Hidup Aina seperti diselimuti kabut yang tebal saat menemukan kenyataan kalau Fatar, lelaki yang dicintainya selama 7 tahun ini meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Namun Fatar tak sendiri, ada seorang wanita bersamanya. Wanita tanpa identitas namun menggunakan anting-anting yang sama persis dengan yang diberikan Fatar padanya. Aina tak terima Fatar pergi tanpa penjelasan.
Sampai akhirnya, Bian muncul sebagai lelaki yang misterius. Yang mengejar Aina dengan sejuta pesonanya. Aina yang rapuh mencoba menerima Bian. Sampai akhirnya ia tahu siapa Bian yang sebenarnya. Aina menyesal karena Bian adalah penyebab hidupnya berada dalam kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sesuatu Yang Aneh
Hari ini, Arya mengajak Aina ketemu di luar. Ada sesuatu yang hendak ia bicarakan menyangkut kecelakaan yang dialami oleh papanya.
"Ibu, aku keluar dulu sebentar ya? Nanti aku akan kembali sebelum Kak Emir pulang." kata Aina sambil pamit pada ibu mertuanya.
Tita yang sedang menonton TV menatap menantunya. "Hati-hati di jalan, nak."
"Terima kasih, ibu." Aina segera pergi saat melihat taxi online yang dipesannya sudah datang.
Aina dan Arya ketemu di sebuah cafe yang ada di sebuah mall yang terkenal. Aina sengaja memilih tempat yang ramai untuk menghindari fitnah. Ia juga bermaksud akan berterus terang tentang pernikahan dirinya dengan Emir.
Semalam, Aina sudah memutuskan untuk tidak ke luar negeri. Emir kelihatan kecewa namun Aina juga tak mau jauh dari kedua orang tuanya.
Apalagi sejak kemarin, Aina sudah dipromosikan untuk naik jabatan menjadi kepala bagian keuangan di kantor pusat perusahaan ini. Banyak orang yang iri dengannya.
Arya tersenyum setelah melihat Aina.
"Apa kabar, Ai? Kayaknya sudah hampir 2 bulan kita tak bertemu."
"Aku baik-baik saja, kak."
"Sebelum aku menyampaikan hasil penyelidikan ku kepada pimpinan ku, ada sesuatu yang harus aku sampaikan kepadamu."
"Apa itu, kak?"
"Aku sudah berhasil mengorek keterangan dari keluarga sopir truk kontainer itu. Aku memberikan perlindungan dengan memindahkan ibu itu dan kedua anaknya di salah satu rumah dinas polisi yang kebetulan kosong. Menurut informasi yang aku dapatkan, kalau orang yang menyuruh sopir itu untuk mencelakai orang tuamu bernama Erdogan Badem. Aku menyelidikinya sebagai seorang pengusaha ternama di Australia. Namun sesungguhnya lelaki ini adalah keturunan Turki-Inggris. Dia mempunyai 3 orang istri. Salah satu istrinya adalah wanita keturunan Korea yang memberikannya seorang anak perempuan. Namun mereka bercerai setelah anak itu berusia 3 tahun. Istrinya itu kemudian menikah dengan orang Indonesia. Anaknya ikut dibawah ke Indonesia. Saat di Indonesia anak itu berganti nama dan diberikan nama Wilma Gunawan."
"Wilma yang kecelakaan dengan Fatar?"
"Iya. Prastyo Gunawan bukankah ayah kandung Wilma. Ayah kandung Wilma adalah Erdogan Badem. Ayah sambung Wilma dan ibunya sudah meninggal. Wilma tinggal sendiri."
"Lalu, apa hubungannya dengan kecelakaan kedua orang tuaku."
"Kakakmu pernah kuliah di Australia kan?"
"Iya."
"Dia punya pacar bernama Hamid Boldem?"
"Aku sudah lupa dengan nama pacar nya. Tapi kakakku pernah bilang kalau pacarnya itu keturunan Turki."
Arya tersenyum. "Salah satu teman interpol ku di Australia mengatakan bahwa Hamid sangat mencintai pacarnya itu yang kemungkinan adalah kakakmu. Mereka bahkan pernah tinggal bersama di Australia. Hamid, bunuh diri setelah pernikahan kakakmu."
Aina terkejut. "Jadi menurut kak Arya, ini adalah balas dendam? Tapi apa hubungannya antara aku, Fatar dan Wilma?"
