Quinevere King Neutron, putri Nathan Ace Neutron bersama dengan Clementine Elouise King, kini sudah tumbuh menjadi seorang gadis dengan kepribadian yang kuat. Tak hanya menjadi putri seorang mantan mafia, tapi ia juga menjadi cucu angkat dari mafia bernama Bone. Hidup yang lebih dari cukup, tak membuatnya sombong, justru ia hidup mandiri dengan menyembunyikan asal usulnya. Quin tak pernah takut apapun karena ia sudah banyak belajar dari pengalaman kedua orang tuanya. Ia tak ingin menjadi pribadi yang lemah, apalagi lemah hanya karena cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAK SALING MENGENAL
Hari demi hari Quin lewati masih dengan gangguan dari Elon. Ia tak menggubrisnya, bahkan lebih banyak menghindari. Apalagi kini di universitas tersiar kabar bahwa mantan kekasihnya itu akan segera bertunangan, tepatnya setelah acara kelulusan diadakan.
“Quin benar-benar bodoh membuang Elon.”
“Benar! Seharusnya dia berkaca, memang dirinya itu siapa. Sudah bagus seorang Elon mau menjadi kekasihnya, eh dia besar kepala malah memutuskan hubungan.”
“Bahkan aku dengar, gara-gara dia juga Fox dikeluarkan dari universitas. Sayang sekali, padahal hanya tinggal sebentar ia akan lulus.”
“Quin memang benar-benar wanita miskin yang merepotkan!”
Quin yang sedang berada di salah satu bilik toilet itu pun diam mendengarkan. Ingin sekali rasanya ia keluar lalu melabrak keduanya. Sesuai perkiraannya, bahwa ia akan bisa melihat mana teman yang tulus, mana yang tidak, ketika ia menyembunyikan identitasnya.
Quin menghela nafasnya pelan kemudian keluar dari bilik toilet tersebut setelah wanita-wanita yang membicarakannya keluar dari sana. Ia tak ingin membuat keributan, yang membuat mereka semakin senang dan memiliki bahan untuk diperbincangkan.
Ia akan lebih fokus menyelesaikan kuliahnya tanpa harus pusing memikirkan laki-laki. Quin menghela nafas sambil menatap wajahnya di cermin. Ia membersihkan tangan dan juga wajahnya. Setelah menyudahi semuanya, ia segera keluar dari toilet karena ada beberapa mahasiswi yang masuk ke sana.
***
Elon dan Gisella kini tengah berada di sebuah butik untuk melakukan fitting jas dan gaun yang akan mereka kenakan saat acara pertunangan mereka. Keluarga Bush ingin melakukan acara ini secara besar-besaran, apalagi melihat keluarga mereka adalah keluarga kaya dan juga terpandang.
“Elon, ayo!”
Dengan rasa malas, Elon akhirnya bangkit dari sofa. Ia berusaha menekan ego-nya agar Mom Anya tak kembali drop seperti sebelumnya. Namun, hati kecilnya sungguh menentang semua rencana pertunangan dirinya dengan Gisella.
Elon menghela nafasnya berkali-kali saat mencoba mengenakan setelan jas pertunangannya. Ia menatap bayangan dirinya sendiri di cermin. Ia memejamkan matanya sesaat kemudian kembali membuka jas tersebut.
“Sudah oke, Mom,” kata Elon yang memberikan jas tersebut pada salah satu pegawai, kemudian kembali duduk di sofa.
Ia mengambil ponsel dan kembali membuka galeri ponselnya. Elon menatap salah satu foto Quin yang masih tersimpan dengan rapi di sana. Tak ada foto wanita lain, hanya Quin.
Quin, aku akan bertunangan. Aku sengaja menyebarkan kabar itu di universitas. Apa kamu tak ingin kembali padaku? Atau setidaknya cemburu, agar aku tahu jika kamu masih mencintaiku. - batin Elon.
“Elon! Elon!” Berkali-kali Mom Anya memanggilnya, tapi Elon masih diam dalam lamunannya, hingga ia tersadar ketika Mom Anya memukul bahunya.
“Elon!”
Elon berdecak, “Ada apa, Mom?”
“Mengapa kamu melamun saja? Lihat itu Gisel sudah berdiri di hadapanmu. Berikan pendapatmu,” kata Mom Anya.
“Bagus,” kata Elon singkat.
“Elon! Lihat terlebih dahulu. Apa yang sebenarnya kamu pikirkan hah?!” Mom Anya sepertinya tahu dan sudah menduga-duga apa yang ada dalam pikiran putranya.
Apa dia masih memikirkan wanita miskin itu? Siallann! Sepertinya aku harus membuat mereka benar-benar berpisah dan Elon benar-benar membencinya. - batin Anya.
