Tuhan menciptakan rasa cinta kepada setiap makhluknya. Jika cinta itu tak bersambut atau tak terbalaskan, apakah itu salah cintanya?
Akankah sebuah hubungan yang terlalu rumit untuk di jelaskan akan bisa bersatu? Atau....hanya mampu memiliki dalam diam?
Hidup dan di besarkan oleh keluarga yang sama, akankah mereka mengakhiri kisah cintanya dengan bahagia atau....menerima takdir bahwasanya mereka memang tak bisa bersatu!
Mak Othor receh datang lagi 👋👋👋👋
Rishaka dll siap menarik ulur emosi kalian lagi 🤭🤭🤭
Selamat membaca ✌️✌️✌️
Kalau ngga suka, skip aja ya ✌️ jangan kasih rate bintang 1
makasih 🥰🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Mas Galang!"
Yang memiliki nama tersebut pun menoleh. Ternyata seorang pramugari kereta yang merupakan teman satu kru dengannya.
"Iya?", tanya Galang.
"Masih ada waktu dua jam lagi sebelum kereta berangkat."
"Kenapa memangnya?", tanya Galang.
"Mumpung lagi di sini, eum...mas Galang ngga keberatan kan jalan-jalan sebentar? Ke kafe yang dekat stasiun aja!", ajak salah seorang perempuan cantik itu.
Galang tersenyum tipis.
"Maaf, saya mau istirahat di ruang istirahat saja", tolak Galang.
Senyum perempuan itu luntur bersamaan dengan Galang yang berpamitan.
"Saya duluan...!", kata Galang yang melangkah pergi meninggalkan perempuan itu.
Rekannya menepuk bahu perempuan yang mengajak Galang berbicara tadi.
"Udah lah, mungkin orang kaya kita bukan levelnya Galang."
"Emang gue kurang cantik ya?", tanyanya.
"Lo cantik, cantik banget malah. Cuma mungkin, Lo emang bukan tipenya dia."
Kedua perempuan itu pun pergi untuk beristirahat sebelum kembali melanjutkan rute mereka.
Galang menyapa rekan-rekannya yang ada di sana. Dia pun beristirahat di ruangan yang memang di gunakan untuk beristirahat para karyawan, khususnya profesi seperti dirinya.
Galang merebahkan diri sambil memainkan ponselnya. Ia mengabari oma nya juga bundanya bahwa ia sudah tiba di salah satu kota. Dan beberapa jam yang akan datang, ia akan melanjutkan perjalanan sesuai jadwal.
Usai mengabari keluarganya, Galang menghubungi Ica. Gadis itu sedang berdiskusi dengan tim redaksi yang ada di kantor Oma nya.
Gilang dan Ica memang fresh graduate ,tapi bukan berarti mereka minim pengalaman. Buktinya keduanya bisa berbaur dan dengan mudah turut berdiskusi dengan rekannya yang baru.
"Eum...bisa juga sih idenya kalo kaya gini!", kata ketua tim yang setuju akan ide dari Ica dan Gilang.
Saat sedang berdiskusi ,ponsel Ica berdering. Ada nama Galang di sana. Gilang melihat nama kembarannya tertera di ponsel Ica.
"Angkat aja dulu Ca, ngga apa-apa!", ujar ketua tim.
"Hehehe makasih,kak!", kata Ica meringis. Ia menepuk bahu Gilang sebelum sedikit menjauh dari meja diskusi.
[Assalamualaikum ,mas?]
[Walaikumsalam, sibuk ya Ca? Aku ganggu?]
[Heheh ngga apa-apa. Lagi diskusi aja sama senior, aku sama Gilang magang di kantor percetakan Oma ku heheh]
[Oh...Gilang ikut magang di situ? Kirain bareng Ndhis]
[That is not passion hehehe]
[Bisa aja kamu! Eum, mas lagi istirahat di kota X. Kamu mau mas beliin apa? Nanti sebelum magrib mas udah sampai jakarta lagi]
[Hah? Kok bisa? Emang ngga capek?]
[Hehehe emang begitu mekanisme nya, Ca]
Obrolan itu terus berlanjut sampai akhirnya Ica dengan senang hati menerima tawaran ingin di belikan sesuatu.
Matre ngga sih!!!?
Ya ngga dong, kan sama pacar sendiri! Lagi pula ,Ica bukan ngga mampu. Hanya saja, kalo ada yang gratis kenapa nolak? Namanya ngga bersyukur alias tidak memanfaatkan keadaan. Ya ngga?
Gilang menatap Ica yang video call dengan kembarannya. Ada rasa cemburu di dadanya, tapi....dia siapa?
Plukk! Seorang senior menepuk bahu Gilang.
"Kalau suka, bilang!", katanya. Gilang tersenyum kaku.
"Apa sih bang? Ica itu pacar saudara kembarku!", kata Galang. Senior itu hanya mengangguk pelan.
💜💜💜💜💜💜💜
"Shaka?", panggil Citra yang melihat putranya keluar dari kamar. Ia tak tahu kapan sang putra bungsu datang ke rumah itu.
"Ma...?", sahutnya. Papanya sudah berangkat ke kantor Syam beberapa saat sebelum Shaka tiba di rumah itu.
"Kamu jadi mulai magang di kantor?", tanya Citra. Shaka mengangguk.
Citra membantu Shaka mengancing lengan kemejanya. Pemuda itu membiarkan sang ibu melakukannya.
