NovelToon NovelToon
DATING? YOU'RE DEAD!

DATING? YOU'RE DEAD!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat / Trauma masa lalu / Careerlit
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

Banyak wanita muda yang menghilang secara misterius. Ditambah lagi, sudah tiga mayat ditemukan dengan kondisi mengenaskan.

Selidik punya selidik, ternyata semuanya bermula dari sebuah aplikasi kencan.

Parahnya, aparat penegak hukum menutup mata. Seolah melindungi tersangka.

Bella, detektif yang dimutasi dan pindah tugas ke kota tersebut sebagai kapten, segera menyelidiki kasus tersebut.

Dengan tim baru nya, Bella bertekad akan meringkus pelaku.

Dapatkah Bella dan anggotanya menguak segala kebenaran dan menangkap telak sang pelaku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DYD22

POV BELLA

"Baiklah kalau begitu ... terimakasih atas kerjasamanya. Saya pamit dulu ya, Mas Edwin ...." Pamit ku seraya berjalan menuju pintu.

"Hati-hati, Mbak." Edwin menyusul di belakang ku.

Sempat ku lihat senyuman di bibir pria itu mengembang. Tidak-tidak, ia menyeringai? Jantung ku tiba-tiba berdetak kencang.

"Mbak Bella, ada yang ketinggalan," kata Edwin yang berdiri di belakang ku. Aku lekas berbalik badan. Namun, tiba-tiba saja ....

BUGH!

...----------------...

Adu mulut dengan Handoko cukup membuat tenaga ku terkuras. Jujur, aku lebih menyukai adu otot ketimbang adu mulut. Singkat, padat, hantam. Tapi, aku bisa apa? Tidak mungkin kan aku tiba-tiba membanting pria tua yang menjabat sebagai ketua di kantor tempat ku bekerja itu? Menjengkelkan. Untung saja ayah jauh-jauh hari sudah membeberkan kartu AS pria penggila uang itu. Setidaknya, rencana dia untuk mengeluarkan Tim 1 dari kasus pembunuhan berantai ini tak berjalan sesuai keinginannya.

Lagi pula, seenaknya saja dia ingin merampas kasus yang membuat ku sampai memilih untuk pindah ke tempat terpencil ini. Ya, meskipun dulu sewaktu aku kecil, aku pernah tinggal di tempat ini dengan waktu yang cukup lama. Hanya saja, sewaktu di ibukota, karir ku lagi bagus-bagusnya. Kalau bukan karena memilih untuk mengejar kasus ini, pasti aku sudah terpilih menjadi ketua di usia muda. Sayang sekali.

Kasus ini cukup rumit, pelaku sangat handal dalam menghapus jejak. Aku sudah bekerja mati-matian untuk meringkus pelaku. Bahkan aku pernah menyamar dengan akun palsu dan menggoda pelaku melalui aplikasi kencan yang kerap kali menjadi umpannya dalam menjerat wanita. Nyaris saja kami bertemu, akan tetapi, tiba-tiba saja pelaku memblokir ku dan menghilang tanpa jejak.

Setelah kejadian itu, kondisi di wilayah tugasku cukup aman terkendali. Feeling ku mengatakan, monster itu pasti sudah angkat kaki dari kota ini. Tapi, apa sebabnya? Apa dia tau tentang identitas ku? Lalu, ke mana dia pergi?

Nyaris setahun aku mencari tau di mana keberadaan pelaku. Bahkan berbulan-bulan aku mengubek isi internet, barangkali bisa menemukan kasus serupa di tempat yang berbeda. Tetapi, tak ada satupun berita yang sesuai dengan pencarian ku.

Sampai suatu ketika, seorang teman ku yang berprofesi sebagai reporter di suatu kota terpencil mengirimkan aku sebuah foto jasad wanita yang meninggal secara mengenaskan. Sontak mataku berbinar, aku tau, pelaku merupakan orang yang sama dengan yang selama ini aku cari. Ternyata, para awak media di kota itu dibungkam oleh aparat hukum. Pantas saja tak ada satupun berita dengan kasus yang sama. But, why? Kenapa para aparat hukum malah seolah melindungi pelaku?

Dan ... setelah aku mengorbankan kenaikan pangkat ku, akhirnya aku bertemu dengan pelaku. Ya, akhirnya aku bertemu dengan monster gila itu, di sini ... di kota terpencil ini.

