Aruna Azkiana Amabell perempuan berusia dua puluh lima tahun mengungkapkan perasaannya pada rekan kerjanya dan berakhir penolakan.
Arshaka Zaidan Pradipta berusian dua puluh enam tahun adalah rekan kerja yang menolak pernyataan cinta Aruna, tanpa di sangka Arshaka adalah calon penerus perusahaan yang menyamar menjadi karyawan divisi keuangan.
Naura Hanafi yang tak lain mama Arshaka jengah dengan putranya yang selalu membatalkan pertunangan. Naura melancarkan aksinya begitu tahu ada seorang perempuan bernama Aruna menyatakan cinta pada putra sulungnya. Tanpa Naura sangka Aruna adalah putri dari sahabat dekatnya yang sudah meninggal.
Bagaimana cara Naura membuat Arshaka bersedia menikah dengan Aruna?
Bagaimana pula Arshaka akan meredam amarah mamanya, saat tahu dia menurunkan menantu kesayangannya di jalan beberapa jam setelah akad & berakhir menghilang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan mama mertua
Naura keluar dari ruangan Arshaka, senyum tipis menghiasi kedua sudut bibirnya. Bahagia karena putra sulungnya yang keras kepala itu akhirnya mengaku kalah pada mamanya, dan berakhir minta tolong untuk membantunya mendapatkan maaf dari Aruna istrinya.
Naura berjalan menuju meja kerja menantunya, Aruna selalu mengingatkannya pada Ayana dan Sean saat muda. Ayana yang campuran Indo-Korea, sedangkan Sean campuran Indo-Korea-Turki.
Aruna tidak berat sebelah, tidak lebih ke Ayana juga tidak lebih ke Sean. Dia adalah perpaduan gen 50:50 Sean dan Ayana, terlebih sifat dan kecerdasannya menurun dari kedua orang tuanya.
“Kia, sayang. Mama mau kita makan siang bersama hari ini, mumpung mama ke Bandung. Alice dan suaminya juga akan ikut,”
“Kia ikut apa kata mama saja,” jawab Aruna.
“Kemana Arya dan Hana, nak?”
“Di ruang istirahat ma,”
Aruna mengantarkan Naura ke ruangan istirahat, karena jam makan siang juga masih sekitar satu jam lagi. Naura dan Hana tidak membiarkan Aruna kembali ke meja kerjanya, mereka menyandera Aruna untuk diajak bergosip.
“Gue keruangan kak Shaka saja. Di sini berisik,” ujar Arya meninggalkan mama dan adiknya yang tengah bercengkerama dengan kakak iparnya.
Arya memberikan kesempatan untuk mamanya bisa mengobrol dengan Aruna, sebenarnya dia mengajak Hana untuk keluar. Tapi memang dasar adik bungsunya tersebut kurang peka, akhirnya Arya pergi sendiri ke ruangan kakaknya.
“Kamu tinggal di mana sekarang, nak?”
“Kia tinggal di apartemen AA ma,”
“Mama senang sekali, akhirnya bisa berjumpa kamu lagi nak. Kia! Mama benar-benar minta maaf atas kelakuan Arshaka hari itu, mama tahu putra mama salah besar. Apapun alasannya tidak bisa di benarkan, meninggalkanmu sendirian di jalan.” Naura menyeka air matanya.
“Ma! Bukannya tadi Kia bilang, mama tidak perlu minta maaf. Semua sudah terjadi ma,”
Naura meraih kedua tangan Aruna. “Boleh mama minta tolong sayang?”
“Tentu ma. Selama Kia bisa membantu mama,”
“Bisakah kamu memberi satu kesempatan untuk anak mama, nak?”
Aruna tampak berpikir, dia tidak bisa memberikan jawaban yang dirinya sendiri masih ragu. Tidak bisa di pungkiri, nama Arshaka masih menetap dalam hatinya dan tidak sekalipun tergoyahkan. Namun semua itu tertutupi oleh rasa sakit dan kecewa, dampak dari perlakuan Arshaka padanya.
“Sebelumnya maaf ma, bisakah mama memberi Kia waktu untuk berpikir?”
Naura mengusap ke dua tangan Aruna dengan lembut. “Mama paham sayang. Mama tahu tidak mudah untukmu, terlebih kakakmu Ael sudah turun tangan. Mama minta tolong, kita lihat seberapa besar Shaka memperjuangkanmu. Terutama untuk meluluhkan kakakmu,"
"Ba-bagaimana mama tahu tentang kak Ael?” kaget Aruna karena karena Naura tahu tentang kakaknya, padahal sudah tiga tahun lebih kakaknya tidak pernah kembali ke Indonesia.
Naura tersenyum dengan hangat. “Karena mama adalah ibu perimu sayang,”
“Mama! Bukannya anak mama Naura itu kak Shaka? Tapi kenapa mama justru membelaku?” tanya Aruna penasaran.
“Karena kamu adalah princessnya Shaka, dan mama harus memastikan sendiri. Princess tidak akan terluka,”
Aruna bingung dengan maksud mama mertuanya, pasalnya Arshaka juga pernah memanggilnya princess bukan hanya sekali.
“Kamu tidak perlu bingung dengan ucapan mama, Kia. Tugasmu sekarang adalah percaya pada mamamu ini,” ucap Naura yang seolah paham dengan kebingungan Aruna.
Aruna tersenyum dan mengangguk, dia tidak lagi bertanya tentang princess atau apapun itu. Yang Aruna tahu, wanita paruh baya yang ada di hadapannya saat ini selalu tulus.
