"Puas lo udah ngehancurin hidup gue. Inikan yang lo mau? gue tahu lo bahagia sekarang?" Ucap Delmar setelah dia sah menjadi suami Killa.
"Kenapa aku yang disalahin? disini yang korban itu aku apa dia? Aku yang diperkosa, aku yang hamil, tapi kenapa aku yang salah?" Killa bertanya dalam hati.
Siapa sih yang gak mau nikah sama orang yang dicintai? Begitupun Killa. Dia pengagum Delmar sejak dulu. Tapi bukan berarti dia rela mahkotanya direnggut paksa oleh Delmar. Apalagi sampai hamil diusia 16th, ini bukanlah keinginannya.
Cerita ini sekuel dari novel Harga sebuah kehormatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEUMUR HIDUP ITU TERLALU LAMA.
POV DELMAR
"Del, kamu berangkat bareng Killa?" tanya mama saat sarapan.
"Enggak, Killa biar diantar pak Joe aja bareng Dylan dan Cea." Jawab gue tanpa mikir lagi. Kerena gue emang ogah berangkat bareng dia. Bisa bisa jadi gosip satu sekolah kalau gue bareng dia.
"Kok gitu Del, kenapa gak bareng kamu aja?"
"Gak bisa ma. Killa itu hamil, motor Del kan tinggi. Kalau kenapa napa gimana? Lagian sekolah Del sama Dylan searah ma, deket lagi. Kan Pak Joe bisa sekalian kalo nganter."
Gue sok sok an peduli. Padahal mah bodo amat. Mau dia kenapa napa kek, bukan urusan gue.
"Bener juga sih." Mama manggut manggut. "Kamu gak papa kan Killa dianter pak Joe?"
"Gak papa kok ma." Jawab Killa sambil tersenyum.
Setelah selesai sarapan, kita berempat langsung pamit dan berangkat sekolah. Tapi sebelum Killa masuk mobil, gue buru buru narik tangan dia.
"Gue ingetin lagi. Ntar kalau disekolah, gak usah sok sok an kenal gue. Apalagi lo sampai manggil gue, awas lo." Ancam gue sambil memelototi nya biar dia takut.
Sial, dia hanya mengangguk dengan ekspresi datar, gak ada takut takutnya sama gue. Kayaknya nih cewek beneran bisu deh. Ngirit banget ngomongnya.
"Udah sana cepetan masuk." Titahku sambil menunjuk dagu kearah mobil yang akan mengantarnya.
...*****...
Tetttt..
Akhirnya datang juga jam istirahat. Gue udah gak sabar mau ketemu Laura. Sumpah gue kangen banget sama dia karena kemarin gak masuk sekolah.
"Ke kantin yuk?" Ajak Rey, temen sebangku gue.
"Lo duluan aja. Gue mau nyamperin Laura dulu." Jawabku sambil cepet cepet ngemasin buku.
"Cie.... sehari aja gak ketemu kangen akut nih kayaknya." ledek Rey geleng geleng kepala.
"Bacot lo." Gue langsung keluar kelas. Males banget nanggepin Rey. Mending sayang sayangan ama Laura.
Gue berjalan menyusuri koridor menuju kelas XI IPA 1. Ya, Laura adik kelas gue. Kita udah pacaran hampir satu tahun.
"Hai beb." Sapaku saat melihat Laura tengah memegang cermin kecil sambil mengoles lipgloss dibibirnya. Aku langsung duduk di kursi sebelah Laura yang lagi kosong. Laura langsung tersenyum saat lihat gue. Dia segera menyimpan cermin dan lipgloss miliknya kedalam tas.
"Emang kemarin ada urusan keluarga apa sih sampai gak masuk? Aku kangen tahu." Ucapnya sambil memegang tanganku.
"Biasalah urusan keluarga." Aku melepaskan genggaman tangan Laura lalu membelai rambutnya sekalian merapikannya ke belakang telinga. Gak mungkinkan kalau gue bilang kemarin nikah.
"Kamu gak kangen aku?" Tanyanya manja sambil mengerucutkan bibir.