Awalnya, aku sempat terkecoh dalam mengenali pelaku. Karena dari penyelidikan yang dulu, pria itu menggunakan username T.E.M dan mengaku sebagai seorang dokter bedah. Dia juga acap kali memamerkan tatto di pergelangan tangannya. Dan yang semakin membuat aku tertipu, aku menemukan seorang dokter dengan ciri-ciri yang sama dengan pelaku. Satu-satunya Dokter yang memiliki tatto di rumah sakit kota ini, Tommy.

Namun, setelah aku menyelidiki lebih jauh, tatto yang ada di pergelangan Dokter Tommy berbeda jauh dengan tatto yang dikirimkan pelaku dari aplikasi kencan tersebut. Sesaat aku berpikir, bisa saja kan dia menghapus tatto sebelumnya dan membuat tatto yang berbeda? Ya, tentu saja bisa. Hanya saja, aku memilih untuk tidak meyakini hal itu.

Jujur saja, aku sedikit terusik dengan kehadiran satu orang pria di sekitar ku. Pria yang selalu mengenakan sarung tangan hitam berbahan kulit setiap kami berjumpa. Pria yang pertama kali menyambut ku dengan hangat di kota ini, pria yang berprofesi sebagai pelukis, Edwin.

Setiap kali kami bertemu, Edwin selalu menyuguhkan senyuman manis padaku. Ia selalu bersikap bak anak kelinci yang menggemaskan. Tutur bahasa nya lembut, mengalahkan penyair syahdu. Namun, aku sangat tau, dia hanya sedang bersandiwara. Aku dapat membaca semua gerak-geriknya. Senyuman palsu, tutur bahasa lembut yang dibuat-buat.

Keyakinan semakin bulat saat aku diserang di lembah bukit. Meskipun bukti-bukti seolah ingin menunjukan orang itu adalah Tommy, akan tetapi, postur tubuhnya jelas menunjukkan bahwa pria itu adalah Edwin. Tapi, bagaimana caranya aku membuktikan pendapat ku ini? Ingin saja aku berdiskusi dengan para anggota ku. Namun, aku tak bisa mempercayai satu orang pun, apalagi aparat di sini sudah terlalu banyak mendapatkan cap buruk dari masyarakat. Ditambah lagi dengan kematian Davina yang terjadi di ruangan divisi kriminal. Sungguh, aku tak bisa mempercayai siapapun lagi.

Hari ini, aku mengabaikan ponselku yang berkali-kali bergetar. Nama musang gila tertera di layar. Mood ku sudah berantakan karena beradu mulut dengan si Handoko sialan. Aku tak sabar untuk pulang lalu beristirahat, demi mengumpulkan kembali tenaga yang terkuras.

Aku menghela napas panjang kala mobil ku sudah terparkir di depan rumah, tak sabar rasanya ingin bermanja-manja dengan ranjang empuk favoritku.

Sejenak aku terpaku, kening ini mengernyit kala membuka kunci pintu. Ada yang aneh.

'Apa aku lupa mengunci pintu?' batin ku sedikit was-was saat mendapati pintu dalam kondisi tak terkunci.

Dengan hati-hati ku dorong daun pintu, langkah ini perlahan melangkah masuk. Gesit aku mengeluarkan pisau lipat dari dalam saku, mata ku mengedar dalam ruangan yang gelap gulita. Bekas peluru yang masih terasa ngilu, sebenarnya meninggalkan trauma untuk ku.

Netra ku membeliak saat melihat bayangan hitam melesat cepat ke arah ku. Aku sudah siaga dengan jantung yang berdebar kencang. Jika diserang lagi, bagaimana ini? Aku pasti kalah telak jika harus bertarung dengan kondisi seperti ini.

Detik-detik menegangkan di depan mata, seketika menjadi detik-detik yang menyebalkan dan sangat memalukan. Musang gila itu berdiri di hadapan ku sambil tertawa kencang.

"Ternyata putriku bisa takut juga ya?" ledek Ayah sembari terkekeh.

"Cemas, bukan takut. Wajar saja aku cemas, kondisi ku kan seperti ini," kilah ku dengan wajah cemberut.

