PENGANTIN PENGGANTI

Brittany meraih telepon genggamnya tipe iPhone Certain Pro Mix dari atas meja.

Dia bermaksud menelpon Morgan yang belum ada kabarnya sejak pengundurannya dari agensi Alfa meski Brittany telah mengirim pesan.

Brittany memperhatikan layar iPhone ditangannya dengan serius.

"Kenapa Morgan masih belum menjawab pesan-pesanku ?" ucapnya.

Brittany mulai menelpon Morgan dari atas tempat tidurnya.

Hari ini Brittany mencoba meluangkan waktunya untuk tidak pergi kerja ke Luxury.

Brittany ingin bertemu Morgan dan membahas perihal pekerjaan yang dijanjikan oleh Adam Bennet untuk Morgan di perusahaannya.

Kring... ! Kring... ! Kring... !

Suara panggilan telepon terus berdering dari arah iPhone milik Brittany yang mencoba menghubungi Morgan.

"Kemana Morgan ?" ucap Brittany sambil melirik tajam ke arah jam.

Jam masih menunjukkan pukul 8 pagi, dan semestinya Morgan masih ada di rumahnya jika dia belum bekerja.

"Kenapa lama sekali mengangkat teleponnya ? Apa dia tidak ada di rumahnya ?" kata Brittany.

Brittany melihat kembali layar iPhone miliknya, memastikan apakah nomer Morgan benar.

"Tapi berdering dan pesan terkirim", ucap Brittany.

Tiba-tiba masuk pesan terkirim dari Adam Bennet ke kotak pesannya.

"Ada pesan terkirim dari Adam, bukannya kemarin dia bilang kalau hari ini ada rapat di Luxury lalu kenapa dia mengirimiku pesan", kata Brittany.

Masih panggilan teleponnya tidak diangkat oleh Morgan, akhirnya Brittany mengalihkan panggilan teleponnya ke jeda panggilan.

"Aku akan memeriksa pesan dari Adam, mungkin ada pemberitahuan penting mengenai pekerjaan", ucap Brittany.

Brittany membuka pesan singkat yang masuk ke kotak pesannya lalu memeriksanya.

"Aku akan datang ke rumah nanti malam setelah rapat di kantor...", ucap Brittany yang membaca pesan singkat dari Adam Bennet.

Brittany lalu mengangkat wajahnya ke arah jam.

"Nanti malam..., apa dia bermaksud kencan malam hari ?" kata Brittany.

Brittany beringsut turun dari atas ranjang tidurnya, bermaksud mandi.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka cepat, terlihat ibu sedang berdiri di dekat pintu.

"Kau tidak sarapan, ibu sudah memasakkanmu menu favoritmu pagi ini", kata ibu.

Brittany segera menghentikan langkah kakinya seraya menoleh ke arah ibunya.

"Ya, aku akan pergi sarapan setelah mandi, bu", sahut Brittany.

"Kalau begitu segeralah mandi sekarang dan ibu tunggu di ruang makan", kata ibu.

"Ya, aku akan menyusul kesana", sahut Brittany.

"Baiklah, ibu tunggu, dan cepatlah pergi mandi'', kata ibu lalu menutup pintu.

Brittany hanya tersenyum sambil berdiri di ruangan kamarnya.

"Rasanya tubuhku gerah, mungkin karena aku tidak mandi sebelum tidur malam", ucap Brittany.

Brittany memperhatikan letak piyama tidurnya seraya mendengus pelan.

"Ternyata keringatku bau juga", kata Brittany.

Brittany segera melangkah masuk ke dalam kamar mandi yang terletak di ruangan kamar tidurnya.

Sekitar setengah jam, baru Brittany turun ke ruangan makan rumahnya di lantai bawah.

Terlihat ibu sedang duduk menunggunya disana sambil menatap ke arah meja.

"Ibu...", panggil Brittany.

"Kenapa lama sekali, baru turun ke sini ?" tanya ibu.

Ibu menata piring makan milik Brittany dengan meletakkan lasagna keju ke atas piring.

"Ibu memasak lasagna kesukaanmu, hari ini sengaja ibu menyempatkan membuatnya dan ibu tidak sibuk", kata ibu.

"Ayah belum bangun dan tidak ikut kita sarapan pagi", ucap Brittany.

"Ayahmu sudah pergi tadi pagi, dia kerja hari ini sebab perusahaan ada sesuatu yang harus diurus", kata ibu.

"Mereka menelpon ayah", ucap Brittany.

Brittany melangkah ke arah kursi makannya lalu menariknya cepat.

"Ya, kemarin malam mereka menelpon ayah agar dia berangkat pagi-pagi sekali ke perusahaan tanpa berpamitan denganmu", kata ibu.

"Aku tidak melihat ayah sejak hari itu", ucap Brittany seraya duduk di depan meja makannya.

"Ayahmu sibuk dan dia tidak sempat melihat kalian di rumah, sangat wajar jika kalian semua tidak bertemu dengannya", kata ibu.

Ibu memberikan sendok dan garpu kepada Brittany.

"Apa ayah sengaja menghindar ?" tanya Brittany saat dia menerima sendok dan garpu dari ibunya.

"Tidak...", sahut ibu sambil mengusap rambutnya.

"Benarkah ?" kata Brittany lalu menoleh ke arah ibunya.

Ibu hanya tersenyum sekilas kemudian menganggukkan kepalanya pelan.

