Adam Xavier, memiliki seorang anak bernama Malvin Xavier. Anak ini baru berusia empat tahun, namun pemikiran nya melebihi orang dewasa.
Malvin Xavier selalu memerintahkan ayah nya untuk mencarikan seorang ibu untuk nya. Namun, Adam selalu menolak permintaan Malvin, dengan alasan, dia masih bisa membesarkan Malvin tanpa kehadiran seorang ibu di hidup mereka.
Pertemuan tak sengaja Malvin, dengan seorang wanita cadar, membuat Malvin memiliki keinginan untuk dekat dengan wanita itu, Malvin berharap jika wanita cadar itu bisa menjadi ibu pengganti untuk nya.
Siapa kah, wanita cadar yang membuat Malvin terus mendesak sang ayah untuk menikahi wanita cadar itu?
Yuk simak di, Wanita Cadar Destiny with Mas Duda !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cafe Shop
Malvin, mengeluh bosan di rumah, lalu Romi membawa nya ke cafe, dan Najwa ikut bersama.
"Sayang, Mommy akan berbelanja di swalayan terdekat, apa kamu mau ikut? "
"Kenapa Mommy berbelanja, biasa nya itu akan di lakukan oleh Pelayan" ujar Malvin, yang masih memegang tangan Romi, masuk ke dalam cafe shop tersebut.
"Sayang, jika Mommy enggak belanja, kita enggak akan bisa makan nanti malam, bujang lapuk ini tidak akan memikirkan soal perut nya, dia punya banyak istri dan bisa singgah ke warung mana saja" cibir Najwa, melirik ke arah Romi.
"Bukan begitu, Aku malas masak di rumah, tidak ada yang akan makan, aku sibuk disini, dulu ada kamu yang akan menghabiskan sayur di kulkas"
"Apa kakak pikir aku kelinci?" cetus Najwa, dengan wajah cemberut nya, meskipun tertutup cadar, Romi dapat menafsir betapa lucu adik nya saat ini.
"Malvin mau ikut?" tawar Najwa lagi,
"Ikut Mommy, beli 'kan Aku es krim ya ..."
"Iya sayang!"
Najwa dan Malvin berbalik untuk pergi, namun Romi memanggil nya lagi.
"Najwa, tunggu"
" Iya kak, ada yang mau kakak titip?"
"Bawa ini, jangan gunakan uang tabungan mu, aku tahu kamu sudah menikah, tapi gunakan uang Ku, simpan uang tabungan mu, untuk keperluan mu sendiri" tukas Romi, menyodorkan kartu berwarna biru tua kepada Najwa, wanita ini segan mengambil nya.
Malvin langsung mengambil di tangan Romi.
"Apa isi nya cukup? kalau tidak simpan saja, Aku punya kartu seperti ini, tapi warna nya beda"
Malvin merogoh tas kecil yang dia bawa kemana - mana, lalu mengeluarkan kartu hitam tepat di depan Najwa dan Romi.
"Astaga..." teriak Romi yang kaget, melihat kartu di tangan Malvin, punya Romi mah, enggak ada apa - apa nya.
Pantesan selama Najwa mengasuh Malvin, dia tidak pernah memberikan uang tunai kepada Malvin, karena sekolah Malvin sekolah elit, pasti semua anak-anak menggunakan kartu kredit, meskipun tidak sama dengan milik Malvin.
"Sayang, simpan saja punya kamu ya, Mommy cukup membeli apa saja untuk kamu, kita akan menggunakan kartu ini oke" Najwa mengambil kartu milik Romi di tangan Malvin.
"Eh, kartu ku.." Romi terlihat menyedihkan melihat dua orang yang keluar dari tempat itu membawa kartu debit nya.
"Jelas - jelas punya Malvin tidak ada batas nya, tapi kenapa punya ku yang mau di gunakan, dasar Najwa ini, orang paling tidak enakan menggunakan milik orang lain, tapi paling suka menghabiskan uang ku" gumam Romi, dengan raut wajah yang senang.
Meskipun Najwa sudah menikah, dia tetap adik kecil bagi Romi.
Satu jam berlalu, Najwa dan Malvin belum kembali, Romi duduk di dalam cafe menunggu kepulangan mereka, dan harap - harap cemas.