***
Sejak hari itu, Anya selalu mencari cara bagaimana agar Elon benar-benar membenci Quin. Ia tak ingin putranya terus terikat pada Quin yang tak sederajat dengannya, apalagi berita pertunangan antara Elon dan Gisella sudah didengungkan di media. Akan sangat memalukan jika sampai Elon membatalkan pertunangan itu karena seorang wanita miskin bernama Quin.
Hingga akhirnya terjadi pertemuan tak terduga di sebuah cafe. Saat itu Anya baru saja selesai bertemu teman sosialitanya dan berjanji bertemu dengan Gisella untuk membahas beberapa hal tentang pertunangan wanita itu dengan putranya.
“Aunty senang kamu akan segera bertunangan dengan Elon, sayang,” kata Anya dengan suara yang sedikit kencang. Ia melakukan itu agar Quin yang sedang duduk tak jauh darinya bisa mendengar.
Ya, Anya melihat keberadaan Quin di dalam cafe tersebut sesaat setelah ia masuk. Ia juga sengaja mencari tempat duduk yang berdekatan karena ia ingin menyemangati Gisella, sekaligus menjatuhkan Quin. Bukankah sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Ia pun tersenyum di dalam hatinya.
“Terima kasih, Aunty. Aku juga senang bisa bertunangan dengan Elon dan menikah dengannya nanti.” Kata Gisella dengan senyum yang terus tersungging di wajahnya.
“Kamu memang pantas bersanding dengan Elon, sayang. Kamu tahu, mantan kekasih Elon tak ada bagus-bagusnya jika dibandingkan dengan dirimu.”
Quin dan Rea yang sedang duduk di sana untuk menikmati makanan dari hasil gaji mereka, tentu saja mendengar pembicaraan tersebut. Rea menggenggam tangan Quin yang ada di atas meja, untuk menguatkan sahabatnya.
“Jangan diambil hati, Quin,” kata Rea.
Quin tersenyum dan balas menatap Rea, “tenanglah, aku tidak bodoh seperti perkiraannya. Aku tahu apa yang ada di dalam pikiran wanita itu dan aku tak akan mengabulkan keinginannya.”
Di dalam kepala Quin, kini yakin sekali bahwa Anya sengaja memanas-manasi dirinya. Namun, Quin tak akan termakan rencananya. Ia adalah wanita berkelas, putri sulung Keluarga Neutron. Ia tak akan menjatuhkan harga dirinya hanya agar Anya merasa puas dengan kalimat-kalimat jebakannya.
“Kamu tahu, sayang, Elon sangat mencintaimu. Aunty juga sangat menyayangimu. Kita bisa melakukan kegiatan bersama setelah kalian menikah nanti. Kita bisa berkeliling dunia,” kata Anya sambil melirik dan tersenyum sinis pada Quin.
Tak berselang lama, pintu cafe terbuka dan tampak seorang pria yang tak lain adalah Elon. Anya mengirimkan pesan singkat pada putranya agar menemui mereka di cafe. Tentu saja Anya tak mengatakan kalau Quin berada di sana.
“Mom!” Elon yang memang sedang terburu-buru, tak melihat sekeliling, apalagi memperhatikan ke arah Quin dan Rea.
“Duduklah, kalian berdua itu harus sering-sering bersama seperti ini,” ujar Anya. Ia mengambil tangan Elon lalu meletakkannya di atas tangan Gisella, “Ia akan segera menjadi istrimu, sayangi dia dan lupakan Quin. Ia yang meninggalkanmu dan tak menganggap dirimu.”
“Aku mengerti, Mom. Aku akan menikah dengan Gisel,” kata Elon sambil tersenyum tipis.
Gisella tersenyum, sementara Elon memaksakan senyumnya. Ia yang tak ingin mengecewakan Mom Anya, hanya bisa menerima keadaan saat ini. Kadang ia berpikir, apa memang ini jalan yang harus ia tempuh, yakni berpisah dengan Quin lalu menikah dengan Gisella.
Saat Elon mulai menyantap makanan yang sudah dipesan oleh Mom Anya, matanya menangkap sosok Quin yang ternyata juga berada di sana.
Apa sejak tadi ia berada di sana? Apa ia juga mendengar semua pembicaraan kami? - batin Elon.
Hati Elon mendadak gelisah. Namun, ia juga ingin melihat bagaimana reaksi Quin saat melihat dirinya bersama dengan Gisella dan Mom Anya.
Namun, reaksi yang ia inginkan tak terjadi. Quin tampak datar dan dingin. Mantan kekasihnya itu bahkan pergi begitu saja bersama Rea, tanpa reaksi yang berarti dan tak menoleh sekalipun ke arahnya. Mereka seakan tak saling mengenal sama sekali.
🌹🌹🌹