"Menurut informanku, Wilma tak pernah bertemu lagi dengan ayahnya Erdogan setelah ibunya menikah lagi. Bahkan komunikasi diantara mereka putus. Aku belum bisa memastikan kalau keberadaan Wilma adalah bagian dari rencana balas dendam itu. Karena Wilma dikatakan sangat menyukai Fatar. Boleh dikata kalau dia tergila-gila dengan Fatar. Sehingga semua orang di rumah sakit Nusantara itu tahu kalau Wilma menyukai Fatar karena gadis itu tak malu menunjukan perasaannya pada Fatar."
Aina merasakan kepalanya sakit. "Fakta ini sangat mengejutkan bagiku. Apakah hubungan masa lalu kak Aira membawa dampak terhadap semua tragedi yang terjadi dalam keluarga kami?"
"Aku akan berusaha menyelidikinya, Ai. Aku mengatakan hal ini supaya kamu berhati-hati. Jangan sembarangan keluar malam apalagi berbicara dengan orang yang baru kamu kenal."
"Terima kasih, kak. Aku mau menemui kakakku dulu." Aina berdiri.
'Biar aku mengantarkan kamu." Arya menahan tangan Aina. Perlahan perempuan itu menarik tangannya.
"Aku tak mau merepotkan kakak."
"Kantor ku searah dengan rumah orang tuamu."
Aina akhirnya mengangguk.
Keduanya pun keluar dari cafe yang ada di lantai 3 itu.
Saat menuruni eskalator, Aina justru melihat Emir yang sedang bersama Terre. Emir nampak menenteng beberapa paper bag dan Terre berdiri di sampingnya.
Emir dan Terre bertatapan dengan Aina dan Arya. Arya menyapa Terre dengan senyuman, Terre membalasnya dengan senyuman juga namun saat matanya menatap Aina, tatapannya langsung berubah dingin.
Walaupun gestur tubuh Terre dan Emir terlihat biasa saja, hati Aina merasa cemburu melihat kebersamaan mereka.
"Kayaknya memang satpam itu ada hubungan dengan bos Terre ya?" ujar Arya saat keduanya sudah ada dalam mobil.
"Aku nggak tahu, kak." hanya itu yang Aina bisa katakan untuk menutupi rasa cemburu di dadanya.
Mereka pun tiba di rumah orang tua Aina. Arya tak turun karena ia harus kembali ke kantornya.
Kebetulan Aira yang membukakan pintu. Aina langsung mengajak kakaknya ke taman belakang dan menceritakan semua yang Arya ceritakan padanya.
"Hamid memang nama belakangnya adalah Badem. Namun Hamid tak mungkin sudah meninggal. Aku mendengar kabar kalau dia sudah menikah. Dan aku sempat melihatnya beberapa bulan yang lalu ada di Jakarta. Aku tak mungkin salah mengenalinya." kata Aira dengan sangat yakin.
"Kak, menurut informasi yang kak Arya dapatkan kalau Hamid itu bunuh diri setelah pernikahan kakak."
"Lalu siapa yang aku lihat ada di depan cafe favorit kita?" Aira merasakan jantungnya berdetak sangat keras. Antara ingin percaya tentang kematian Hamid dan mempercayai apa yang dilihatnya.
Aina menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. "Aku pusing kak."
"Masa sih keluarga Hamid penuh dendam seperti itu? Mereka keluarga baik dan terhormat. Aku bahkan pernah dua kali ke rumah mereka." Aira menggeleng tak percaya.
Kedua kakak beradik itu dibuat bingung dengan semua kenyataan yang mereka terima. Aina pun pamit dari sana sebelum papanya pulang.
Aina naik taxi online menuju ke rumah mertuanya. Namun saat melewati kompleks pemakaman, Aina minta di turunkan di sana. Entah kenapa hatinya begitu ingin pergi ke sana.
Matanya kembali menatap makam Fatar yang bersebelahan dengan makam Wilma. Entah mengapa Aina menangis di sana.
Ia tak tahu dengan semua yang ia rasakan saat ini.
Selama hampir satu jam Aina duduk di sana sambil menangis. "Ya Allah, aku sudah relakan Fatar dengan semua yang ia lakukan bersama Wilma. Aku bersyukur karena Engkau telah menggantikan dengan seorang lelaki baik yang begitu luar biasa. Tapi mengapa sekarang begitu membingungkan? Mengapa sekarang ceritanya menjadi seperti ini? Belum cukupkah aku diuji?" tanya Aina sambil mengusap pusara Fatar.
