Sebuah rasa cemburu, membuatku melakukan hal yang paling gila. Aku nekat meniduri seorang pria yang sedang koma.
Tahun berlalu dan kini, ada sosok kecil yang membuatku hidup dalam kebahagian. Hingga suatu hari, sosok kecil yang tak lain adalah anakku dan pria yang koma waktu itu, membawaku kembali.
Kembali ke kehidupanku yang dulu. Tempat dimana, aku akan memulai kisah yang baru dari lingkungan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kantin
Vanya terus saja menghela nafas di sepanjang jam kerja. Pembicaraan dengan Nathan tadi pagi tak membuahkan hasil baginya. Apa lagi kalau bukan Nathan yang menang. Sekarang, Vanya hanya bisa menjalani takdir yang tidak bisa ia hindari. Jika ada yang memberinya usul untuk berhenti bekerja, Tentu saja Vanya menolak. Selain membayar pinalti yang besar, kemungkinan untuk mencari kerja ditempat lain juga akan sulit.
" Vanya, " Panggil salah satu rekan kerja Vanya yang bernama Dio.
" Hem...? " Vanya menyahut tapi tak bisa menghilangkan lamunannya. Mata kosongnya menatap komputer yang bertengger di hadapannya. Tangannya juga terus saja memegang mouse tapi bergerak sedikitpun.
" Ayo kita ke kantin. " Ajak Dio yang sudah berada di posisi berdiri.
" Tidak lah. Pergi saja bersama yang lain. " Jawab Vanya sekenanya. Jangan kan lapar, dia hampir saja tidak menginginkan oksigen untuk paru-parunya.
" Hei, " Dio menepuk pundak Vanya. " Kau bukan Robot yang menggunakan baterai kan? ayolah, kau jarang sekali makan siang bersama kami.
" Iya. Dia selalu menolak. " Ujar sahabat yang lain.
Vanya menghela nafasnya lagi. Sudahlah berangkat saja. Siapa tahu bisa membuat suasana hati menjadi baik. Presdir tidak mungkin makan di kantin kan? batinnya. " Baiklah...
Sesampainya di kantin. Vanya hanya bisa kebingungan melihat menu makanan yang sangat mewah. Dia hanya bisa keheranan dalam hati. Kantor ini benar-benar memiliki kualitas yang bagus. Semua memang sangat diperhatikan. Mulai dari tempat yang rapih dan bersih, makanan yang bergizi, dan udara yang terhirup juga sangat segar. Bagaimana tidak? kantin di perusahaan ini, dibuat terbuka dan terkesan berbaur dengan alam sekitar. Hembusan-hembusan angin dari alam bebas membuat stres Vanya seketika menghilang.
Vanya menyendok beberapa menu. Seperti cap cai dengan sayuran yang segar, ayam goreng, dan perkedel.
Mereka duduk disebuah bangku panjang. Vanya duduk bersebelahan dengan manager Nimi dan Dio. Manager Nimi sangat berbaur dengan para bawahannya. Ini bukanlah kali pertama dia menikmati makan malam bersama para bawahannya.
Vanya menyuapkan sesendok makanan itu ke mulutnya. Matanya mendelik kaget. " Em... enak. " Vanya tersenyum senang sembari mengunyah makannya. Dia pikir, makanan yang biasanya terlihat sehat pasti kan hambar rasanya.
Beberapa menit setelah itu. Semua yang berada di kantin mulai berbisik dengan wajah kagum. .
" Itu Presdir Nath. Iya. Dia sangat tampan. " Bisik mereka.
Vanya mengalihkan pandangan mengikuti arah mata para karyawan menatap. Vanya membulatkan matanya sebulat mungkin. " Uhuk....! Uhuk.....! " Vanya memegangi lehernya sembari terus terbatuk-batuk. Setelah meminum air yang diberikan Dio, batuk itu langsung mereda. Vanya kembali melihat sosok yang kini sedang dikagumi banyak orang.
Nathan berjalan membawa nampan berisi makannya. Ada lexi disampingnya yang juga melakukan hal yang sama. Nathan dan Lexi. Perpaduan dua cowok ganteng yang seolah menggetarkan hati setiap wanita yang melihatnya. Vanya tak bisa mengalihkan tatapan matanya. Dia seperti melihat ada filter yang mengiringi mereka berdua. Jantung Vanya berdetak lebih cepat dari biasanya.
" Boleh kami bergabung? " Tanya Lexi menatap memohon persetujuan.
" Tentu saja. " Jawab Manager Nimi yang entah mengapa terlihat salah tingkah.
Dengan tertib, mereka semua merapatkan duduknya agar memberikan tempat yang leluasa untuk Presdir dan Asisten sekretarisnya.
Tok...! Tok....! Nathan mengetuk meja agar menyadarkan Vanya dari lamunannya.
" Air liur mu hampir terjatuh sayang. " Vanya terperangah tak percaya. Sayang?! what the hell?. Bukan hanya Vanya. Manager dan para rekan kerja yang berada di satu divisi juga terperangah tak percaya. Sejak kapan presdirnya bisa tersenyum manis begitu? kenapa memanggil Vanya dengan sebutan sayang? pertanyaan itulah yang kini mereka simpan dihatinya.
