Akademi Debocyle adalah akademi yang paling luas, bahkan luasnya hampir menyamai kota metropolitan. Akademi asrama yang sangat mewah bagaikan surga.
Tahun ini, berita-berita pembunuhan bertebaran dimana-mana. Korban-korban berjatuhan dan ketakutan di masyarakat pun menyebar dan membuat chaos di setiap sudut.
Dan di tahun ini, akademi Debocyle tempatnya anak berbakat kekuatan super disatukan, untuk pertama kalinya terjadi pembunuhan sadis.
Peringatan : Novel ini mengandung adegan kekerasan dan kebrutalan. Kebijakan pembaca diharapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Garl4doR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 : Menuju Akademi Lama
Dengan arahan Direktur Azkiel, anggota tim Fluttergeist dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing akan dibimbing oleh Pak Bevan dan Bu Ruby.
Kelompok pertama dipimpin oleh Bu Ruby, beranggotakan Alvaro, Latania, Vella, dan Shally. Sementara itu, kelompok kedua dipimpin oleh Pak Bevan, yang terdiri dari Gale, Hans, dan Charissa.
Direktur Azkiel memberikan tugas penting kepada mereka, menyelidiki akademi lama yang tersembunyi di bawah tanah, sementara wilayah permukaan akademi akan dikelola oleh siswa eksekutif. Akademi lama tersebut adalah tempat yang sangat rahasia, hanya sedikit orang yang mengetahui keberadaannya.
Mereka berkumpul di pinggiran lapangan belakang akademi, sebuah area yang biasanya digunakan untuk berkebun. Di tempat itu, mereka menunggu arahan lebih lanjut.
"Menurutmu, kenapa Direktur Azkiel memberitahukan semua ini kepada kita?" tanya Gale dengan nada penuh rasa ingin tahu.
Alvaro hanya mengangkat bahu singkat, mengisyaratkan bahwa ia pun sama bingungnya. Semua informasi yang disampaikan oleh Direktur Azkiel sangat baru baginya, terutama tentang keberadaan akademi lama yang terletak di bawah tanah.
Tak lama berselang, tiga mobil hitam berhenti di hadapan mereka. Alvaro, Gale, dan Hans menaiki mobil pertama yang dikendarai oleh Pak Bevan.
"Pak, kenapa akademi lama harus disembunyikan keberadaannya?" tanya Gale dengan nada tajam.
Pak Bevan menghela napas sebelum menjawab, "Tidak ada yang terlalu istimewa. Tempat itu memang sudah lama ditinggalkan sejak pihak pemerintah memutuskan untuk membekukannya. Namun, yang kita hadapi kali ini adalah peserta ekspedisi dari dunia paralel sepuluh tahun lalu. Dia kemungkinan besar mengetahui lokasi itu dan menjadikannya tempat persembunyian."
"Kenapa harus kami?" potong Hans. "Bukankah para senior kami memiliki kekuatan yang jauh lebih hebat daripada kami?"
Pak Bevan tersenyum tipis. "Sebagian besar senior kalian di kelas sebelas sedang menjalani ekspedisi di portal legal yang relatif aman. Sementara itu, senior kelas dua belas sedang terlibat dalam ekspedisi nasional untuk kepentingan sumber daya negara. Saat ini, hanya kelas sepuluh yang tersisa di akademi, dan kalian adalah yang terbaik di antara mereka."
"Lalu bagaimana dengan siswa eksekutif?" Gale menyela, matanya menatap tajam, mempertanyakan alasan di balik keputusan tersebut. "Bukankah mereka jauh lebih berbakat daripada kami?"
Pak Bevan terdiam sejenak, lalu menghela napas berat. "Mereka... kalian belum waktunya untuk mengetahui hal itu."
***
Ketiga mobil hitam itu melaju dengan mantap, meninggalkan aroma bensin yang samar di udara. Alvaro duduk diam di kursinya, tatapannya terpaku pada hutan lebat yang mulai mengepung mereka dari segala arah. Jalan tanah yang mereka lalui terasa aneh, terlalu rata dan terjaga untuk ukuran sebuah jalur di tengah hutan belantara.
Hutan ini tak lain dan tak bukan adalah Hutan Hitam, akan tetapi entah mengapa kali ini efek magis tidak berpengaruh. Mungkin mobil ini anti efek magis?
"Seperti jalur buatan, ya?" gumam Hans sambil menatap keluar jendela, matanya tak lepas dari akar-akar pohon yang tertata rapi di sepanjang tepi jalan.
Gale, yang duduk di sebelahnya, mendengus pelan. "Ini lebih dari sekadar jalur biasa. Perhatikan baik-baik, Hans. Jejak roda lama masih terlihat di sini." Ia menunjuk garis samar di tanah yang menunjukkan bekas lintasan berat di masa lalu.
Pak Bevan mengangguk tipis, tanpa menoleh dari kemudi. "Kalian cukup peka. Jalur ini memang sengaja dibuat untuk menghubungkan akademi lama dengan dunia luar. Tapi sejak pembekuannya, hanya sedikit yang tahu cara menemukannya."
Perjalanan semakin mencekam saat mereka memasuki area yang lebih gelap. Pepohonan besar di kiri dan kanan jalan berdiri menjulang seperti raksasa bisu, ranting-rantingnya saling berpilin seolah membentuk kubah alami yang menutup langit. Sinar matahari yang tersisa hanya berupa serpihan tipis yang berkelap-kelip di permukaan kaca mobil.
Tak lama, mereka mencapai sebuah belokan tajam yang mengarah langsung ke sebuah mulut gua besar. Hans sedikit tersentak, memajukan tubuhnya untuk melihat lebih jelas. "Jalan ini... masuk ke gua?"
"Ya," jawab Pak Bevan singkat, matanya fokus pada lintasan sempit yang tampak seolah dikhususkan untuk kendaraan. Dinding-dinding batu di sekitar gua menjulang tinggi, dipenuhi lumut yang bersinar redup di kegelapan.
Ketika mobil perlahan memasuki gua, suasana berubah drastis. Udara menjadi lebih dingin, dan gema dari suara ban yang melindas tanah bergema panjang di antara lorong-lorong batu. Jalur yang mereka lalui terasa surreal, seolah dirancang dengan ketelitian militer. Bahkan di kegelapan, mereka dapat melihat jejak roda yang pernah melintas, membuktikan bahwa tempat ini dulunya aktif digunakan.
Alvaro mengernyit, mencoba menahan kegelisahan yang mulai merayap di benaknya. "Jalan ini... tidak seperti yang kubayangkan. Seolah ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar akademi lama."
Pak Bevan meliriknya melalui kaca spion, tapi tidak memberikan jawaban.
Gale mendadak meraih grab handle, matanya tajam memandangi lorong yang kini mulai melandai ke bawah. "Semakin dalam kita masuk, semakin aneh rasanya. Apa benar tempat ini sekadar akademi yang terlupakan?"
Pak Bevan tidak menjawab, tapi sorot matanya yang tajam mengisyaratkan lebih banyak rahasia yang belum terungkap. Mobil-mobil itu terus melaju hingga akhirnya, mereka tiba di sebuah ruang terbuka besar yang tampak seperti hangar bawah tanah. Dindingnya dipenuhi dengan simbol-simbol tua yang tidak mereka kenali, dan di ujung ruangan, sebuah pintu baja raksasa berdiri tegak, menunggu untuk dijelajahi.
misteri? keqnya masih org dalam kan. hmmm
mumgkin katanya aja kebetulan, aslinya memang sengaja /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
ok next