berusaha mengubah nasib tokohnya agar tidak menjadi wanita simpanan yang bodoh dan tidak mati mengenaskan. Di sisi lain Leana juga harus mencari cara agar keluar dari dunia novel ini.

Akankah Leana mampu melepaskan diri dari tuannya yang terkenal kejam itu? Dan bagaimana caranya agar Leana mampu kembali ke dunia asalnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rembulan Pagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Bisa Pergi

Lemari Leana yang semulanya diisi pakaian yang lusuh kini ia ganti dengan pakaian yang bagus. Warna yang terlihat monoton kini berubah menjadi warna cerah dan terang seperti musim semi. Leana merapikan semuanya sendirian.

Sebenarnya ini cukup aneh bagi Leana, sebab ia tidak lihai dalam urusan membereskan pakaian. Namun kali ini pakaian yang ia lipat terlihat sangat rapi. Dan tanpa sadar ia menggosok pakaian itu hingga menjadi rapi dan wangi.

Mira yang memperhatikannya sontak terkejut, ia menatap Leana dengan heran. Perubahan yang sangat jauh dari Leana sejak malam itu membuat Mira tak habis pikir.

"Apakah semua baju ini akan kau buang?" tanya Mira yang menunjuk setumpukan baju di dalam keranjang.

"Iya, pakaian lamaku akan aku buang. Ada apa?" Leana masih berkutat dengan susunan pakaiannya di dalam lemari.

"Lalu meja dan cermin ini? Sepertinya sangat mahal. Kau membeli semua ini?" Mira bertanya sembari memeriksa barang-barang yang Leana beli.

Orang yang Mira ajak bicara hanya mengangguk dan sibuk dengan pakaiannya.

"Bukankah kau bilang ingin berhemat dan menyimpan uang itu untuk suatu saat nanti. Namun mengapa kau menghamburkan semua ini? Ya aku tahu ini meja dan pakain yang bagus. Tetapi tidakkah kau terlalu sayang dengan uang itu?"

Leana sedikit tersinggung dengan perkataan Mira barusan. Menghamburkan uang? Baginya ini salah satu cara agar dapat bertahan di sini. Ia juga paham bagaimana kedekatan Leana dan Mira. Namun Leana di hadapan Mira bukanlah Leana yang Mira kenali melainkan Leana dari dunia nyata.

Gerakan Leana terhenti. Ia menatap Mira dengan penuh kesedihan. Meskipun Mira bukan orang yang ia kenali, namun Mira orang yang paling peduli dengan dirinya sejak ia kemari.

"Aku juga dengar kau berniat pindah dari sini. Entahlah, semenjak insiden malam itu kau berubah. Aku merasakannya, ada apa? Kau bisa berbagi cerita denganku. Aku temanmu."

Hembusan nafas yang berat terdengar oleh Mira yang berasal dari Leana. Gadis dengan pakaian lusuh itu memandangi sahabatnya dengan penuh harap. Meski Leana sedang tidak baik-baik saja dan memilih untuk memendam cerita, Mira berusaha agar bisa menjadi tempat agar Leana bisa berkeluh kesah.

Masalahnya, Leana tidak bisa melibatkan salah seorang dari novel ini. Masalahnya Leana tidak bisa melibatkan siapapun dalam hidupnya ini. Yang ia inginkan hanyalah pergi dari sini tanpa terikat dengan apapun juga.

"Maaf." Hanya satu kata itu yang mampu terucap dari bibir manis Leana.

Mira tidak kecewa, ia hanya merasa sedih dengan sahabatnya. Tentunya begitu besar masalah yang sedang Leana hadapi dan Mira tidak tahu apa itu. Mira hanya ingin dijadikan seseorang yang bisa Leana percayai.

"Tidak apa-apa," kata Mira yang kemudia disusul dengan berbaring di tempat tidurnya.

Leana terdiam. Ia memilih untuk tidak melanjutkan apapun dan kemudian meletakkan keranjangnya ke ujung. Setelah itu Leana mematikan lampu yang menyisakan lampu tidur yang membuat kamar menjadi remang.

"Kau sudah tidur Mira?" tanya Leana.

Sepi. Tidak ada sahutan dari Mira. Suara jangkrik mulai terdengar dari luar. Lagi-lagi Leana menarik nafas bimbang. Ia takut untuk mengambil keputusan untuk selanjutnya.

"Aku rasa, aku ingin hidup Mira. Tetapi bukan hidup ini yang aku inginkan. Sepertinya, ada tujuan lain dari dalam diriku yang lain ingin menjadi seorang bintang mungkin? Dan mungkin suatu saat aku akan bisa masuk ke dalam televisi dan ditonton olehmu. Dan mungkin, aku bisa menyebut namamu menjadi salah satu orang yang membantuku hingga menjadi bintang ..." Leana menjeda kalimatnya. Ia menarik nafas dan menghembuskannya. Terlalu berat untuk mengatakan semuanya.

"Karena kau temanku, aku ingin kau mendukungku ke tempat yang aku impikan," sambung Leana.

Sementara di tempat tidurnya, Mira dengan kondisi mata yang tertutup meneteskan air mata. Mira belum tidur dan ia mendengar semuanya.

......................

"Pindah? Ada alasan khusus untuk berhenti?" tanya Dalton kepada nyonya Merry.