" Nath, jagalah sedikit harga dirimu. Kemana citra cool dan antagonis mu? " Bisik Lexi yang merasa jijik dengan sikap Nathan. Dari pagi dia hanya diberi tugas untuk mengetahui apa saja yang dilakukan Vanya. Sampai akhirnya dia tahu, kalau Vanya sedang makan siang di kantin. Nathan langsung saja menuju kantin tanpa perduli apapun. Mau tidak mau Lexi harus mengikutinya. Rasanya, aku ingin memukul kepalamu sampai hilang ingatan.
Dia benar-benar tidak waras! kenapa memanggilku sayang?
" Hahahaha,.... Maaf teman-teman. Presdir kita memang sangat suka bercanda. Dia suka memanggil sayang sembarangan. Gadis ini terlihat mudah digoda. Jadi Presdir sedikit menggodanya. " Ujar Lexi menuturkan kebohongan agar tak membuat Presdir yang biasanya terlihat dingin tiba-tiba menjadi setengah waras.
' Hahahaha......' Para staff menjadi tertawa tanpa beban. Tapi didalam hati, mereka hanya bisa menggerutu. Sejak kapan memang Presdir ini suka bercanda? aku malah curiga kalau sekretaris Lexi yang suka bercanda.
Jangan tanya lagi apa yang dirasakan Vanya. Wajahnya benar-benar sangat merah. Dia hanya nisa terdiam sembari memandangi brokoli di piringnya yang seolah sedang meledeknya.
" Vanya ayo lanjutkan makannya. " Ajak Dio sembari menyentuh punggung tangan Vanya yang masih memegang sendok tapi tak melakukan pergerakan.
" Ah?! iya. " Mereka saling menatap dan tersenyum.
Nathan menatap tajam. ' Ting! ' Nathan menusukkan garpu nya dengan kuat kesebuah sosis hingga menyebabkan dentingan kuat. Matanya tajam menatap Vanya yang duduk bersebrangan dengannya.
" Nath! " Lexi menyikut lengan Nathan agar berhenti bersikap kekanak-kanakan. Nathan mengikuti ucapan Lexi dan berhenti menatap Vanya yang seolah menghindari kontak mata dengannya.
Setelah Makan siang usai, semua kembali ke tempatnya masing-masing. Begitu juga Nath dan Lexi.
" Nath? bisakah kau mengentikan tingkah gila ini? " Protes Lexi sembari menyusul langkah kaki Nath yang menunju ke kursinya.
" Kegilaan ini belum seberapa. " Ucap Nath sembari mengambil posisi untuk duduk dan meraih laptopnya.
" Tapi ini memalukan.
" Tapi aku tidak merasa malu.
" Mungkin urat malu mu putus. " Ucap Lexi yang kini sudah berwajah kesal.
" Yang putus adalah semangatmu untuk mengejar cinta. Bukan uratku. " Nathan berucap tanpa memandang lawan bicaranya. Matanya sibuk menatap Laptopnya.
" Nath, berhentilah bersikap bodoh. Kau adalah seorang Presdir. Jagalah harga dirimu Nath.
" Dalam urusan cinta, jangan perdulikan harga diri.
" Nath! " Lexi benar-benar kehilangan kata-kata. Hari ini sudah mengawasi Vanya seharian. Jika tidak dihentikan, Lexi tidak tahu tugas bodoh apa lagi yang akan dia kerjakan nantinya.
" Pergilah. Telingaku juga sedang sibuk.
" Nath! jika kau banyak tingkah, aku akan mencium mu dan menyebarkan rumor bahwa kita adalah pasangan. " Ancam lexi dengan wajah bersungguh-sungguh.
Nath menghela nafasnya dan langsung bangkit dari posisinya. Dia berdiri tepat dihadapan Lexi dengan tatapan datarnya. " Kalau begitu cium aku.
" Apa?!
" Cium aku tepat di bibirku. " Nathan menarik jas lexi dan membuat tubuh mereka tertabarak. " Ayo lakukan. " Nath mulai mendekatkan wajahnya.
Lexi memundurkan wajahnya. Dia merasa jijik sendiri. Bulu kuduknya juga berdiri ngeri. Dia mencoba menepis tangan Nath tapi tak berhasil. Tenaga Nath benar-benar sulit dikalahkan. " Nath! " Bentak Lexi. Benar-benar tidak tahan lagi.
Nathan tersenyum dan langsung menyingkirkan tangannya dari jas Lexi. " Jangan asal bicara kalau kau tidak mampu merealisasikan.
" Dasar orang gila! otak mu sudah rusak akut.
***
Vanya berjalan menuju ruangan Manager Nimi dengan membawa beberapa lembaran hasil desain.
" Selamat siang Manager Nimi? " Ucap Vanya sembari membuka pintu setelah beberapa kali mengetuk pintu.
" Masuk. " Jawan Manager Nimi. Entah mengapa, Vanya merasa, jika Manager Nimi berubah menjadi dingin setelah makan siang tadi. Dia bahkan tidak mengindahkan adanya Vanya di ruannya.
" Manager Nimi, ini hasil desain yang anda minta. " Vanya meletakkannya di atas meja.
" Hem.
Sadar tak mendapat respon lebih, Vanya memohon diri untuk kembali ke ruangannya.
" Tunggu! " Vanya menghentikan langkahnya saat tangannya sudah menyentuh handle pintu.
" Iya Manager Nimi.
" Kau tahu kan? Presdir sudah akan menikah?
" Iya.
" Jadilah wanita yang punya harga diri. Belajarlah dari masa lalu mu. Jangan sampai kau melahirkan lagi tanpa adanya ayah untuk anakmu yang kedua kalinya.
To Be Continued.