Era Kekacauan dimulai setelah seorang pengembara misterius datang membawa sebuah pusaka suci. Pusaka yang dikatakan memiliki kekuatan bahkan dapat membelah dunia, siapa yang bisa mendapatkannya maka dia akan berdiri di atas puncak.
Dunia dimana seni beladiri adalah segalanya, semua orang berlomba untuk mendapatkan pusaka tersebut. Seorang pemuda bernama Zhen Liang muncul sebagai orang yang tidak pernah disangka di dunia persilatan.
Kultivator muda itu membuat para orang tua dan sesepuh di dunia persilatan tercengang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Maestro Terkena Racun Mematikan(2)
Pil Obat Bias Sembilan Bayangan Pelangi merupakan pil obat yang sangat langka. Pembuatannya bisa membutuhkan waktu sampai sepuluh tahun dan para ahli alkemis perlu membelanjakan harta yang tidak sedikit, seharga dengan membeli satu sekte kecil.
Dikatakan jika seseorang menyerap setengahnya maka akan memperoleh energi dalam setara sepuluh tahun orang tersebut berlatih, sedangkan jika seseorang sampai menyerap pil tersebut seutuhnya, dirinya akan mendapat energi sampai dua puluh lima tahun dirinya berlatih.
Anehnya, Xie Chen tidak percaya kenapa Xue Hua bisa begitu mudahnya memberikan harta tersebut. Dia memberikan tatapan dinginnya pada Zhen Liang. Meski samar semua orang bisa merasakan rasa haus darah dari Xie Chen.
"Aigo, seseorang yang menyinggung Senior Chen sudah muncul. Maaf Zhen Liang tetapi siapapun yang berhadapan dengan Senior Chen tidak pernah berakhir baik. Semoga kau mengerti itu." Batin Wang Ying yang menjaga jarak dari Xie Chen, hal itu tidak berbeda jauh dengan Lin Sua.
Xue Hua tidak mengambil tindakan sekarang dan mendiamkan saja Xie Chen dengan amarahnya, dirinya berpikir Xie Chen hanya dikuasai oleh amarah sesaatnya saja.
"Sekarang serap semua khasiat obatnya, aku akan membantumu dari belakang." Setelah Zhen Liang bersila dan melakukan kultivasi, Xue Hua mulai mengedarkan energi melalui punggung Zhen Liang.
"Terima kasih Tetua muda, tidak ada yang bisa saya katakan lagi, mohon bantuan anda."
Zhen Liang mulai menyerap obatnya tetapi berhenti setelah beberapa saat, "Kenapa aku harus menyerapnya?"
Dia merasakan keganjilan pada tubuhnya, dirinya tidak pernah sekalipun menyerap energi yang datang sejak berkultivasi dengan Rhapsody Penghancur Langit.
"Aku akan mengalirkannya! Apapun yang terjadi, aku akan bisa menarik keluar seluruh energi di pil obat." Batin Zhen Liang.
Setengah jam kemudian, tidak ada yang berubah Zhen Liang masih berada dalam kondisi keracunan.
"Racun macam apa ini, bahkan bisa membuat pil obat kelas tujuh seolah tidak ada harga dirinya." Lin Sua berharap cemas pada Zhen Liang.
"Hei, katakan yang sejujurnya, apa yang kau lakukan sampai mendapat racun ini?!" Xie Chen menggeram, dia ingin sekali menarik kerah baju Zhen Liang.
"Apa aku diracuni, tapi aku tidak mengingat pernah melakukan sesuatu?" Pikir Zhen Liang sebelum matanya tiba-tiba terbelalak, "Apakah ini semua berasal dari Kelima Ular Raksasa! Hanya itu yang dapat menjelaskan mengapa kondisi tubuhku begini, mereka memberikan racunnya pada tubuhku?!"
Lima Ular Raksasa itu adalah para ahli kultivator Tahap-Puncak. Jika satu dari mereka saja memberikan racun pada seseorang, bisa dipastikan akan ada kematian instan bagi orang tersebut.
"Aku sungguh beruntung bisa bertahan hingga sekarang, pasti semua itu karena teknik kultivasi milikku. Pemicu racun tersebut adalah karena kematian mereka berlima."
Zhen Liang mengepalkan tangannya dengan erat, "Tetua muda bisakah anda melihat mengenai simbol tersebut, apakah simbolnya berjumlah lima?"
Xue Hua mengangguk dan langsung memeriksa simbolnya, kedua alisnya seketika terangkat, "Bagaimana kau tahu? Ini persis seperti katamu ada lima di sana."
"Para keparat itu! Mereka bisa melakukan hal yang seperti ini bahkan disaat kematian menjemput mereka!" Pikir Zhen Liang sembari merapatkan giginya penuh amarah, "Aku tidak akan kalah!"
Zhen Liang pun membulatkan tekadnya, "Aku tidak akan kalah, Tetua muda tolong berhenti memberikan energimu padaku."
"Tapi..." Xue Hua terlihat tidak mau menuruti Zhen Liang sebelum pemuda itu berbalik dan tiba-tiba menggenggam tangannya.
"Anda mungkin akan terkena racun ini juga, jika terlibat lebih jauh. Aku tidak setega itu melihat seseorang yang kusayangi sampai tersiksa."
"Apa katamu barusan?" Xue Hua terkejut dan berteriak lalu dengan tingkah malu-malu dia melepaskan tangannya, melihatnya seperti itu Zhen Liang hanya bisa tertawa kecil sebelum kembali memberikan fokus pada kultivasinya.
"Anda harus percaya, aku berhutang budi pada anda, Tetua muda. Saya pasti akan mengembalikan hutang budi ini." Zhen Liang tersenyum lebar.
Kejadian itu disaksikan juga oleh tiga murid lainnya, membuat mereka tersentak tidak percaya. Mereka juga bisa melihat sisi perempuan Tetua muda mereka yang tidak pernah disangka.
Zhen Liang yang berkultivasi perlahan menyelam ke dalam dunia dantian miliknya. Matanya terkejut dengan kehadiran lima ekor ular ganas yang sudah menunggunya.
Ular Kobra penggambaran dari Wu Dao. Ular Anakonda penggambaran dari Deng Kai. Ular Piton penggambaran dari Hu Tian. Ular Mamba Hitam penggambaran dari Liu Qiang. Terakhir, Ular Viper penggambaran dari Feng Zun.
Kelima ular itu sedang menatap dirinya dan mendesis sangat kencang.
"Kalian di sini untuk berkelahi bukan? Majulah!" Zhen Liang menunjukkan mata dinginnya dan mereka mulai bergulat di dalam dunia dantian. Mereka saling bertarung dengan Zhen Liang yang bisa bergerak sebebas apapun karena itu adalah dunia miliknya.
Kelimanya bergulat cukup lama, Zhen Liang memukul kepala Ular Sanca yang hendak menelannya. Dia berlari menghindar dari Ular Anakonda yang terus mengejar bermaksud melilitnya sampai mati. Ular Viper terus-terusan mengeluarkan racun bisa-nya yang mematikan bersama dengan Ular Mamba Hitam. Sedangkan Ular Piton masih terus mengintai dengan tenang menunggu celah yang muncul pada mangsanya.
Tidak disangka, beberapa tahun kemudian telah berlalu di dalam dunia itu. Wujud spiritual Zhen Liang, berdiri sendiri menatap kelima Ular Raksasa yang tertunduk di bawah hadapannya. Mereka bersujud di depan Zhen Liang setelah pertarungan yang tiada akhir dan mereka malah yang kalah dengan mendapat luka fatal.
Zhen Liang mendengus karena berhasil mengalirkan energi yang terus mengalir mengacaukan dunia dantiannya, menempa kembali dua peluru liar yang sebelumnya telah dipakai bahkan menjadi tiga, ditambah mendapat energi racun dari kelima ular itu. Masih menjadi pertanyaan dalam diri Zhen Liang sebenarnya apa itu peluru liar tersebut.
Zhen Liang tersenyum puas dengan hasilnya. Setelah membuka mata, dia menemukan dirinya ditatap oleh sepasang mata.
"Terima kasih karena telah menjagaku selama aku sedang berada dikondisi tertutup." Seseorang dapat menyerangnya yang memiliki sangat banyak celah terbuka, bahkan bisa mencabut basis kultivasinya.
"Aku berhutang pada anda, Tetua muda."
Xue Hua tersenyum menyambutnya, "Tidak masalah."
*
Seminggu sesaat sebelum Zhen Liang terpaksa melakukan kultivasi tertutup. Xie Chen melihat kearah Xue Hua dengan tangan yang sudah bersiap di gagang pedangnya dan matanya mengarah pada seseorang yang saat ini tengah bersila tanpa beban di tanah.
"Ini adalah kesempatan, Tetua muda anda harus menyingkir dari tempat anda. Biarkan aku yang membunuh orang itu."
"Murid Xie Chen, kau tidak bisa melakukannya."
"Selain misi kita yang gagal, anda juga memberikan harta suci milik sekte pada orang luar. Anda sudah melanggar aturan sekte!"
Xue Hua terdiam kemudian mengangguk karena kondisi ini hanya bisa diselesaikan dengan pertarungan, maka dia mulai mengedarkan energi.
Melihatnya, Xie Chen terkekeh, "Kau tidak bisa membunuhku Xue Hua! Kau hanya bisa mengancamku saja, bukankah kau sudah tahu siapa sosok di belakangku?"
Xie Chen menarik pedangnya setelah mengedarkan energi, "Kau sungguh luar biasa, aku bahkan tidak setara denganmu. Tapi bisakah kau bertarung menghentikanku sementara menjaga orang itu?"