"Cemas sama takut beda-beda tipis, Bell. Tapi, masih bisa dibedakan lhooo," godanya.

Aku mencebik dan memutar malas bola mataku. Buru-buru aku menyalakan lampu. Wajah menyebalkan itu semakin jelas terlihat.

"Ngapain kemari, Yah?" tanya ku kesal.

"Ngepet. -- Ya mau lihat kondisi kamu lah. Ayah telepon diabaikan terus sih." Jawabnya sembari meluruhkan bokongnya di atas sofa beludru kesayangan ku.

"Aku baik-baik saja, Yah." Sahut ku sembari mengeluarkan minuman botol dari dalam kulkas.

"Baik-baik saja, tapi, muka kayak dompet di tanggal tua begitu? Kusut."

"Biasalah, Yah. Handoko kepret itu mengusik pekerjaan ku."

"Lalu?"

"Tenang saja, berkat bekal dari Ayah, semua terselesaikan. Hanya saja, mood ku belum bisa kembali."

Ayah manggut-manggut seraya tersenyum, maniknya menatap ku lekat. "Mau main catur?"

Sembari meletakkan dua botol minuman di atas meja, bibirku pun ikut tersenyum. "Nice idea!"

Cukup lama aku dan ayah menyalurkan hobby sembari berbincang-bincang. Pembahasan kami tak jauh dari seputar pekerjaan ku. Tampaknya, ayah juga penasaran dengan perkembangan kasus yang aku tangani.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari ini, aku memutuskan untuk menyelidiki sendiri tentang kebenaran dari semua dugaanku. Aku mendatangi kediaman Edwin tanpa ditemani anggota ku.

Kini, pria yang paling aku curigai, tengah menatap ku lekat. Dia tampak memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan padaku.

"Ingatan saya belum pulih, Mbak," jawabnya seraya tersenyum tenang. Ah, muak sekali aku mendengarnya.

"Sayang sekali, ya. Padahal, anda bisa menjadi saksi kunci dalam kasus ini. Jujur saja, kami sangat kesulitan dalam meringkus pelaku. Monster itu benar-benar lihai dan cerdik." Aku mengamati wajahnya yang sesaat tak berekspresi. Ya, itu lah wajahmu yang sebenarnya.

"Ya, sayang sekali, Mbak. Tapi, mau bagaimana lagi ya, Mbak. Namanya juga masih belum pulih." Lagi-lagi ekspresi wajahnya dibuat-buat.

Aku juga berusaha tetap tersenyum saat ini, meskipun benak ku sudah dongkol setengah mati. Tapi, penyelidikan ku tentunya tak boleh berakhir hanya karena dia beralibi dengan ingatan nya yang belum pulih, kan?

"Mas Edwin, boleh saya pinjam toiletnya? Maklum, jarak yang akan saya tempuh nanti masih terlalu jauh."

Sesaat, netra pria itu berubah tajam, lalu kembali menatapku dengan lembut.

"Silahkan, Mbak. Ruangan paling belakang, -- perlu saya antar?"

"Tidak usah, Mas. Biar saya cari sendiri." Aku buru-buru melangkah dengan meniru gaya jalan orang yang kebelet. Tapi, begitu ia tak melihat, langkahku kembali normal.

Begitu sampai di dalam toilet, aku lekas menyalakan keran untuk meredam suara di dalam sini. Dengan gesit, aku membuka tas dan mengeluarkan luminol yang sejak tadi memang ku bawa.

*Luminol : Zat kimia yang digunakan untuk mendeteksi jejak darah pada tempat kejadian perkara (TKP).

Ku semprotkan benda itu ke beberapa tempat, lalu secepat kilat lampu ku padamkan. Tak berselang lama, bola mataku membeliak dengan apa yang ku lihat.

'Gila!' Jerit ku dalam hati saat melihat banyaknya bercak darah pada bathub dan beberapa benda lainnya. Ku teguk kasar ludah ini, buru-buru aku menyalakan lampu.

Ku pasang wajah setenang mungkin ketika keluar dari kamar mandi. Punggung yang nyaris merosot, kembali ku tegakkan. Kedua alisku sempat beradu ketika melintas di sisi meja makan. Ku perhatikan beberapa peralatan makan yang tersusun rapi di atas meja. Aku berusaha tenang saat melihat pisau pemotong steak yang ikut berbaris rapi di atas sana. Pisau yang sama persis dengan pisau yang menancap di bawah dagu Davina kemarin lalu.

