Aqila Prameswari dan Qaila Prameswari adalah saudari kembar yang lahir dari pasangan suami istri Bayu Sucipto dan Anggi Yulia. Dua gadis cantik nan ramah ini menjadi buah bibir di sekolahnya, SMK Binusa, seakan tiap laki-laki memimpikan kedekatan dengannya.
Namun, walaupun penampilan mereka begitu sama, bak pinang dibelah dua, ada satu hal yang membedakan mereka: sifat mereka. Qaila Prameswari, adik kembar Aqila, memiliki karakter yang sangat berbeda dari kakaknya.
Bagai langit dan bumi, perbedaan sifat antara Aqila dan Qaila menjadi satu fenomena menarik di kalangan teman-teman sekolah mereka. Sementara Aqila dikenal sebagai sosok yang hangat dan penuh semangat, Qaila memiliki pesona misterius yang mengundang rasa penasaran dan takjub sekaligus.
Aqila, seorang gadis cantik yang telah memiliki kekasih, yaitu seorang mahasiswa di universitas terkemuka di kotanya. Sementara itu, Qaila - sang adik kembar, sama sekali tak tertarik berpacaran dan bahkan tak memiliki teman laki-laki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27
" ARGHHH!"
PRANG!
Suara benda jatuh terdengar begitu nyarin, seorang gadis yang tengah meluapkan emosinya itu tidak bisa mengendalikan diri nya sendiri.
" KENAPA HARUS LO!" Teriak nya dengan keras.
" Kenapa harus lo orang nya!" Isaknya dengan suara yang terdengar lirih.
" QILA?" Panggil mama anggi terdengar begitu panik di luar.
" Sayang, buka pintu nya nak?" Panggil mama anggi lagi sambil menggedor gedor pintu kamar aqila.
" PERGI!" Teriak aqila sambil menjambak rambutnya sendiri.
" Sayang, ini mama!" Ucap mama anggi tak tahan melihat aqila yang kembali seperti ini.
" PERGI!!!" Teriak aqila semakin histeris.
" BI INDUN!" Teriak mama anggi dengan panik.
Bi indun yang mendengar majikannya berteriak pun langsung menaiki undakan tangga dengan tebruru buru.
" Ada apa bu?" Tanya bi indun dengan nafas terengah engah.
" Tolong ambilin kunci cadangan kamar aqila bi, cepetan!" Ucap mama anggi yang sudah menangis saat ini.
" Baik bu!" Balas bi indun dengan cepat.
Mama anggi pun tak menyerah begitu saja, wanita itu kembali mengetuk pintu kamar aqila dan berusaha merayu anak nya.
" Sayang buka pintu nya ya, disini ada mama nak. Mama gak akan nyakitin kamu." Ucap mama anggi.
Aqila yang saat ini duduk di pojokan ranjangnya pun memilih memeluk lututnya dengan erat dari pada mendengar kan panggilan mama nya.
" Bu, ini kuncinya." Ucap bi indun memberikan kunci kamar aqila dengan tangan gemetar.
Bi indun sendiri sudah bekerja di rumah keluarga ini sejak pak bayu dan mama anggi baru memiliki anak kembar, yaitu aqila dan qaila.
Melihat kondisi aqila yang kembali seperti ini tentu saja membuat bi indun tak kalah panik, setelah bertahun tahun lama nya, anak dari majikan nya itu kembali mengalami masalah gangguan pada jiwa nya.
Dengan cepat mama anggi membuka pintu kamar aqila dari luar, begitu juga dengan bi indun yang langsung mengikuti mama anggi masuk ke dalam rumah.
Melihat seisi kamar yang berantakan dengan benda benda yang berjatuhan di tambah beberapa pecahan botol parfum milik aqila, mama anggi langsung mengedarkan pemandangan nya untuk mencari keberadaan aqila.
" Bi, tolong beresihin ke kacau an ini." Ucap mama anggi seraya berjalan menghampiri aqila.
" Baik, bu!" Balas bi indun.
Mama anggi yang melihat aqila meringkuk di pojokan ranjangnya pun langsung menghampiri nya dan langsung membawa tubuh aqila ke dalam pelukannya.
Isak tangis langsung keluar dari bibir wanita itu seraya memeluk erat tubuh putrinya.
" Sayang, jangan kaya gini, jangan bikin mama takut." Ucap mama anggi dengan bibir bergetar.
" M-ama." Ucap aqila dengan suara serak, gadis itu melepas kan pelukannya dna menatap mama anggi dengan tatapan terluka.
Melihat itu mama anggi tak sanggup untuk tidaj menangis saat itu juga, hatinya sangat sakit melihat anak nya kembali merasakan hal seperti ini.
" Ma, qai jahat ma!" Ucap aqila langsung kembali memeluk mama anggi.
" Qai jahat!"
" Qai jahat sama qila ma!" Ucap aqila sesenggukan.
Mama anggi pun tak kuasa menahan beban berat itu sendirian, tangannya terus mengusap punggung aqila agar gadis itu segera merasa tenang.
