Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 10
Inces terdiam, merasa ragu untuk memberitahu siapa nama ibunya gevano.
"Nama ibunya Vano..." ucapan inces terpotong, ketika gevano yang keluar dari dalam rumah.
"Om inces, tolongin.... " Gevano terlihat kesusahan dengan membawa banyak mainan di tangannya.
"Ya ampun... Vano. Kenapa bawa mainannya banyak sekali?" Inces menepuk jidatnya, saat melihat tingkah gevano.
Raffael segera menghampiri gevano, yang kesusahan. dia pun meminta gevano, agar memberikan semua mainannya kepadanya.
"Telima kasih, om tampan." ucap gevano, senang.
Raffael pun tersenyum. "Sama-sama, vano."
Inces tersenyum tipis melihat gevano, yang terlihat bahagia saat bersama Raffael.
Andai saja gevano dapat bertemu dengan ayahnya, mungkin setiap hari gevano tidak akan merasa sedih lagi.
"Om inces, mau ikutan main?" Gevano menatap inces yang sedang terdiam.
"Iya dong. Om ikutan..." seru inces tersenyum lebar.
Mereka bertiga pun menghabiskan waktu bermain, sampai berjam-jam. gevano yang sudah lelah pun, tak terasa tertidur di pangkuan raffael.
Raffael tersenyum tipis, saat melihat gevano yang tertidur, kemudian dia pun menggendongnya.
"Dia sangat lucu, jika saat tidur seperti ini." Raffael menatap lekat wajah gevano, yang tertidur.
Inces pun ikut tersenyum, karena apa yang di katakan Raffael memang benar. jika gevano, semakin lucu jika saat tertidur.
"Berikan dia kepada, ku." ucap inces, membuat Raffael menoleh ke arahnya.
Raffael mengangguk dan tersenyum tipis, memberikan gevano kepada inces.
"Terima kasih, karena sudah mau menemani vano." Inces menatap Raffael, yang tak melepaskan tatapannya pada gevano.
Raffael melirik sekilas. "Aku juga senang, karena bisa bermain dengan dia." Mengusap lembut puncak kepala gevano. "Baiklah kalau begitu, Aku pamit dulu."
Inces pun mengangguk pelan,mempersilahkan raffael yang akan pergi.
Raffael sebenarnya merasa enggan untuk pergi dari sana, karena masih ingin berlama-lama dengan gevano.
Namun apa boleh buat, dia juga masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan.
Raffael pun segera pergi dari sana, berharap besok dirinya dapat bertemu kembali dengan gevano.
*
*
*
Di rumah makan...
Dinda yang sudah selesai dengan pekerjaannya pun, bersiap untuk pulang.
Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan gevano, yang seharian ini dia tinggalkan.
Sesampainya di rumah, dinda tersenyum melihat gevano yang sudah tertidur.
"Tumben, enggak pulang malam?" Inces yang sedang duduk pun, beranjak dari kursi.
Dinda tersenyum. "Hari ini, pemilik rumah makan ada acara keluarga. Jadi beliau memutuskan, untuk menutup rumah makannya lebih awal." jawab dinda memberitahu.
Inces pun mengangguk pelan, kemudian dia menatap gevano yang tertidur. "Vano pasti lelah, din." ucap inces yang kini, beralih menatap dinda.
Dinda mengernyitkan dahi. "Memangnya Vano habis ngapain?" tanya heran.
"Ya...biasa. Anak kamu, dari tadi main sama si... siapa, ya? Aku lupa lagi namanya." jawabnya bingung.
Dinda hanya tersenyum tipis, melihat tingkah temannya itu.
"Oh...eike tahu sekarang. Tadi Vano main sama, om tampan." timpal inces heboh.
"Om tampan? Siapa dia?" Dinda yang heran pun segera bertanya.
Inces memegang kepalanya, nampak sedang berpikir. "Itu loh... laki-laki kota yang bekerja di proyek sana. Kamu tahu tidak?" tanya balik inces.
Dinda menggeleng pelan, sebab memang dirinya tidak tahu. namun tiba-tiba saja dia teringat pada gevano, yang pernah menyebutkan nama om tampan.
"Aku tidak tahu, ces. Tapi pernah pada waktu kemarin Vano bilang, jika dia bertemu dengan om tampan."
Inces tersenyum penuh arti. "Sepertinya dia memang orang yang sama, din. Apa kamu sudah pernah bertemu dengannya, din?" tanyanya santai.
"Aku belum pernah bertemu, ces. Memangnya kenapa?" Dinda memicingkan matanya, menatap gelagat aneh pada temannya itu.
