Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18 Twins A
Ilham menggeliatkan tubuhnya yang masih berada di dalam selimut, hari ini terasa sangat dingin sekali, tidak seperti biasanya. Pria itu mendengar suara teriakan yang berasal dari luar kamarnya, dia langsung menutup telinga dengan rapat.
"Kenapa kalian ini hobi sekali bangun kesiangan? Setiap hari Mama harus berkoar-koar seperti ini!" teriak wanita paruh baya, Ibu Ilham — Mega.
"Ilham!" teriak Mega menggedor pintu kamar putra sulungnya. "Lihatlah sudah pukul berapa, kau akan terlambat masuk kerja!"
"Beginilah setiap harinya, gendang telingaku terasa mau pecah."
"Ilham!" Mega berteriak untuk kesekian kalinya. "Bangun!"
Ilham membuka pintu, dia mengucek mata dan menyandarkan tubuhnya di daun pintu. "Aku sudah bangun, Ma."
"Kenapa belum bersiap? Kalau kau pergi terlalu siang, jalanan pasti macet dan bisa memperlambat waktumu untuk sampai di tempat kerja." ujar Mega menceramahi. Ilham mendapat shift siang, dia akan bekerja sampai restoran tutup. Biasanya, jika pergi pagi, maka pukul enam sore dirinya sudah berada dirumah.
"Jika Mama terus bicara seperti ini, bagaimana aku bisa bersiap?"
Mega mengulirkan bola mata. "Ya sudah sana mandi! Pukul sepuluh baru bangun dan kau pasti berpikir kalau ini masih pagi."
Setelah melihat Mama nya pergi, Ilham langsung menutup pintu dan berjalan menuju ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian.
Ilham sudah dalam perjalanan dan dia tidak sempat makan apa pun dirumah, pria itu menaiki moge (MOTOR GEDE) kesayangannya. Saat sedang asik bersiul dan bersenandung, tiba-tiba seekor kucing lewat begitu saja membuat Ilham kaget dan mengerem mendadak. Namun, pria itu semakin terkejut karena sebuah mobil sport berwarna Silver menubruk motornya dari belakang, hingga membuat moge Ilham terjatuh.
Bruk
Ilham bergegas menegakkan tubuhnya, dia malu karena banyak pengendara lewat di jam segini. Dirinya melihat mobil yang tadi menubruk motornya, pria itu berjalan menghampiri. Sedangkan di dalam mobil, Ayuna menepuk jidatnya. Dia menyesali perbuatan cerobohnya.
"Buka!" teriak Ilham mengetuk jendela.
Yuna menarik napas dalam-dalam lalu dia turun dari mobilnya. Wanita itu sekarang sudah berdiri di depan Ilham.
"Dira?"
Ayuna melihat ke sekeliling. "Kau bicara padaku?"
Ilham membuka helm full facenya. "Hei, kenapa nada bicaramu ketus sekali? Tidak biasanya kau seperti ini."
Yuna terlihat kesal. "Inilah gayaku! Dan ya, siapa Dira? Aku bukan Dira, tapi Ayuna."
"Lelucon apa ini, Dira?" Ilham melihat mobil yang tadi dikendarai Ayuna. "Mobil siapa yang kau bawa? Beberapa hari tidak masuk bekerja, kau terlihat berbeda."
"Diamlah! Jangan sok kenal seperti ini. Dasar modus!" ketus Yuna berniat pergi tanpa meminta maaf, dia sudah terlanjur kesal pada Ilham.
"Ada apa dengannya?" Ilham masih saja mengejar Ayuna yang sudah masuk ke dalam mobil. "Dira! Dira buka pintunya! Kau ini kenapa? Jika ada masalah, kau bisa ceritakan padaku." teriaknya sembari mengetuk jendela.
Yuna mengacak rambutnya, dia merasa frustasi. Wanita itu membuka sedikit jendelanya. "Denger ya, namaku Ayuna, bukan Dira! Sekali lagi kau memanggilku dengan sebutan Dira, maka aku akan menghajarmu." ketus Yuna sebelum kembali menutup jendela mobilnya.
Ilham hanya bisa menatap kepergian mobil yang dikendarai oleh Ayuna. Dia berusaha keras memikirkan perkataan Ayuna tadi.
"Dia bukan Dira? Tapi, mana mungkin! Wajahnya sangat mirip dengan Anindira. Apa dia sedang membuat prank? Akh, entahlah! Aku harus segera sampai di restoran." Ilham kembali ke motornya, dia melihat badan mogenya yang sedikit lecet.
*****
Anindira mengetuk pintu gudang dengan sisa tenaganya. Bagaimana tidak, sudah menjelang malam tetapi dirinya belum makan sesuatu hingga membuat cacing diperutnya mulai demo.
"Daf, Daffa buka pintunya! Aku sangat lapar, biarkan aku memakan sesuatu." teriaknya lemah.
Anindira merasakan barang-barang yang ada di sekelilingnya berputar tak tentu arah, kepalanya terasa berat dan tubuhnya gemetaran. Perlahan kesadaran Anindira mulai hilang, dia terjatuh di lantai dan tidak bisa mendengar atau bicara apa pun.
BERSAMBUNG
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya