Oh My Boss 2 (Real Life)

...Selamat Membaca...

...*****...

Keesokan paginya, Allarick dan Azalea melakukan kegiatannya seperti biasa. Keduanya berangkat ke kantor bersama-sama setelah sarapan. Namun sebelum itu tentu Sabrina memberi wejangan terlebih dahulu pada mereka.

"Sampai kapan kita seperti ini Al? Aku juga merasa bersalah terus berbohong pada oma."

Allarick tersenyum. "Kalau begitu minggu depan kita honeymoon."

Azalea melotot, "Aku serius, bukan bercanda Al."

"Aku juga serius. Masalahnya hanya ada pada kehamilan palsumu bukan? Jika kamu benar-benar hamil, maka masalah akan selesai."

Azalea terdiam. Apakah dia harus melakukannya? Tapi.. Dia masih belum siap.

"Lupakan saja. Jangan dipikirkan. Selama kita bersandiwara dengan baik, oma pasti tak akan curiga kecuali ada yang mengadu padanya."

Azalea hanya mengangguk samar. "Emm.. Nanti sore aku akan pergi lagi dengan Kanaya."

"Kemana?"

"Ke apartement Ilona."

Allarick menoleh, menaikkan sebelah alisnya. "Apa lagi yang kalian rencanakan?"

"Tidak ada, hanya sedikit permainan. Ya.. setidaknya menunggu sampai Fashion week itu tiba."

Allarick tersenyum. Tangan satunya ia gunakan untuk mengacak rambut sang istri. "Aku izinkan, asalkan siang ini temani aku makan siang dengan ayah mantan kekasihmu, okey?"

"Dengan senang hati Mr Kavindra."

Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di Maheswara Group. Allarick turun tak lupa membuka pintu untuk istrinya. Keduanya berjalan sejajar memasuki area kantor. Bersamaan dengan itu Jeffrey yang ternyata sampai lebih dulu pun menyusul mereka dari belakang.

"Tuan, di ruangan anda sudah ada seseorang yang menunggu."

"Siapa?"

"Seorang laki-laki. Dia bilang anda pasti mengenalnya."

Sembari berjalan, Jeffrey memberi tahu hal lainnya. Sementara Azalea sibuk dengan ipadnya untuk memeriksa beberapa dokumen.

Cklek... Pintu ruangan terbuka. Allarick terdiam melihat seorang laki-laki yang sudah lama tak terlihat.

"Arga?"

Laki-laki itu-Arga tersenyum padanya. "Kakak.."

Keduanya berpelukan ala laki-laki. Azalea dan Jeffrey yang melihat mereka hanya mengedikkan bahu acuh.

Mereka duduk di sebuah sofa yang ada di sana, kecuali Jeffrey. Ia kembali ke ruangannya atas perintah Allarick.

"Kapan kau sampai?"

"Beberapa jam yang lalu, dan aku langsung ke kantormu dari apartement." Arga tersenyum menampakkan giginya yang rapi. "Oh ya, siapa dia kak? Cantik sekali," tanyanya sambil tersenyum pada Azalea.

Wajah Allarick langsung masak mendengar pujian yang dilontarkan pada istrinya. "Istriku, sekaligus sekretaris ku!" Allarick menatap Arga dengan wajahnya yang sedatar triplek.

"O-oouh..Kakak ipar ya? Hai.. kak. Aku Arga, sepupunya kak Al, salam kenal kakak cantik."

Azalea tersenyum canggung. "Azalea, salam kenal."

"Wah, aku penasaran bagaimana kalian bisa menikah. Kau tau kak?" Arga melihat Azalea lalu melirik Allarick, "Kak Al sudah berulang kali di jodohkan oleh Oma dan semuanya gagal."

"Arga!"

"Dan terakhir kali kudengar kak Al akan dijodohkan dengan Renata. Kakak tau? Dia terlihat seperti tante girang, dan suka mengejar kak Al padahal kak Al tidak suka!"

Arga terus berceloteh. Teguran dari Allarick sama sekali tidak ia hiraukan. Toh, ia tidak menceritakan hal yang aneh-aneh kan?

"Arga Maheswara!"

Kepada langsung menjadi hening. Arga menutup mulutnya rapat-rapat.

"Kembali ke apartement mu!"

Arga langsung berdiri dan mengangguk. Ia berdiri tegap hormat pada Allarick. "Baik kak,"

Azalea yang melihatnya tertawa pelan. Arga sangatlah lucu menurutnya.

"Pergi sekarang!"

Arga peegi dari ruangan itu. Allarick yang melihat Azalea tertawa menatap datar sang istri. Apa yang ditertawakan?

"Al, dia sangat lucu bu-" Azalea menutup mulutnya melihat ekspresi sang suami. "Sepertinya aku harus ke toilet." Azalea berdiri dan perlahan mundur.

Baru saja berbalik. Tubuhnya sudah lebih dulu di peluk oleh Allarick dari belakang.

"Kenapa harus di luar? Di kamar itu juga ada toilet sayang~"

Azalea meneguk ludahnya kasar. "Aku ing-"

Cklek...

Pintu kembali terbuka, menampilkan seorang wanita berpakaian cukup ketat mengantarkan teh pada Allarick. Azalea menatap kesal wanita itu, Padahal pakaian cleaning service tidak seperti itu.

Dari masuk hingga keluar Azalea tak lepas menatapnya. "Al,"

"Heem?"

"Aku mau dia di pecat,"

"Kenapa?"

"Dia berpotensi mengganggu mu."

Kekehan kecil terdengar dari Allarick. "Kau cemburu sayang?"

"Iya," tegas Azalea. "Aku kesal melihatnya saat dia menatapmu! Aku tidak suka!" Azalea mengalungkan tangannya di leher Allarick, "Aku tidak suka milikku di lihat orang lain~"

...*****...

Renata terbangun di kamarnya. Ia menatap sekeliling kamar.

"Bagaimana bisa aku disini? Bukannya aku berada di club saat itu?"

Cklek..

"Sudah bangun?"

Itu suara Dian. Renata menatap mamanya itu yang menghampiri sambil membawa nampan di tangannya.

"Kepalamu pusing? Atau ada yang sakit?"

"Hah?"

Dian menghela napas, "Kamu mama temukan di luar pintu rumah kita Re, dan mirisnya kamu..."

"Aku... Kenapa?" tanya Renata penasaran.

"Kamu dalam keadaan tanpa busana."

Renata melotot, "A-apa? Tanpa busana?!"

Duan mengangguk. "Mama menemukanmu dalam keadaan seperti itu. Tidak tahu siapa yang mengantarmu. Untung papamu sedang tidak ada di rumah, jika tidak mama tidak tahu apa yang akan terjadi padamu."

Renata terdiam dengan segala pemikirannya. "Apa yang terjadi? bukannya aku berada di club? Lalu ada seorang pria yang mendatangiku dan..." Renata tidak ingat apapun lagi.

"Jangan bilang apa pun pada papa. Aku tidak mau papa marah padaku." Renata bangkit dati kasurnya. Ada sesuatu yang harus ia lakukan sekarang.

"Mau kemana re?"

"Ck, aku ada urusan."

"Jangan pergi untuk hari ini, kondisimu belum pulih Renata! Mama tidak mau sesuatu terjadi padamu!" Dian menaikkan nada bicaranya.

Bukannya menurut, Renata malah menatap sang mama, "Aku tidak butuh perhatian mama! Ini semua karena mama! Jika saja mama menolak membatalkan perjodohan ku dengan Allarick, aku pasti akan menikah dengannya!!!"

Plaak

Plaak

Dua tamparan berhasil Renata dapatkan. Dian menatapnya nyalang. "Dimana sopan santunmu?!Beraninya kamu membentak mama?! Mama khawatir padamu!!"

Renata terkekeh, "Mama menampar ku?" Renata tertawa lebar sambil memegangi pipinya. "Waw, aku tidak menyangka akan mendapatkan tamparan dari mamaku sendiri."

"Dengar ini baik-baik. Aku tidak peduli! Mulai sekarang jangan pernah mengaturnya ku lagi!!"

Blaam!

Pintu dibanting begitu kuat. Dian terduduk di kasur sambil meneteskan air matanya. "Sekarang aku tidak berpikir dua kali lagi."

Dian mengambil HP di sakunya. Menghubungi seseorang. "Tante berada di pihak kalian, lakukan apapun yang ingin kalian lakukan pada Renata. Tapi tante mohon untuk tidak melenyapkannya, mau bagaimanapun dia adalah anak tante."

"Baiklah, bagaimana rencananya?"

...*****...