"Menurut eike, Vano sangat nyaman dengan om tampan itu. Bahkan eike, juga lihat kalau om tampan itu, cocok jadi papahnya Vano, din." Inces menatap serius dinda, yang sedang mendengarkan perkataannya.
"Ha... ha... ha..." Tiba-tiba saja dinda tertawa, setelah mendengar perkataan inces. "Jangan ngawur kamu, ces." sahut dinda dingin, seketika merubah wajahnya datar.
Inces menatap heran dinda, yang memperlihatkan sikap labilnya. "Jangan marah, din. Eike cuma, berpendapat saja. Siapa tahu kamu tertarik, kalau sudah melihat wajah om tampan." sahut inces, terkekeh.
Dinda menatap tajam. "Aku sudah bilang, ces. Kalau Aku..." Perkataan dinda terhenti, saat tiba-tiba saja, inces menyelanya.
"Kalau kamu tidak akan menikah lagi, sampai Vano mendapatkan kebahagiaan. Gitu!" Inces pun mulai sewot.
Dinda tersenyum tipis dan mengangguk pelan, mendengar perkataan inces yang sangat tepat.
"Tapi din, eike lihat kalau Vano, terlihat bahagia dengan laki-laki itu." sahut inces berusaha meyakinkan.
"Sudahlah, ces. Aku tidak ingin membahas soal ini lagi. Terima kasih, karena hari ini sudah menjaga Vano. Kalau begitu Aku, mau istirahat dulu." Dinda mendorong tubuh inces, supaya keluar dari kosannya.
Dia merasa sudah jengkel pada inces, yang selalu membicarakan laki-laki tampan itu.
"Dinda...! Aku belum selesai cerita, din." teriak inces, yang merubah gaya bicaranya.
Inces pun menghela nafas kasar, saat dinda benar-benar tidak lagi menyahut perkataannya.
"Lihat aja, din. Kamu pasti akan langsung jatuh cinta, saat melihat om tampan. Kita lihat saja, apa om tampan mampu meruntuhkan kerasnya hati, mu." gumam inces, penuh keyakinan.
Setelah itu pun dia pergi dari sana, menuju ke dalam kosannya.
Sementara itu di dalam kosan, dinda sedang menatap wajah gevano yang tertidur. seketika dia menitikkan air mata, saat membayangkan gevano yang merindukan sosok ayahnya.
"Maafkan, mamah Vano. Mamah belum bisa mempertemukan kamu dengan papah. Mamah janji, jika suatu saat kita bertemu dengannya. Mamah akan katakan, jika kamu adalah anaknya." Dinda mengusap puncak kepala gevano, dengan lembut.
Dinda hanya mampu menangis, saat mengingat kisahnya dulu. dimana dia yang harus berjuang sendirian, saat menghadapi masa-masa sulit saat hamil tanpa suami.
Seketika dia teringat pada sosok om tampan, yang mampu membuat gevano nyaman bersamanya.
"Sepertinya Aku harus menemui orang itu. Aku harus berterima kasih kepadanya, karena sudah menjaga, vano." ucap dinda, menyeka air matanya.
Sebenarnya dinda juga sangat penasaran, dengan wajah om tampan itu. dia juga berharap, besok dapat bertemu dengannya dan berterima kasih kepadanya.
*
*
*
Keesokan harinya...
Hari ini, seperti biasa dinda pergi bekerja dan Vano dia titipkan pada inces.
"Mamah berangkat dulu ya, vano." Dinda mencium pipi, dan juga kening gevano penuh kasih sayang.
Gevano pun tersenyum. "Hati-hati ya mah. Vano sayang mamah." balasnya senang.
"Mamah juga sayang, vano."
Mendengar anak dan ibu itu, sedang saling mengungkapkan rasa sayangnya, inces hanya mendelik.
"Jadi...enggak ada yang sayang sama, eike nih!" sahutnya ketus.
Dinda dan gevano, sama-sama melihat ke arah inces. mereka berdua pun terkekeh.
"Aku sayang om inces...!" seru gevano, memeluk inces.
Dinda hanya tersenyum tipis, melihat sikap mereka berdua.
"Kalau begitu, Aku pamit dulu. Assalamu'alaikum." pamit dinda pergi.
"Wa'alaikumussalam." balas inces, kemudian memberikan pertanyaan yang membuat langkah kaki dinda terhenti.
"Din, yakin nih, enggak mau ketemu sama om tampan?" Inces dan gevano, saling lirik dan terkekeh.
lanjut Thor 🥰