"Kangenlah." Jawabku sambil menarik gemas bibirnya yang mengerucut itu. Gemas banget liat mukanya Laura, sumpah. Apalagi liat bibir pinknya yang baru dioles lipgloss, seketika pengen nyium gue.
Kenapa sih bukan Laura aja yang hamil terus nikah sama gue? kenapa harus Killa? Kenapa sih gue selalu gak bisa milih dalam hidup ini. Kenapa gue gak pernah bisa hidup sesuai kemauan gue?
"Cantik banget sih pacar aku ini." Godaku sambil mencubit pipinya. Laura memang salah satu cewek paling cantik di sekolah ini.
"Ih....sakit tahu." rengeknya manja.
"Maaf maaf." Aku buru buru mengelus pipinya.
Deg
Jantungku tiba tiba serasa mau copot. Ternyata ada Killa disini. Dia duduk satu baris dibelakang Laura tapi beda deretan. Entah sudah berapa puluh kali gue masuk ke kelas Laura. Tapi kenapa baru hari ini gue nyadar ada dia. Apa selama ini dia kasat mata, gak terlihat gitu? Kenapa gue kayak baru pertama kali liat dia pas bilang hamil kemarin.
Tanpa sengaja mata kami saling bertemu. Kayaknya dia merhatiin gue dan Laura sejak tadi. Kira kira dia sakit hati gak ya? Udahlah bodo amat, ngapain mikirin dia.
"Liatin apa sih?" Laura mengejutkanku sambil melihat ke arah pandangku.
Tak mau ketahuan, aku buru buru mengalihkan pandanganku.
"Enggak kok, cuma tadi gak sengaja kayak ngeliat penampakan."
"Ish apaan sih Kak. Bikin merinding aja."
"Kita ke kantin aja yuk, hawanya gak enak disini."
Gue buru buru ngajak Laura ke kantin. Ya kali gue mau lanjut mesra mesraan sama Laura di kelas saat ada Killa. Walaupun gue gak cinta sama dia, tapi dia tetap istri gue. Gak nyaman gue dilihatin dia. Apalagi jaraknya terlalu deket. Kayaknya sih tadi dia denger semua omongan gue sama Laura.
...*******...
POV AUTHOR
Saat pulang sekolah, Del mendapati Killa yang tengah makan dengan lahap sendirian di meja makan. Piringnya tampak penuh, seperti orang yang tak makan 3 hari.
Killa memang sampai dirumah lebih dulu karena Del harus mengantar Laura pulang.
"Kelaparan lo, gitu amat makannya?" Tanya Del sambil menatap jijik ke arah Killa. Menurutnya terlalu berlebihan jika seorang gadis makan sebanyak itu.
Killa langsung menoleh ke arah Del. Dia malu ketahuan makan terlalu banyak. Tapi mau gimana lagi, sejak hamil dua jadi doyan makan.
"Iya, Killa lapar."
"Makanya kalau istirahat itu kekantin, makan. Bukan bengong dikelas. Sengaja pengen pingsan terus ketahuan kalau lo hamil?"
"Killa udah biasa kok gak makan saat istirahat. Sampai rumah baru makan."
"Tapi sekarang lo hamil, beda sama dulu."
"Makasih ya Kak udah perhatian."
Entahlah apa yang dipikirkan Killa. Dia menganggap kalau perkataan Del adalah sebuah perhatian.
"Gak usah Ge er. Gue sama sekali gak peduli sama lo. Gue cuma peduli sama citra gue. Gue gak mau sampai kebawa bawa kalau lo ketahuan hamil."
"Gitu ya?" Killa tampak kecewa. Sepertinya dia terlalu berharap mendapat perhatian.
Del meninggalkan Killa dan segera naik ke kamarnya.
...******...
"Kak." Panggil Killa saat mereka tengah didalam kamar.
"Apa?" Jawab Del tanpa menoleh kearah Killa. Dia terlalu sibuk chatingan dengan Laura.
"Emm." Killa meremas jari jarinya, dia ragu mau bilang. "Boleh gak Killa minta uang."
"What! gue gak salah denger? lo minta uang sama gue?" Delmar langsung melotot.
