"Gue ga nyangka lo sanggup nyelesain 2 tantangan dari kita" Ardi menepuk pundak Daniel
"Gue penasaran gimana caranya si culun Rara bisa jatuh cinta sama lo?" Tanya David.
Daniel kemudian mendekati David dan berkata "lo harus pintar - pintar ngerayu bro.. bahkan gue ga nyangka kalo bisa dapat perawannya dia" dengan bangganya Daniel berkata demikian kepada para sahabatnya.
Eric yang duduk di atas meja langsung berdiri "gila! Yang bener lo bro! Lo ga bohongin kita kan?" David dan Ardi hanya melongo menatap Daniel tak percaya
"Emang selama ini gue pernah bohong apa" ucap Daniel menyakinkan mereka.
Ardi melemparkan kunci mobilnya ke meja David "karena lo menang taruhan, mulai sekarang mobil gue jadi hak milik lo. Surat-suratnya semua ada di dalam mobil" Ucap Ardi menambahkan.
Tanpa mereka sadari, Rara yang mendengarnya, tak kuasa menahan laju air matanya. Hatinya begitu sakit mengetahui bahwa dirinya hanya di jadikan taruhan. Kehamilannya di jadikan taruhan. Pandangan Rara mulai kabur, dan semakin lama semakin gelap. Hingga ia jatuh tak sadarkan diri
Baaaaaaappp
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidyaMin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekasih Daniel ??
"Kalian menginap saja di sini. Papi sudah menyuruh pelayan menyiapkan kamar untuk kalian." Ujar Tuan Arnold.
Setelah kepulangan Thomas, Tuan Arnold dan isteri beristirahat lebih dulu ke kamar. Si kembar juga sudah tidur nyenyak. Hanya tinggal Daniel dan Rara yang masih terjaga.
Daniel menghampiri Rara yang sedang berdiri memandang langit malam di balkon kamar. Dia memeluknya dari belakang.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Daniel mencium puncak kepala Rara.
"Apa yang tadi kamu bicarakan dengan Thomas?" Tanya Rara sedikit ingin tahu.
"Hanya pembicaraan antar lelaki."
Rara membalik tubuhnya sehingga kini berhadapan dengan Daniel. Dia mengerucutkan bibirnya dan itu membuat Daniel tidak tahan untuk tidak mengecup bibir Rara yang sudah menjadi candu baginya.
"Kenapa kamu sekarang main rahasia sama aku?" Ucap Rara sambil cemberut.
Daniel terkekeh sambil merapikan rambut Rara yang di terpa angin malam ke belakang telinganya.
"Itu bukan rahasia. Hanya saja kami sesama pria tidak suka membaginya dengan wanita."
"Itu sama saja." Rara memukul dada Daniel karena kesal.
"Kamu akhir-akhir ini sering pucat. Kamu yakin baik-baik saja? Semalam kamu tidak sadarkan diri." Daniel menatap dalam Rara.
"Aku hanya lelah saja. Jangan kuatir."
"Besok kamu tetap istirahat di rumah. Siangnya kita akan periksa ke Rumah Sakit. Kamu ingatkan yang di katakan dr.Reyhan?"
Rara mengangguk pelan dan menyandarkan kepalanya di dada Daniel.
"Aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa. Sekarang kita istirahat." Daniel mengecup puncak kepala Rara dan membawanya masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.
***
Rara masih tidur nyenyak saat Daniel sudah siap di depan cermin. Si kembar juga sudah berkumpul bersama oma dan opanya untuk sarapan. Daniel turun ke bawah untuk sarapan.
"Mana Rara?" Tanya Nyonya Maria pada putranya.
"Masih tidur Mi. Nanti siang Daniel akan menjemputnya untuk ke Rumah Sakit."
"Apa dia baik-baik saja?" Tuan Arnold terdengar cemas mengenai kesehatan menantunya.
"Sejauh ini dia baik-baik saja Pi. Hanya saja sehari yang lalu Rara sempat tidak sadarkan diri lagi. Mukanya juga sering pucat. Jadi Daniel akan mengikuti saran dr. Reyhan untuk periksa ke Rumah Sakit." Daniel memberikan penjelasan kepada orang tuanya.
Tuan Arnold mengangguk setuju dengan perkataan Daniel. "Lakukan yang terbaik untuk menantu Papi. Kapan perlu berobat ke luar negeri."
"Ayah, bunda sakit apa?" Tanya Ria sambil mengunyah makanannya.
"Bunda baik-baik saja. Bunda hanya kontrol kesehatan." Daniel tidak ingin si kembar sedih kalau mengetahui tentang kesehatan bundanya.
.
.
.
Saat Daniel memasuki lobby perusahaan, seluruh karyawan yang ada di sana tunduk memberi hormat padanya. Daniel membalas sapaan karyawannya dengan senyuman. Yang sebelumnya tidak pernah Daniel lakukan. Semenjak hubungannya membaik dengan Rara, dia mulai mengubah kebiasaanya itu untuk bisa ramah dengan semua karyawannya.
"Nit, tolong kosongkan jadwal saya siang nanti. Saya harus mengantar isteri saya ke Rumah Sakit." Ujar Daniel saat sudah di depan ruang kerjanya.
"Baik Pak." Ujar Nita.
Ketika waktu sudah menunjukkan jam makan siang, Daniel membereskan semua pekerjaannya. Dia bergegas keluar karena ingin segera menjemput Rara ke Rumah Sakit.
"Nita, saya pergi dulu. Tolong tangani selama saya tidak ada." Pamit Daniel.
"Baik Pak. Semoga Bu Rara cepat sembuh."
"Terima kasih Nit."
.
.
.