Wanita tua itu tersenyum, ia tampak bingung dengan sikap tuannya itu. Biasanya jika ada pelayan yang ingin berhenti, semua akan selesai dengan cepat setelah satu bulan.

"Ia ingin pergi ke kota dan mencari pekerjaan di sana. Dengar-dengar ia juga ingin melanjutkan studinya yang sempat berhenti di SMP."

"Lalu? Apakah wajib mengizinkannya untuk pindah dari tempat ini. katakan padanya gajinya akan bertambah dua kali lipat dari gajinya saat ini jika dia masih di sini."

Kata-kata Dalton baru saja terdengar seperti perintah yang mutlak. Nyonya Merry sebagai kepala pelayan di rumah ini dan berperan sebagai pemegang kekuasaan kedua setelah Dalton tidak bisa berkutik. Hanya satu kata yang bisa nyonya Merry ucapkan.

"Baiklah."

Tawaran akan diberikan kepada Leana. Nyonya Merry hanya perlu mengantarkan tawaran itu kepada gadis yang kini tengah membersihkan debu di dalam lemari hias. Leana terlihat begitu cantik hari ini.

Rambutnya dengan gaya ikatan yang baru membuatnya terlihat begitu menawan. Aroma wangi khas susu bercampur dengan aroma bunga lavender menyatu hingga membuat kesan lembut dan begitu manis. Nyonya Merry sangat terkesima, perubahan 180 derajat terjadi pada Leana. Pasalnya gadis itu selalu tampil biasa saja di mata nyonya Merry.

"Tuan Dalton menolaknya. Ia menawarkan gaji dua kali lipat dari ini," ucap nyonya Merry dengan prihatin.

"A-apa? Dua kali lipat?" Leana menelan air liur. Ini bukan karena gaji yang banyak, namun ini karena Dalton yang menolak dan menawarkan gajinya yang lebih.

Terserah berapapun gajinya, Leana tidak ingin berlama di penjara ini.

"Aku tetap menolaknya Nyonya Merry. Kumohon aku ingin ke kota dan mencoba banyak hal baru," pinta Leana memelas.

Nyonya Merry merasa bimbang. Ia tahu bahwa tidak bisa bernegosiasi lagi dengan Dalton. Dan salah satu cara adalah Leana sendiri yang bertemu dengan pria itu.

"Leana aku tidak bisa banyak membantu, tetapi kau yang harus menemui tuan Dalton," saran nyonya Merry kepada Leana.

"Baiklah Nyonya Merry."

Sementara Dalton di kantor pribadi yang ada di dalam mansionnya sedang sibuk dengan banyak layar laptopnya. Pria itu menggunakan kacamata anti radiasi sehingga membuatnya tampak lebih manis dari biasanya.

Terdengar suara ketukan pintu. Pintu itu terbuat otomatis dan bisa dibuka dengan sensor suara Dalton.

"Buka."

Dengan satu kata itu. Pintu yang tadinya tertutup kini terbuka lebar. Terlihat di depan Leana dengan pakaian pelayannya masuk ke dalam. Namun ada yang berbeda dari diri pelayan di depannya.

Dalam ingatan Dalton, pelayan di rumah ini tidak ada yang menarik untuk dilihat. Tetapi kali ini Leana cukup menarik perhatiannya. Aroma susu bercampur lavender yang menyatu tercium dari jarak 2 meter. Ikatan rambut yang biasanya monoton kini berubah menjadi lebih indah menggunakan teknik yang tidak Dalton ketahui.

Lalu matanya, biasanya pelayan tidak ada yang berani menatap kedua mata Dalton kecuali nyonya Merry. Kali ini ada seorang pelayan yang bukan apa-apa berani melakukan ini. Semua ini cukup menarik bagi dirinya.

"Apa tujuanmu datang ke sini?" tanya Dalton.

"Aku ingin berhenti dari pekerjaan ini," jawab Leana tanpa keraguan sedikitpun.

"Gaji dua kali lipat?" tawar Dalton.

Leana menggeleng. "Aku tidak mau."

Dalton tersenyum tipis. Ia melipat Laptopnya kemudian berdiri dan bergerak ke arah Leana. Jarak mereka kini hanya sekitar 1 meter dan Dalton semakin jelas melihat wanita di depannya.

"Bagaimana jika aku menolak dan tidak membiarkanmu pergi dari sini?" tanya Dalton dengan wajah datar.

"Maka aku pergi tanpa izin siapapun!" jawab Leana secara tegas.

Dalton terkekeh lalu merapikan rambutnya ke belakang. Baginya ini termasuk sebuah hiburan. Mencoba bermain-main sedikit dengan ini tidak masalahkan? Pelayan? Apa pentingnya gadis ini di depan Dalton? Namun tidak ada salahnya kan mencoba melakukan sedikit kejahilan? Karena Dalton selalu ingin kepuasan untuk dirinya sendiri.

Mengingat Leana yang tidak bisa berenang, Dalton memikirkan sebuah hal yang gila. Ia ingin kejadian malam itu terulang kembali.

"Baiklah, bersihkan dedaunan yang jatuh di kolam renang yang ada di paviliunku sekarang juga!"

Dan Dalton berkeinginan untuk melihat gadis di depannya tenggelam seperti malam itu lagi.

1
Puanrapuh
Dalton nih sbnernya gk sadar bahwa dia jatuh cinta, tpi kapan thor?
Karin Iza
bagus
Rembulan Pagi
Haloo teman temannn, silakan mampirrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!