Dari jauh, Romi melihat Najwa dan Malvin kembali, di tangan mereka banyak paperbag yang mereka bawa pulang.
"Habis lah, kartu ku" gumam Romi, dan ia segera bangkit untuk berjalan ke arah Najwa, yang baru saja masuk ke dalam cafe shop itu.
"Apa kalian bersenang - senang?" tanya Romi, yang berjongkok di depan Malvin, anak ini terlihat lebih ceria semenjak tinggal bersama dengan Najwa.
"Kak maafkan aku" ucap Najwa yang merasa bersalah.
"Ada apa?" Romi pun terlihat cemas, melihat adik nya yang sedikit khawatir.
"Malvin, masuk ke dalam ya"
"Iya Mommy"
Malvin pun pergi menuju ruangan istirahat yang ada di dalam cafe tersebut.
"Ada apa Najwa? "
"Kak Maaf, kartu mu sudah sampai batas limit hari ini. Malvin pertama kali ke pasar, jadi ..." Najwa menggantungkan semua ucapan nya.
"Jadi apa?" Romi menunggu kelanjutan cerita adik nya.
"Jadi, dia memborong semua yang ada di pasar!" Najwa menutup wajah nya dengan satu tangan, dan merasa malu dengan Romi, bagaimana pun Najwa jarang menggunakan uang Romi sesuka nya.
"Nanti aku ganti Kak" lanjut Najwa.
"Tidak apa -apa, yang penting kalian berdua senang. Jadi, apa yang dia beli?" Romi pun penasaran.
"Dia membeli ikan yang dijual di pasar, dan minta di letakkan di aquarium. Kakak tahu, itu ikan untuk di masak, bukan untuk di pelihara" jelas Najwa, dengan raut wajah yang malu, "Dan ayam yang di jual di pasar, semua mau di beli nya, untung saja aku cepat liat, dan hanya beli dua ekor" ujar Najwa.
"Heeeh, seperti nya hidup Tuan muda di luar dugaan kita, pasti ini baru pertama kali dia menginjakkan kaki nya ke pasar, Najwa kamu beruntung memiliki anak sambung yang begitu baik kepada mu"
"Iya, Aku juga merasa sangat beruntung kak" sahut Najwa.
"Kamu masuk lah, Kakak akan kembali bekerja"
"Baik lah, kak aku pulang duluan dengan Malvin, biar aku bisa masak, aku pinjam mobil Kakak ya"
"Iya"
Najwa pergi memanggil Malvin yang ada di dalam ruangan tunggu, dan membawa nya pulang.
Perusahaan Xavier Group...
Di dalam ruangan makan siang, dimana Adam dan Alvin sedang menikmati makan siang mereka.
"Kenapa rasa nya berbeda?" gumam Adam, Alvin langsung menghentikan mulut nya yang tengah menguyah makanan.
'Apalagi ini Tuhan' Alvin siap - siapa cemas.
"Nasi kuning ini, tidak selezat yang hari itu di bawa oleh Malvin, ini terlalu hambar" ujar Adam, lalu meletakkan kotak makanan di atas meja.
"Tapi ini Aku memesan di restoran yang bisa Bapak pesan, dan juga menu spesial" tukas Alvin,
"Eemmm, kau makan saja, habiskan semua nya, aku sudah kenyang. Alvin, aku akan kembali lebih awal, karena mau menyiapkan keperluan ku, Aku menunggu mu nanti malam jam delapan di rumah, jangan membuat aku menunggu lama"
"Baik Pak"
Blam !
Pintu ruangan tertutup, Alvin segera mengambil minum, dan meminum nya hingga tandas, entah kenapa hari ini Alvin terlihat begitu haus, apalagi saat melihat raut wajah Adam yang begitu datar, dan aura nya sangat gelap, membuat Alvin sangat berhati - hati kalau berbicara dengan Pria ini.
Di lobby, Adam berjalan dengan langkah besar nya, meskipun usia nya tergolong tidak muda lagi, Adam masih pria yang kuat dan cukup banyak di minati oleh karyawan sendiri.
Hanya berjalan santai saja membuat semua karyawan wanita terpesona kepada Adam, bahkan mereka tidak segan - segan membuat grup khusus calon istri Adam, saat tahu Bos mereka Duda. Tapi, tidak satu pun yang berani mendekat dan mengaku kepada Adam, siapapun yang berani mendekat karir nya akan berakhir saat itu juga.