"Aina......!"
Tangis Aina terhenti. Ia seperti mendengar suara Fatar. Aina menatap sekeliling makam, tak ada seorang pun di sana. Hari memang sudah sore. Mungkin sebentar lagi Maghrib.
"Fatar? Kaukah itu? Kaukah yang ingin berbicara dengan aku? Katakan sesuatu Fatar. Katakan sesuatu agar aku bisa lepas dari semua kegelisahan ini." Aina tidak takut sama sekali. Ia justru ingin melihat keberadaan Fatar saat ini.
Diam menunggu tanpa ada yang menjawabnya, Aina pun memilih pulang sambil berjalan kaki.
Saat ia sudah mendekati rumah mertuanya, Aina melihat Emir yang berdiri di depan pagar. Sepertinya sedang menunggu Aina. Sebab, saat Aina, Emir langsung berlari dan memeluk istrinya. Apalagi saat melihat penampilan Aina yang nampak kacau. Rambut berantakan dan mata yang sembab karena menangis cukup lama.
"Sayang, ada apa dengan mu?" tanya Emir. Aina langsung memeluk Emir. Perasaannya langsung merasa tenang saat mencium aroma tubuh suaminya itu.
"Ayo naik." Emir melepaskan pelukannya. Ia membungkuk di depan Aina dan meminta istrinya itu naik ke punggungnya. Aina melakukannya. Emir pun langsung menggendong Aina di punggungnya
Tangan Aina melingkar di bahu Emir sementara kedua tangan Emir menyangga kaki kanan dan kiri Aina. Berat badan Aina tak masalah bagi Emir karena badan Emir yang besar dan berotot.
Begitu mereka memasuki rumah, ibu Tita ingin bertanya namun tatapan mata Emir meminta agar ibunya diam.
Mereka tiba di kamar dan Emir menurunkan Aina perlahan di atas ranjang.
"Jangan pergi!" Aina menahan tangan Emir saat lelaki itu hendak pergi.
"Aku hanya mau mengambil segelas air untukmu, sayang."
"Aku tidak haus. Aku hanya butuh kamu untuk tetap ada di samping ku."
Emir pun duduk di samping Aina. Membiarkan tangan gadis itu melingkar di lengannya dan menyandarkan kepalanya di lengan kokoh itu.
"Sayang, jika tinggal di kota ini selalu membuatmu sedih dan menangis, mengapa kita tidak pergi saja? Temanku masih memberikan aku kesempatan untuk pergi ke sana. Dia bahkan berjanji akan membantu kita dalam mengurus ijin tinggal kita di sana." ujar Emir saat keduanya sempat diam tak bicara selama beberapa menit.
"Kak, biarkan kita di sini. Biarkan aku menghadapi masa laluku dengan berani agar aku bisa hidup dengan tenang di masa depan. Aku tak takut lagi karena ada kamu, ada ibu yang selalu memberikan aku kekuatan." Aina menatap Emir. Lelaki itu pun menatap ke arahnya juga. Pandangan mata mereka bertemu membuat Aina merasakan debaran di dadanya.
Emir mengecup dahi Aina lalu memeluk perempuan itu dengan penuh kelembutan .
"Tadi ngapain dengan Arya?" tanya Emir.
"Kami tak sengaja bertemu." Aina memilih berbohong. Entah mengapa dia enggan menceritakan apa yang Arya ceritakan. Aina tak mau Emir cemburu karena ternyata kisah tentang Emir masih mempengaruhi dirinya.
"Oh......." Emir hanya mengangguk. "Tadi aku juga diajak ibu bos menemaninya belanja."
"Aku dapat melihatnya."
Emir menyisir rambut Aina dengan jari-jarinya. "Sayang, aku belikan gaun untukmu. Gaun untuk dipakai di acara ulang tahun perusahaan. Sebab setelah ulang tahun perusahaan, kamu akan bekerja di kantor pusat perusahaan. Kita akan berpisah kantor."
"Makanya kita buka saja rahasia tentang hubungan kita."
Emir mengangguk. "Iya, sayang."
***********
Sesuatu akan terjadi di ulang tahun perusahaan. Kakak Fatar yang selama ini belum pernah dimunculkan, akan muncul.
krn mgkn sbnrnya Hamid, Wilma dan Emir adlh saudara seayah...
smoga brharap Emir GK trmsuk dlm lingkaran orang jht yg mo ancurin kluarga kmu ai.....smoga....