"Temani mama sebentar!", ajak Citra pada Shaka. Shaka melihat jam sudah menunjukan pukul setengah sembilan pagi. Masih ada cukup waktu untuk mengobrol dengan mamanya dulu.
"Iya, Ma!", sahut Shaka. Mereka pun duduk di sofa ruang keluarga.
"Mama udah dengar soal kamu dan Ica dari kakak mu, Ka!", kata Citra menghela nafas berat.
"Iya Ma, Shaka juga ngga percaya kalau Ica seperti itu. Shaka sama Ica belom sempet ngobrol lagi."
"Kalau udah sempat, coba kalian ngobrol dari hati ke hati biar salah paham nya ngga semakin ruwet."
"Iya, Ma! Mungkin nanti pulang kantor Shaka jemput Ica di kantor Oma nya."
Citra mengangguk pelan lalu memegang kedua tangan Shaka.
"Ada yang ingin mama tanyakan, ini soal....Cyara!", kata Citra.
"Mama ngga usah tanya-tanya lagi. Mulai sekarang, Shaka sama Cya benar-benar sudah selesai Ma!", kata Shaka yang awalnya sedikit keras lama-lama pelan saat menyebut nama Cyara.
Citra tak langsung percaya. Apalagi Shaka mengatakan hal itu sambil menunduk.
"Selesai?", tanya Citra membeo.
Shaka mengangguk lagi sebagai jawabannya.
"Cyara sudah di jodohkan oleh orang tuanya. Yang pasti, mereka seiman."
Meski tak menangis, tapi Citra tahu kalau Shaka begitu sedih menerima kenyataan bahwa ia dan Cyara tidak bisa bersatu.
Citra menarik Shaka dalam pelukannya. Shaka pun membalas pelukan mamanya tersebut.
"Insyaallah, yang kuasa nanti akan memberikan jodoh terbaik buat kamu, buat Cyara juga...!", kata Citra. Tak ada sahutan dari bibir Shaka.
"Kamu yang sabar sayang! Maaf kalau mama dan papa selama ini terkesan keras sama kamu. Kami hanya takut kamu salah jalan nak. Tapi ini semua semata-mata demi kebaikan dan masa depan kalian."
Shaka menghela nafasnya.
"Iya, Ma!", kata Shaka pelan. Perlahan pelukan itu pun terlepas.
Citra menakupkan kedua tangannya di pipi Shaka.
"Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Begitu juga dengan orang tua Cyara. Tapi bukan berarti kamu atau Cya tidak baik, hanya saja ...perbedaan antara keluarga kita dan Cyara memang tidak bisa di satukan. Kamu paham kan sayang?"
"Iya, Ma!", lagi-lagi hanya itu sahutan yang keluar dari bibir Shaka.
"Ya sudah, kalo kamu mau berangkat ke kantor, berangkat sekarang!", kata Citra. Usai berpamitan, Shaka pun keluar dari gerbang kediaman Ziyad.
💜💜💜💜💜💜💜
"Buku apalagi ya?", Habibah sedang mendata buku apa yang akan ia beli.
"Mau ibu temenin ngga ke toko bukunya?", tanya Bu Hima.
"Ngga usah lah, Bu! Ayah kan lagi di rumah. Kali aja mau proses adik buat Bibah hehehe!", ledek Bibah.
"Sembarangan! Yang ada kamu tuh yang kasih cucu buat kami!", kata Bu Hima.
"Tenang aja Bu, beberapa tahun ke depan keinginan ibu akan Bibah masukin ke list rencana masa depan."
Bu Hima mencubit pipi Habibah gemas. Gadis itu pun bersiap usai berpamitan pada ibunya.
Rumah yang Bibah tempati ada di blok belakang. Jadi untuk menuju ke jalan utama ya, agak jauh.
Namanya apes tak ada di kalender kan? Nah, belum jauh dari kediaman orang tuanya, Habibah mengalami insiden kecil.
Saat kendaraan roda duanya melaju, tiba-tiba saja seekor kucing berlari menyebrang jalan tepat di saat Bibah akan lewat.
Otomatis Bibah mengerem mendadak. Tapi justru karena itu, ia pun roboh bersamaan dengan kendaraannya. Badannya yang tak seberapa besar itu tertindih motor hingga ia kesulitan untuk bangun.
"Astaghfirullah! Shhh....!", desis Habibah. Tak lama kemudian seorang pengendara motor menghampiri Habibah yang masih berada di jalan karena belum bisa bangun tertimpa motor.
Habibah menoleh ke orang tersebut yang tiba-tiba saja mengangkat motornya dengan mudah.
"Kamu ngga apa-apa? Eh ...Bibah?", tanyanya. Habibah yang tak melihat wajah sang penolong pun bingung ia tahu namanya. Masalahnya orang tersebut memakai helm full face.
Habibah di bantu berdiri.
"Ng-nggak apa-apa!", kata Bibah menepuk bokongnya. Padahal kakinya sakit karena tertimpa motor tadi.
"Bener?", tanya nya. Habibah mengangguk pelan.
Karena respon Bibah seperti itu, orang yang menolong Bibah pun membuka helmnya.
Habibah cukup terkejut ternyata ,Shaka yang sudah membantunya.
"Sha-Ka?", tanya Habibah yang suaranya tercekat. Antara syok atau ...salting!
💜💜💜💜💜💜💜
Gut evening 🥰
terimakasih 🙏
kasian deh lo dianggap besti... 🤣🤣🤣🤣🤣
gilang said kena deh gue sama emak emak julid...
..