"Ya udah gak jadi." Seketika nyali Killa menciut mendapat pelototan dari Del.
"Buat apa?"
"Emm... Killa gak ada uang jajan kak."
"Bukannya lo baru dapat uang mahar 100 juta?"
Delmar mengernyit bingung.
"Uangnya di ambil ayah semua kak."
"Semua?" Del membulatkan matanya. Saat Killa mengangguk, Del terlihat mendengus kesal. "Makanya jadi cewek jangan begok. Yang berhak atas duit itu lo, kenapa malah lo kasih bokap lo semua? Jadi itu alasan lo gak makan disekolah? lo gak ada duit?"
Lagi lagi Killa mengangguk. Hari ini dia terpaksa menahan lapar karena tak punya uang.
Delmar beranjak dari ranjang lalu mengambil tasnya yang berada dimeja belajar. Del mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan dan diserahkan pada Killa.
"Ambil ini, nanti malem gue bilang sama mama biar ngasih kamu uang saku selama 8 bulan kedepan."
"8 bulan?" Killa mengernyitkan keninganya.
"Iya, karena setelah lo melahirkan, kita cerai."
JEDERR
Kata kata Delmar bagai petir disiang bolong. Killa tak bisa menyembunyikan ekspresi keterkejutannya. Perasaan baru kemarin nikah, kenapa hari ini udah bahas cerai.
"Gak usah terkejut gitu? emangnya lo pikir pernikahan kita ini bakal selamanya? seumur hidup gitu? Gue gak cinta sama lo Kil. Dan alasan gue nikah cuma karena tanggung jawab, gak lebih."
Killa memegangi perutnya sambil berusaha keras menahan air mata agar tidak jatuh. Dia tak ingin terlihat menyedihkan saat ini.
"Lo gak usah mikirin tentang anak itu." Delmar menujuk dagu kearah perut Killa. Dia seakan tahu apa yang dipikirkan Killa. "Gue tetep bakal ngasih nafkah buat anak itu kalau lo mau merawatnya. Kalau lo gak mau, biar dia ikut gue aja. Ada mama yang bisa merawatnya."
Kasihan sekali kamu nak. Bahkan sebelum kamu lahir, orang tuamu sudah membahas tentang perceraian. Batin Killa.
"Tak bisakah kita tetap bersama, setidaknya demi anak ini."
"Apa lo pikir, sebuah rumah tangga bisa berjalan hanya dengan alasan demi anak? Cinta Killa, rumah tangga butuh cinta." Del menguncang pelan bahu Killa. Dia ingin menyadarkan gadis itu jika tak ada cinta dalam rumah tangga mereka. "Dan gue gak cinta sama lo. Gue gak mau seumur hidup bersama orang yang gak gue cinta. Seumur hidup itu terlalu lama."
Killa tak bisa menahan lagi air matanya. Dadanya terlalu sesak. Bisa apa dia saat ayah dari anaknya sama sekali tak mencintainya. Sedangkan dia cinta setengah mati.
"Tak bisakah kakak belajar mencintaiku?"
"Konyol. Lo pikir cinta itu kayak matematika atau fisika gitu, bisa dipelajari? Cinta itu dari hati." Del menepuk dadanya sendiri. "Dan cinta itu alami Kil, muncul dengan sendirinya. Bahkan kita tak bisa memilih kepada siapa kita akan jatuh cinta."
"Kata orang, cinta muncul karena sering bersama. Mungkin saja 8 bulan bersama, kakak akan mencintaiku."
"Gak mungkin" Jawab Delmar telak. "Karena udah ada orang lain dihati gue. Dan tanpa gue bilang, lo pasti udah tahu siapa dia."
Laura kan? ya aku udah tahu. Bahkan aku selalu melihat kakak pacaran dengan dia didepanku selama hampir setahun. Selama itu juga aku memperhatikan kakak dan menyimpan rasa ini sendirian.
🥹😭😭dada aq Thor sesak juga baca chapter ini
belajar dri sikapnya Del yg terdahulu, awalnya manis berakhir dengan kata2 yg bener2 GK masuk di akal saking sakitnya.