Aku sangka setelah kepulanganku dari tugas mengajar di Turki yang hampir 3 tahun lamanya akan berbuah manis, berhayal mendapat sambutan dari putraku yang kini sudah berusia 5 tahun. Namanya, Narendra Khalid Basalamah.
Namun apa yang terjadi, suamiku dengan teganya menciptakan surga kedua untuk wanita lain. Ya, Bagas Pangarep Basalamah orangnya. Dia pria yang sudah menikahiku 8 tahun lalu, mengucapkan janji sakral dihadapan ayahku, dan juga para saksi.
Masih seperti mimpi, yang kurasakan saat ini. Orang-orang disekitarku begitu tega menutupi semuanya dariku, disaat aku dengan bodohnya masih menganggap hubunganku baik-baik saja.
Bahkan, aku selalu meluangkan waktu sesibuk mungkin untuk bercengkrama dengan putraku. Aku tidak pernah melupakan tanggung jawabku sebagai sosok ibu ataupun istri untuk mereka. Namun yang kudapat hanyalah penghianatan.
Entah kuat atau tidak jika satu atap terbagi dua surga.
Perkenalkan namaku Aisyah Kartika, dan inilah kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 7
Aisyah mencoba mengalihkan pandanganya pada sang putra, sembari mengusap surai hitam Narendra. Dadanya menumpuk seolah dipenuhi kecewa dan juga luka.
Entah apa yang terjadi kedepanya, dia juga tidak tahu. Yang jelas untuk saat ini, hanya Narendra yang menjadi salah satu penguat untuknya.
Bagas tersadar saat ucapanya tidak terjawab oleh istri pertamanya itu. Dia juga sadar, jika saat ini bukan hal yang tepat untuk menyelesaikan semuanya.
"Emt..bagaimana kalau kita ke taman ceria. Dulu, ayah dan juga bunda sering ngajak Narendra kesana saat rendra masih kecil. Bagaimana...?!" tawar Bagas mencoba memecah keheningan yang diciptakan Aisyah.
Dengan wajah datarnya, Aisyah mulai bersuara walaupun hatinya masih terasa sakit, "Maaf mas.., aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan putraku!! Jadi tolong, biarakan aku membawa Rendra!" tolaknya, namun masih terdengar lembut ditelinga Bagas.
Ada sedikit raut kecewa dari wajah ayah Narendra itu. Namun, sebisa mungkin Bagas mencoba untuk tersenyum, serta mengangguki keinginan istri pertamanya itu. Bagas kira memang inilah saat yang tepat, agar Aisyah bisa melepas rindunya untuk sang putra.
"Ayah..Lendra akan ikut bunda kelumah eyang putli. Ayah nggak papa kan, kalau bobog sendili?!" kata Rendra dengan wajah sendu karena harus berpisah dengan sang ayah.
Bagas menundukan setengah badan dengan tersenyum hangat, "Nggak kok sayang! Narendra jangan nakal ya. Besok pasti akan ayah jemput! Have fun sayang..." seru Bagas mengacak rambut putranya.
"Tidak perlu kamu jemput! Aku bisa mengantarkanya, jika memang Narendra ingin pulang!" balas Aisyah memasang wajah datar.
Bagas tersenyum culas. Namun dari pancaran kedua netranya, jelas sekali menyiratkan permohonan yang mendalam, "Bukan hanya Narendra saja yang aku aku jemput. Melainkan kamu juga Ara!! Terlepas dari semua salahku dan kehilafanku, aku meminta maaf," terangnya.
Aisyah hanya diam. Batinya benar-benar tertekan jika harus dihadapkan kenyataan pilu seperti sekarang ini. Kehidupan seperti ini bahkan tidak pernah terlintas dari pikiranya. Dia mengira akan mendapat kebahagiaan selepas kepulanganya. Namun apa, yang dia dapat hanyalah sebuah pengihianatan.
"Sudah, ayo sayang..! Mas Bima sudah menunggu kita... Ayo.!!" seru Aisyah sembari menarik lengan putranya menjauh dari posisi sang suami.
Bagas hanya menatap nanar atas kepergian anak serta ibunya. Helaan nafas menandakan bahwa dirinya harus bersikap ikhlas, kerena memang masalah timbul dari dirinya yang tidak memiliki pedoman terhadap satu belahan.
** **
Siang ini benar-benar dimanfaatkan oleh dosen cantik tersebut dengan bermain riang gembira dengan putra kandungnya, Narendra.
Wajah cantik itu sangat antusias saat menatap putranya yang tengah bermain dengan sang keponakan.
Aisyah sudah membuat janji dengan sang ipar bertemu setengah jam lalu, yang kini juga disusul oleh kedua orang tuanya.
"Sayang, dimana cucu omah?" seru bu Sinta saat baru saja tiba didepan sang putri dan menantunya.
Aisyah bangkit begitu juga Meisya. Dia menunjuk kearah area bermain anak-anak disebrang tempat duduk mereka.
"Narendra...sini sayang!" Aisyah melambaikan tangan pada putranya, "Ini omah dan oppa datang!"
Narendra tersadar, dua bocah kecil itu langsung berlari kearah bundanya masing-masing dengan wajah gembira.
"Narendra... Abang Bima jangan ditinggal sayang!" seru Aisyah tersenyum.
Narendra yang satu tahun lebih tua dari Bima, sontak langsung menghentikan langkahnya dan segera berbalik badan dengan menghampiri kearah Bima.
"Abang ayo lendla gandeng iya..!" katanya sembari menautkan tangan Bima dengan tanganya.
Hal tersebut membuat hati Aisyah dan juga orang didekatnya menjadi menghangat atas sikap dari kedua saudara tersebut.
Meisya merengkuh pundak Aisyah dengan mengusapnya lembut, melihat kearah kedua bocah kecil itu seakan bangga atas apa yang dilakukan sang keponakan.
"Narendra sayang..!Oma sangat merindukanmu nak. Maafkan omah yang jarang mengunjungi kamu!" tutur bu Sinta dengan mata berembun.
Narendra tersenyum lalu segera mengeratkan pelukanya pada tubuh sang eyang.
"Oma..kata miss Anisa, anak dewasa tidak boleh menangis!!" balas Narendra yang langsung disambut tawa orang sekitarnya.
Bu Sinta melerai pelukanya. Ditatapnya lamat-lamat wajah cucunya tersebut. Walaupun tidak ada ikatan darah diantara mereka, namun bu Sinta begitu menyayangi putri dan cucunya lebih dari dirinya sendiri.
Tuan Abdullah mendekat, "Sayang..sini sama oppa," Narendra sontak langsung beralih mendekat dan memeluk tubuh oppanya itu.
Aisyah meneteskan air mata secara tiba-tiba melihat pemandangan yang begitu menghangatkan bagi matanya. Jikapun dia diminta bersujud sekarang jugapun akan dia lakukan, karena begitu bersyukur melihat putranya kembali lagi dengannya.