" Sayang, dengerin mama." Ucap mama anggi menangkup pipi aqila yang sudah basah dengan air mata.
" Ini aqila nya mama kan?" Tanya mama anggi dengan bibir bergetar.
" Mama yakin ini aqila, aqila dengerin mama ya. Aqila udah sembuh, aqila gak boleh kaya gini lagi sayang." Ucap mama anggi, tangannya segera menghapus aiar mata aqila yang tak berhenti menetes.
" Tapi qai jahat ma, qai ambil punya qila." Isaknya seperti anak kecil yang telah kehilangan barang berharga nya.
Mama anggi segera menggelengkan kepalanya dengan cepat, berusaha kuat dan tidak lemah di depan aqila.
" Enggak sayang, qai gak jahat. Gavi kan emang punya qai." Ucap mama anggi dengan suara se lembut mungkin berusaha menahan tangisannya.
Dada nya terasa sesak untuk mengatakan hal itu, sungguh dunia nya kembali hancur saat ini.
" Gavi punya qia ma, gavi bukan punya qai." Isak qila sambil menarik narik baju mama anggi.
" Kenapa qai ambil gavi nya qia, qai jahat!" Ucap qila sambil memukul mama anggi dengan tangan nya.
" Sayang qai kan emang punya gavi, qia gak boleh nangisin gavi." Ucap mama anggi berusaha menahan tangan qila agar berhenti memukul nya, walaupun rasanya tidak sakit tapi mama anggi berusaha membuat qila kembali tenang.
" ENGGAK! GAVI PUNYA QIA!" Ucap qila berteriak.
" Ma?" Panggil qaila yang entah sejak kapan sudah berdiri disana.
" Qai?" Panggil mama anggi terkejut.
Qaila berdiri masih dengan seragam sekolah nya, setelah mendapatkan telepon dari bi indun tadi qaila langsung memutuskan untuk kembali pulang kerumah nya, padahal tinggal beberap meter lagi qaila sampai di apartemen gavi.
Qaila menatap sendu kembaran yang sedang berada di dalam pelukan mama nya, bahkan qaila tak segan segan ikut menitikkan air matanya saat mendengar isak tangis aqila.
" Qia?" Panggil qaila yang sudah duduk berjongkok tepat di depan aqila.
Aqila yang mendengar suara kembaran nya pun langsung mengangkat wajahnya dan menatap kembaran dengan isak tangis yang kembali pecah.
Membuat qaila tak tahan dan langsung memeluk tubuh aqila dengan sangat erat.
Mama anggi pun tak bisa berbuat apa apa, menyaksikan kedua putrinya terlihat begitu menyedihkan dan saling tersakiti.
" Qia, sorry. Gue gak ambil gavi lo qia." Ucap qaila dengan air mata yang sudah membanjiri wajah nya.
" Tapi gavi lebih milih qai dari pada qia!" Ucap aqila sesenggukan di dalam pelukan qaila.
" No, siapa bilang? Gavi sama qai cuma lagi main bareng aja." Ucap qaila dengan perasaan yang tak menentu mengatakan nya.
" Beneran cuma main bareng?" Tanya aqila yang langsung menatap wajah qaila dengan tatapan polos nya yang seperti anak kecil.
" Iya qia, gavi kan temen qai juga." Balas qaila dengan bibir yang terpaksa di buat tersenyum.
" Tapi kenapa qai gak ajak qia, gavi juga gak mau ngajak qia tapi malah milih main sama qai?" Ucap aqila dengan bibir cemberut.
Qaila terdiam, bingung harus menjawab apa lagi.
" Qia, minum obat dulu ya. Nanti gavi pasti dateng ngajak qia main." Ucap mama anggi kemudian memberikan obat milik aqila.
" Beneran gavi dateng ma?" Tanya aqila debgan wajah berbinar.
" Iyaa sayang." Balas mama anggi dengan mata berkaca kaca.
" Qai, qai harus ngumpet ya biar gavi gak liat qai. Biar qia bisa main berdua aja sama gavi." Ucap aqila dengan wajah berbinar seolah tidak ingin di ganggu.
" Iyaa qia, tapi qia harus minum obat ya?" Balas qaila dengan suara bergetar.
" Iyaa." Balas aqila yang langsung meminum obat yang di bawa oleh mama anggi.
" Qai, tunggu di bawah ya ma." Ucap qaila yang langsung pergi dari kamar aqila.
" Iyaa sayang." Balas mama anggi menatap sendu kepergian qaila.
" Mama, gavi kapan dateng nya?" Tanya aqila yang sudah kembali tenang.
" Sebentar lagi sayang, sekarang aqila tidur ya, biar nanti kalo gavi dateng ngajak qia main, qia gak ngantuk." Ucap mama anggi.
" Iyaa ma." Balas aqila mengangguk patuh.
Mama anggi pun membantu aqila untuk naik keatas ranjang, wanita itu memasangkan selimut di tubuh aqila dan kemudian mengecup singkat kening aqila sebelum peri meninggalkan nya.