"Ya, dia memang sangat sibuk dan memungkinkan bagi kalian tidak saling bertemu", lanjut ibu.

Ibu menuangkan susu hangat ke gelas lalu memberikannya kepada Brittany.

"Sejak batalnya pernikahanku, sikap ayah terlihat lain dari biasanya, dan aku merasakan ayah kecewa padaku karena itu", kata Brittany.

"Kurasa itu hanya perasaanmu saja, tidak seperti yang kamu pikirkan, sayang'', ucap ibu.

"Kuharap ayah tidak marah kepadaku", kata Brittany.

"Ayahmu tidak marah kepadamu, mungkin saja dia mencoba mengalihkan kesedihan hatinya dengan menyibukkan dirinya dengan berbagai aktivitas", ucap ibu.

Ibu memotong potongan lasagna di atas piring makannya.

"Kecewa itu pasti, tapi ayahmu tahu semua terjadi bukan karena kesalahanmu, biarkan dia seperti itu sampai kekecewaannya menghilang dari hatinya", kata ibu.

"Artinya ibu juga tahu kalau ayah sedang tidak enak suasana hatinya", ucap Brittany.

"Kau tahu, nak ! Sejak pernikahanmu batal, orang yang pertama bersedih adalah ayahmu, sampai dia mengurung diri di ruangan bacanya hingga berhari-hari !" kata ibu.

Ibu melirik pelan ke arah Brittany yang tersentak kaget.

"Ayah melakukannya !?" kata Brittany tertegun.

"Yah, dia melakukannya", sahut ibu sambil menganggukkan kepalanya pelan.

"Lantas apa yang terjadi padanya ?" kata Brittany yang mengamati piring makannya.

"Setelah hatinya tenang, dia mulai mau keluar dari ruang bacanya dan mencoba bangkit dari kesedihan hatinya, teman-temannya selalu menghubunginya agar ayahmu tidak larut-larut bersedih", sahut ibu.

Brittany masih menatap ke arah piring makannya dengan wajah sedihnya.

"Dan setelah ayahmu mendengar cerita bahwa kau dekat dengan pria lainnya, dia mulai terlihat senang kembali", kata ibu.

Brittany langsung menoleh ke arah ibunya.

"Ayah mengetahuinya ?" tanya Brittany dengan mata terbelalak lebar lalu menatap ke arah ibunya.

"Ya, dia telah mengetahuinya bahwa kau sedang dekat dengan seorang laki-laki, dan dia sangat tampan", sahut ibu seraya tersenyum.

"Apa reaksi ayah tentang ini ?" kata Brittany.

"Ayahmu terlihat senang tapi dia tidak mengatakan apa-apa perihal kedekatanmu ini dengan Adam", sahut ibu.

"Dan ayah setuju ?" tanya Brittany dengan seriusnya.

"Entahlah, ibu tidak tahu apakah ayahmu setuju atau tidak terhadap Adam", sahut ibu.

"Aku yakin dia pasti kurang menyukainya karena aku terlalu cepat berganti pasangan", kata Brittany seraya memperhatikan piring makannya.

"Kurasa tidak, tampaknya ayahmu senang kalau kau bisa bangkit cepat dan melupakan Ralph Smith", sahut ibu.

Ibu mengusap-usap tangan Brittany dengan lembutnya seraya tersenyum simpul.

"Ayahmu juga sangat terpukul saat melihat pernikahanmu batal dengan Ralph Smith bahkan dia terguncang hebat ketika menyaksikan dirimu hancur, Brittany", kata ibu.

Ibu mencoba meyakinkan Brittany dengan menatapnya lembut.

"Sejujurnya, ibu katakan padamu kalau ayahmu tidak suka terhadap Ralph Smith dan dia sangat kecewa padanya bahkan dia terus menahan dirinya untuk tidak mendatangi pria bodoh itu", lanjut ibu.

"Ibu serius mengatakannya ?" kata Brittany tertegun.

"Ya, ibu serius mengatakannya, bahwa ayahmu sangat menyesalinya karena mendesakmu segera menikah dengan Ralph Smith saat itu", ucap ibu.

"Yah, aku tahu itu", sahut Brittany seraya tersenyum tipis.

"Bahkan ayahmu terus menerus melihat ke arah laci mejanya yang tersimpan pistol miliknya dan dia berkeinginan melesakkan tembakan ke arah kepala Ralph Smith tapi dia mengingatmu", kata ibu.

"Akan melanggar aturan hukum bagi ayah jika melakukannya, dan aku tidak menginginkannya itu terjadi pada kita, ibu", sahut Brittany.

"Maka teruslah berbahagia sampai orang yang melihatmu menjadi gila karena kau sedang berbahagia, sayangku", kata ibu.

"Haruskah itu ?" sahut Brittany.

"Jika kau tidak ingin ayahmu berbuat keliru maka teruslah berbahagia, meski orang lain tidak menyukai saat melihatmu bahagia, tapi teruslah berbahagia sampai semua orang menjadi gila karenanya", ucap ibu.

"Ya, baiklah, aku akan melakukan saran ibu", sahut Brittany.

Brittany tersenyum tipis saat melihat ke arah ibunya lalu mengangguk setuju dengan nasehat dari ibunya yang mengatakan agar dia terus berbahagia meskipun orang lain tidak menyukai kalau dirinya sedang bahagia.