"Siang Pak" sapa Satpam, Adam hanya tersenyum tipis, lalu melewati satpam yang sudah menundukkan kepala nya.
Sopir sudah menunggu di depan pintu perusahaan, dan turun untuk membuka pintu. Setelah Adam masuk, sang sopir segera mengambil alih kemudi dan melaju 'kan mobil nya.
Meskipun perjalanan sedikit macet, tidak membuat Adam terlambat sampai ke rumah. Sang sopir, kembali membuka pintu mobil, dan Adam segera turun, melihat Melda yang duduk di teras, dengan segala lemon madu di depan nya. .
Adam tahu, Melda suka meminum minuman itu, untuk mengontrol kadar kolestrol nya.
"Oh, Adam. Kamu pulang cepat?" tanya Melda, saat melihat anak nya.
"Aku akan pergi ke Italia nanti malam, ada urusan bisnis"
"Eemmm, hati -hati. Sibukkan diri mu" ujar Melda, cuek. Meskipun itu terdengar menyebalkan, Adam tetap harus sabar, bagaimana pun itu adalah wanita ke dua yang di cintai nya setelah sang istri.
Adam melangkah masuk ke dalam rumah, sekitar lima belas menit, Adam kembali lagi ke hadapan Melda. Wanita ini sudah mempersiapkan diri nya.
"Ada apa?" tanya Melda, sebelum Adam bersuara.
"Mama, siapa yang mengijinkan pelayan untuk membersihkan kamar ku?" tanya Adam, dengan raut wajah yang sedikit kesal. Namun, masih berusaha untuk mengontrol emosi di depan sang ibu.
"Mama yang ijinkan mereka, dan Mama juga yang menyuruh mereka untuk membersihkan kamar kamu, Kamar itu harus di bersihkan, biar terbebas dari maklum halus, Mama takut kamu dirasuki makhluk halus seperti tempo hari " cibir Melda, Adam mengerutkan dahi nya, jadi Melda sudah tahu pertengkaran Najwa dan Adam.
"Eemmm, tapi itu kamar ku Ma, kamar aku dengan Hu..."
"Kamar Kamu dengan Humaira, ya? kamu nomer dua 'kan aku, yang sudah melahirkan mu, aku diam, karena aku menghargai menantu ku. Tapi, tolong Humaira sudah lama pergi dari hidup kita, tidak bisa kah, kita ikhlas 'kan dia agar dia tenang? dengan kamu terus menerus mengingat dia, kamu hanya akan menyiksa nya saja, urusan Humaira di sini sudah selesai. Tapi, urusan mu yang belum selesai, kamu menelantarkan istri ke dua mu, kamu pikir kamu tidak akan berdosa Adam? tentu saja kamu berdosa, bagaimana pun kamu itu suami nya, dan kamu tidak bersikap layak nya suami untuk Najwa, jika kamu tidak merubah sikap mu, Mama tidak akan segan - segan menjodohkan Darwin dengan Najwa" tegas Melda, Adam mengepalkan tangan nya.
Adam masih mencari alasan untuk membantah semua ucapan sang ibu. Namun, Adam sadar, apa yang dikatakan ibu nya semua nya benar.
"Harusnya dulu aku menikah 'kan Darwin dengan Najwa, bukan dengan Kamu" lanjut Melda, yang kini menatap sang Adam yang mematung di depan nya.
Dengan perasaan yang masih kesal, Adam berbalik dan kembali masuk ke dalam rumah. Melda hanya menghela kasar nafas nya. Adam sudah keras kepala sejak masih kecil, sikap nya sama seperti suami Melda, susah di atur, tidak gampang menerima kritikan dan saran orang lain.
Malam pun tiba, sesuai perkataan Adam, Alvin menjemput lebih awal sepuluh menit, dari waktu yang di janjikan Adam.
"Tuan, Tuan Alvin di luar"
"Suruh dia masuk" sahut Melda, mereka berdua sedang menikmati makan malam mereka, di ruang makan.
Rosna pun menyuruh Alvin untuk masuk, dan pria itu kini ada di dalam ruangan yang sama dengan mereka.