Bagaimana Aruna tahu? Karena dia selalu melihat sorot mata Naura. Berkali-kali Aruna mencoba untuk mencari kebohongan dari sorot matanya, namun lagi dan lagi Aruna selalu hanya menemukan ketulusan dan cinta seorang ibu untuk anaknya.
“Ma! Kia mau menanyakan sesuatu, tapi Kia harap mama tidak marah.”
“Mana mungkin mama bisa marah padamu, nak. Apa yang Kia ingin tahu?”
“Tentang hubungan kak Shaka dan Davina?" tutur Aruna yang ingin tahu sebenarnya hubungan mereka berdua seperti apa.
Kenapa sampai Arshaka tega menurunkan dirinya di jalan, di tinggalkan pula sendiri hanya untuk menemui Davina yang katanya saat itu mengalami insiden.
“Mereka tidak ada hubungan apa-apa, sayang. Davina adalah teman Shaka dari remaja, mama bisa pastikan kalau Shaka tidak ada perasaan apapun pada Davina. Kecuali murni sebagai sahabatnya,”
“Tapi Kia pernah dengar kalau kak Shaka pernah melamar Davina,”
“Itu karena Shaka tidak mau menikah dengan perempuan yang tidak di kenalnya. Dia selalu bisa membatalkan perjodohannya dan salah satu cara dengan melamar Davina. Tapi saat itu Davina menolak,” Naura menjelaskan.
“Kamu tidak perlu khawatir tentang Davina. Karena dia bukan siapa-siapa, Kia.” Lanjut Naura sambil menatap Aruna dengan lembut.
Seperti tatapan bunda Ayana dan mommy Elle, tiba-tiba saja dia merindukan bunda dam mommynya. “Boleh Kia memeluk mama?” tanyanya dengan hati-hati pada Naura.
“Tentu sayang.” Naura merentangkan ke dua tangannya dan Aruna langsung masuk ke dalam pelukan Naura.
Naura mengusap punggung Aruna dengan lembut, dia tahu betapa Aruna merindukan sentuhan hangat tangan seorang ibu. “Kia! Mama janji mulai hari mama akan selalu menjagamu. Semoga suatu saat nanti kamu mengingat kenapa mama bilang kamu princessnya Shaka,” batin Naura.
Pelukan hangat Naura pada Aruna tiba-tiba terinterupsi oleh gadis yang dari tadi duduk diam menyimak. “Mimom dan kak Kia jahat! Kenapa naruh bawang bombay di sini, Hana kan jadi kebanjiran.”
Gadis itu sedang menahan tangisnya gara-gara momen mengharukan mama dan kakak iparnya. Naura terkekeh melihat putri bungsunya tersebut, dia kemudian memeluk Hana.
“Cup ... cup. Sayang! anak mimom jangan menangis. Nanti mimom belikan batagor,”
Aruna yang tadinya heran langsung menutup mulutnya karena menahan tawa, tidak ingin membuat adik iparnya tersinggung. Ada-ada saja mama mertua dan iparnya tersebut.
“Ish kok cuma batagor sik mimom. Tas mahal, sepatu atau baju begitu. Nawarin batagor doang,” protes Hana yang lagi-lagi membuat Aruna tertawa.
“Batagor haji Isan enak lho, Hana. Kamu harus coba nanti,” ujar Aruna pada Hana.
“Yang bener kak?” antusias Hana.
“Hmm. Tanya saja kak Alice, dia sama kak Eris bisa tiap hari beli di sana.”
“Kalau kata kak Arya. Gue suka gaya lu kak,” ucap Hana menirukan gaya bicara Arya.
Aruna dan Naura terkekeh mendengar perkataan Hana, rasaya Aruna seperti mendapatkan jackpot. Mendapatkan mama mertua bonus dapat adik ipar yang punya tingkat gesrek di atas Alice, Eris juga dirinya.
Tanpa mereka sadari, Arshaka tersenyum dari balik pintu. Tadinya dia ingin masuk dan minta tolong pada Aruna. Tapi urung saat mendengar mama dan juga istrinya sedang membicarakannya.
“Aku tidak tahu siapa itu Ael dan seberpengaruh apa dia. Tunggulah sebentar Kia. Aku janji akan membuatmu dan Ael luluh,” gumam Arshaka.
Dan kemudian Arshaka mengetuk pintu ruangan tersebut, karena dia butuh Aruna untuk membantunya saat ini.
“Kia! Sepertinya ada yang meretas PC di ruanganku,” ucap Arshaka.
Aruna kemudian langsung pamit pada Naura, dia mengikuti Arshaka ke ruangannya. Hana yang tidak mau melewatkan momen itu langsung ikut mengekori kakak-kakaknya, dia ingin melihat sendiri bagaimana kakak iparnya beraksi.
Naura tersenyum simpul, setidaknya dia sekarang tahu kalau putranya pasti akan bucin akut pada Aruna.
*
*
*
Sementara itu di dalam pesawat ada yang sedang bersin-bersin. “Hachu ... hachu. Siapa? Siapa yang sedang membicarakanku. Kenapa aku merasa ada yang memanggil namaku,” bingung Ael yang melihat ke kanan dan ke kiri.
“Ada masalah tuan?” tanya Ran yang bingung melihat Ael gelisah.
“Apa kamu mendengar seseorang memanggil-manggil namaku, Ran?”
Ran menggeleng. “Tidak ada tuan muda,”
“Oh baiklah. Mungkin aku yang salah dengar,” ujar Ael.