Hanya berselang 30 menit kepergian Daniel, tiba-tiba datang seorang perempuan dengan penampilan yang serba wah. Dan dengan angkuhnya ingin langsung masuk ke dalam ruang kerja Daniel. Nita yang melihatnya spontan berdiri dan mencegahnya.
"Maaf, anda siapa? Anda tidak boleh masuk sembarangan ke dalam ruangan Pak Daniel tanpa ijin." Nita berdiri di depan pintu agar perempuan itu tidak bisa masuk.
Perempuan itu berdecak sebal pada Nita. "Awas gue mau masuk. Lo hanya sekretaris disini, sedangkan gue kekasihnya Daniel Mahendra." Tanpa Rasa malu perempuan itu memperkenalkan dirinya.
Nita membulatkan matanya sempurna tidak percaya dengan perkataan perempuan tidak jelas di depannya ini. Dia yakin kalau atasannya Pak Daniel bukan tipe pria yang suka bermain perempuan. Karena Nita sudah lama bekerja dengan Daniel. Dia saja hampir tidak percaya kalau ternyata selama ni atasannya itu sudah memiliki anak dan isteri. Jadi tentu saja dia tidak percaya dengan bualan perempuan ini.
"Maaf Pak Daniel sedang tidak ada. Beliau ada urusan dengan isterinya."
"Apa?? Isteri?? Lo pikir gue bodoh apa hah!!" Perempuan itu berteriak tidak percaya.
"Itu cuma akal-akalan lo kan biar gue ga masuk ke dalam. Daniel ga mungkin sudah menikah. Karena yang bakal jadi isteri Daniel itu cuma gue. Lo ngerti!!"
Nita hampir saja jatuh mencium lantai jika saja dia tidak mengimbangi tubuhnya akibat dorongan perempuan itu yang memaksa masuk ke dalam.
"Daniel lo dimana? Keluar donk. Gue kangen ama lo."
Perempuan itu terus saja memanggil Daniel di ruangan itu. Tapi yang dicari tetap tidak ada. Nita masuk mengikuti perempuan itu dengan wajah kesal.
"Tolong anda segera tinggalkan ruangan ini atau saya akan panggil pihak keamanan untuk menyeret anda keluar."
Ucap Nita tegas dan bernada ancaman.
Perempuan itu menghentakkan kedua kakinya dan memandang sinis pada Nita.
"Awas lo ya. Besok gue datang lagi. Akan gue adu lo sama Daniel."
Nita mengelus dadanya lega setelah kepergian perempuan yang mengaku kekasih Daniel.
"Haaaaaisssss!!! Ada-ada saja perempuan jaman sekarang." Nita menggerutu sambil merasa jijik mengingat kelakuan perempuan tadi.
***
Daniel dan Rara sedang berada di Rumah Sakit saat ini. Dokter masih memeriksa keadaan Rara di dampingi Daniel.
"Apakah ibu sering merasa sakit di bagian perut?" Rara mengangguk saat dokter menanyakan keadaannya.
"Nafsu makan juga berkurang?"
"Iya dok."
Dokter kemudian meraba-raba bagian perut Rara "apakah bagian ini sakit?"
"Tidak. Tapi perut saya seperti agak sedikit membesar." Ujar Rara.
"Jadi isteri saya sedang mengalami sakit apa dok?" Daniel mulai cemas dengan keadaan Rara saat mendengar beberapa pertanyaan yang dokter ajukan pada Rara tadi.
Setelah memeriksa Rara, dokter kembali duduk dan juga mempersilahkan keduanya untuk duduk. Dokter kemudian memberikan penjelasan mengenai kondisi Rara.
"Kita tadi sudah melakukan beberapa tes untuk memastikan penyakit yang sedang di derita isteri anda. Saya belum berani mengatakan nama penyakitnya. Jadi, saya sarankan sampai hasil tes lab keluar, ibu Rara lebih banyak istirahat. Jangan melakukan hal berat. Harus tetap makan walau hanya sedikit."
"Baik terima kasih kalau begitu dok. Kami permisi."
Setelah dari Rumah Sakit, Daniel mengantar Rara kembali ke apartemen. Dia meminta Marwah untuk menjaganya dan si kembar sampai dia datang dari kantor. Dia tidak ingin kejadian seperti tempo hari terjadi lagi, dan membuat si kembar menjadi ketakutan.
.
.
.
Tiba di kantor Daniel melonggarkan Dasinya dan bersandar di kursinya. Memejamkan matanya sejenak memikirkan beberapa kemungkinan yang terjadi sama Rara. Dan itu membuatnya merasa takut kehilangan Rara.
"Nit, masuk lah!" Titah Daniel
"Apakah hasil rekapan data dan time line project baru dengan Angkasa Group sudah rampung?
"Sudah pak."
"Kirimkan ke email. Nanti saya akan cek di rumah." Ujar Daniel.
"Jangan lupa atur ulang meeting dengan tim masing-masing divisi. Sampai sekarang saya belum menerima ide produk baru dari mereka."
"Siap Pak." Nita mencatat semua perintah Daniel padanya.
"Apakah ada yang mencari saya tadi?" Tanya Daniel.
"Ada pak. Seorang perempuan tapi saya tidak tahu namanya. Katanya dia kekasih Bapak." Nita sempat menutup mulutnya tidak sadar bicara tanpa di rem.
"Kekasih saya?? Isteri saya mau di kemanain." Daniel mengerutkan dahinya kemudian tertawa. Dia yakin pasti itu adalah perempuan gila.
"Katanya dia akan datang lagi besok."
"Jangan biarkan dia masuk tanpa ijin saya." Titah Daniel dan di iyakan oleh Nita.
"Baik Pak." Kemudian Nita pamit keluar dari ruangan.