"Kamu datang lebih awal Alvin?" tanya Adam, tanpa melihat ke arah Alvin.
"Alvin, ayo makan sama" ajak Melda,
"Tidak perlu Tante, aku sudah makan, maaf Pak, aku datang lebih awal, agar tidak macet"
"Emmm, kamu benar Alvin, Bi bawakan minuman untuk Alvin"
"Makasih Tante"
Melda hanya mengangguk, lalu Alvin menunggu di ruang tamu. Sementara, Adam dan Melda melanjutkan makan malam mereka.
"Oh, sudah selesai?" tanya Melda, saat Adam bangun dari tempat duduk nya.
"Eemmm, aku sudah mau pergi ma, Aku pergi dulu, jaga kesehatan mama" Adam mencium pipi Melda, wanita ini hanya tersenyum.
"Semoga urusan mu lancar, dan bisnis mu tetap nomer satu, Mama doa 'kan yang terbaik, Mama harap setelah kamu kembali dari Italia, kamu sudah lebih baik lagi, harapan Mama besar untuk mu"
Adam hanya diam tanpa bergeming, lalu berbalik dan pergi menuju tangga, untuk mengambil koper yang ada di kamar nya.
Di tempat lain, ada Romi dan Malvin yang sedang menunggu Najwa menghidangkan menu makan malam di atas meja.
"Ikan bakar nya siap..." seru Najwa, membawa dua ekor ikan bakar nila kehadapan Romi dan Malvin.
"Waah, enak" Malvin tidak sabaran ingin mencicipi nya, karena semenjak tinggal di tempat Romi, Malvin lebih bebas, karena tidak ada peraturan yang mengekang diri nya.
Makan malam ke dua di rumah Romi, malam ini Malvin, terlihat lebih menikmati makan malam nya, semua menu yang di siapkan Najwa adalah permintaan Malvin, dan itu cocok di lidah Malvin.
"Hati - hati sayang, tidak perlu terburu - buru, tidak ada yang akan mengambil nya" tukas Najwa, saat melihat Malvin yang makan dengan terburu - buru.
"Eemmm, ini enak Mommy!"
"Iya Mommy tahu, tapi adab makan juga Malvin harus tahu, makan pelan - pelan, dan jangan mengeluarkan suara mulut yang keras, oke sayang" Najwa mengusap lembut kepala Malvin. Anak ini hanya mengangguk, menanggapi ucapan Najwa.
Begitu selesai makan malam, Malvin mengambil iPad nya, dan kini berselancar di dunia game, memang Malvin sudah umur dua tahun hobi game, hanya saja Najwa sudah membatasi nya, karena tidak ingin Malvin terlalu fokus pada permainan dari pada sekolah nya.
"Kak, bawakan piring kotor itu kesini, aku akan mencuci nya"
"Iya"
Romi membawakan semua piring kotor yang ada di atas meja, lalu meletakan nya di atas wastafel.
"Aku bantu"
"Tidak perlu, Kakak istirahat saja dulu, aku bisa menyelesaikan pekerjaan ku sendiri. Kakak seharian di cafe pasti lelah"
"Eemmm, baiklah, Aku ke kamar dulu"
"Iya" sahut Najwa, tanpa melihat ke arah Romi yang berlalu dari dapur.
Setelah selesai mencuci piring, Najwa memasukkan baju kotor ke dalam mesin cuci, setelah urusan dapur beres, baru lah dia pergi untuk melihat Malvin di ruang tamu.
Televisi masih menyala, iPad juga menyala. Namun, Malvin malah tertidur di sofa. Najwa segera mengangkat tubuh Malvin dalam gendongan nya, membawa nya ke kamar, agar Malvin dapat tidur dengan benar dan nyaman.
Membaringkan Malvin dengan benar, dan menyelimuti tubuh sang anak, tidak lupa pula, kecupan selamat malam, selalu Najwa tinggal 'kan di kening Malvin, anak yang sudah membuat dia bertahan di dalam hubungan nya dengan Adam.
"Selamat malam sayang, tidur lah dengan nyenyak. Jadilah, anak yang Sholeh ya sayang" gumam Najwa, lalu bangkit dari tempat duduk nya, berjalan ke arah kamar mandi, untuk membersihkan diri.