Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cincin pertunangan.
"Sebuah cincin?" Yuan Rui memainkan cincin itu di langit.
Cincin berwarna perak itu bercahaya sangat terang di bawah sinar matahari, seakan-akan mampu membutakan mata dan hatinya. Dada Yuan Rui berdegup kencang, meninggalkan rasa ingin tahunya yang mendalam, lalu dengan berani dia menanyakan kepada Luo Yan, "Kenapa kau memilihku?"
Selama ini, banyak orang yang menghindari pandangannya. Penampilannya yang seperti gelandangan dan kurang terawat membuatnya merasa terasing. Namun, Luo Yan justru tertawa dan berkata, "Tak peduli bagaimana penampilanmu, aku akan selalu bisa melihat keindahan di dalam dirimu."
"Sebelum semuanya berakhir, aku mohon simpanlah benda itu dengan baik," tambahnya penuh harap.
Dengan melambaikan tangannya, Luo Yan mulai berjalan. Setelah langkahnya menjauh sekitar empat langkah, ia berbalik. "Sungguh, tunggulah aku! Dalam empat tahun lagi, segalanya akan terjawab! Apapun yang terjadi, tunggulah diriku, Yuan Rui! Apa kau mengerti?"
Mendengar kata-kata itu, Yuan Rui merasakan sesuatu bergetar dalam hatinya. Akhirnya, ia tertawa lepas untuk pertama kalinya. Ia mengangguk, "Ya, akan kutunggu!"
Di dalam rumah, Luo Yi sedang berlarian, menggeledah setiap sudut ruangan dengan gelisah. "Kenapa benda itu bisa menghilang?!" teriaknya, tak bisa menahan kepanikan.
Ia sedang mencari sesuatu yang spesial sebuah hadiah untuk Luo Yan setelah ujian pendewasaan selesai. Tidak menyangka anaknya itu bisa memenangkan salah satu dari dua ujian tersebut, Luo Yi bangga sekaligus cemas.
Benda yang dicari sebenarnya adalah cincin perak yang sangat indah, pemberian keluarga Luo secara turun temurun. Cincin warisan itu seharusnya diberikan kepada keturunan mereka saat berusia lima belas tahun, sebagai simbol lamaran kepada kekasih dan awal hubungan yang serius.
"Luo Yan sudah dewasa sekarang, bukankah sudah waktunya dia tertarik pada lawan jenis?" gumam Luo Yi, terbayang jika seandainya dia bisa membelikan sebuah cincin baru sebagai pengganti. Namun, pikirannya terhenti. Kesucian cincin warisan itu tak bisa digantikan.
Setelah beberapa saat, terdengar langkah kaki mendekat. Luo Yi segera menoleh dan menemukan Luo Yan yang berdiri, bingung dengan situasi di sekitarnya.
"Kenapa begitu berantakan di sini?" Kepala Luo Yan berputar melihat rumah yang berantakan, seolah-olah terkena badai.
"T-T-Tidak ada apa-apa," suara Luo Yi kecil, tidak meyakinkan.
Dengan nada suara yang aneh, Luo Yan merasa ada yang tak beres. Kamar terbuka, lemari berantakan, dan pakaian berserakan membuatnya mendesah pelan.
Pikirannya segera terhubung. "Pasti karena benda itu..." ujarnya sambil menepuk jidat.
Luo Yan mendekati ibunya, "Ibu, apa kau mencari sebuah cincin?"
Alis Luo Yi terangkat, mata yang penuh harapan menatap anaknya. Luo Yan, melihat reaksi itu, mengeluarkan sebuah kotak hitam berhiaskan perhiasan unik yang mengelilinginya.
Luo Yi segera meraih kotak tersebut, dengan tangan bergetar ia membukanya, "Ini... Dimana kau mendapatkannya?"
Detak jantung Luo Yi tak teratur, benda yang dicari selama ini ternyata ada dalam genggaman anaknya. Namun, beberapa detik kemudian, dia terkejut melihat cincin di dalam kotak itu juga menghilang.
"Luo Yan, kemana cincin di kotak ini?" tanyanya penuh kebingungan.
Mendengar pertanyaan itu, Luo Yan tersenyum lebar dan menjulurkan tangan.
Mata Luo Yi melebar, melihat di jari manis anaknya melingkar sebuah cincin perak yang bersinar. "Kau bertunangan dengan seseorang?!" pekiknya, suaranya menggema di seluruh rumah, menghangatkan hati mereka berdua.