Sejenak aku terhenyak, tapi, getaran-getaran ponsel yang sejak tadi tak mau diam seolah menyadarkan ku. Tanpa memeriksa benda pipih itu, aku kembali bergegas melangkah menemui Edwin yang sudah menungguku di depan sana.

Ku tatap hidungnya yang sedikit kembang kempis saat aku mulai mendekat, seolah dia sedang berusaha mengendus sesuatu? Apa ada aroma luminol di pakaian ku? Tenang Bella, tenaaang. Bersikaplah seperti biasa.

"Terimakasih ya toiletnya, Mas," ucapku. Edwin mengangguk tanpa sepatah kata, raut wajahnya kentara berbeda. Aku tak boleh berlama-lama lagi di sini.

"Baiklah kalau begitu ... terimakasih atas kerjasamanya. Saya pamit dulu ya, Mas Edwin ...." Pamit ku seraya berjalan menuju pintu.

Sempat ku lihat senyuman di bibir pria itu mengembang. Tidak-tidak, ia menyeringai? Jantung ku tiba-tiba berdetak kencang.

"Hati-hati, Mbak." Edwin menyusul di belakang ku. Derap langkahnya terdengar begitu cepat.

"Mbak Bella, ada yang ketinggalan," kata Edwin yang sudah berdiri tepat di belakang ku. Aku lekas berbalik badan. Namun, tiba-tiba saja ....

BUGH!

*

*

*

1
Hery
/Joyful//Joyful//Joyful/
Tien PL
/Toasted/
Hery
merinding anjirrrr
Sugem
tiba2 aja oky lukman,ngakak 😂😂😂
Sugem
asli deg2an
🍁𝐘𝐖❣️💋🅰🅽🅸🅽👻ᴸᴷ
Asyiiiaaappp, De, otw ngeng ngeng 🏍️🏍️🏍️
🍁𝐘𝐖❣️💋🅰🅽🅸🅽👻ᴸᴷ
Amiiinnnnnnn 😇🤲🙏
🍁𝐘𝐖❣️💋🅰🅽🅸🅽👻ᴸᴷ
Cama², De ❤️🤗😘
🍁𝐘𝐖❣️💋🅰🅽🅸🅽👻ᴸᴷ
Hallo, Adeee ❤️🤗😘
🍁𝐘𝐖❣️💋🅰🅽🅸🅽👻ᴸᴷ
OMG, Bella, Aman, normal kok klo rada gmana liat 'pemandangan' indah di depan mata 🤣🤭🙈
Endah Dwi
kasian kamu bella..awalnya edwin yg kukira baik,ternyata membuatku ingin berteriak
edwiiinnnnn kamu bajingaaaannnnnn
Vajar Tri
Thor bagai mana ini aku kecanduan cerita mu ini..... lanjut Thor seru up nya tambahin yak 🫰🫰🫰🫰🫰🫰🫰🫰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥳🥳🥳🥳🥳🤩🤩🤩🤩🤩
Dae_Hwa💎: Malam up ya, tungguin ya 🤭
Jangan lupa tinggalkan bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
total 1 replies
Raa
Kematian pun sebenarnya percuma.
Edwin psikopat yang udah ... entahlah sulit menjelaskannya 😀
Keren kamu Kak❤️
Dae_Hwa💎: Author pun sulit menjelaskan 🤭
total 1 replies
Raa
Sia-sia harta yang dirimu dapatkan dari Edwin ... Akhirnya mati juga 'kan😆
Dae_Hwa💎: /Joyful/
total 1 replies
Raa
Abis ini dirimu bakal dapat giliran.
Raa
Bell ... jangan langsung di bunuh ya si Edwin nya. Siksa dulu .
Dae_Hwa💎: siksa abis²an 🤭
total 1 replies
Raa
Jangan percaya ma anggota yang udah di sumpal uang. Cari sendiri aja Pak.
Dae_Hwa💎: ketika uang berbicara
total 1 replies
Raa
Habisi langsung aja Bell. Dipenjara pun percuma kalau masih banyak yang bekingan nya.
Raa
Bella 🥹
Raa
Hahaha 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!