"Aku mencintai kamu."
Sesederhana itu, cara ku mencintaimu.
"Jangan tanya kenapa aku mencintaimu, karena sederhana saja aku mencintaimu dan jangan tanyakan alasannya.
Karena jawabannya sama, aku mencintaimu."
I LOVE YOU ❤️❤️❤️
"aku mencintaimu dan aku ingin hidup bersama mu."
😍😍😍
Seorang laki-laki yang memperjuangkan cintanya dengan hambatan restu dari Mamanya karena mereka berbeda.
Apakah mereka akan masih bisa bersama dengan tembok pembatas yang begitu tinggi dengan segala perbedaan yang membatasi mereka.
"Hidup ku jauh lebih nyaman sebelum mengenal Mu, Mas. Terimakasih atas semuanya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aeni Santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#27
Tak terasa sudah satu minggu Kasih dan Septi magang di perusahaan yang sama dengan Akmal.
Akmal benar-benar melakukan yang disarankan oleh Ridho untuk tidak mendekati Kasih ketika mereka di perusahaan.
Dia berfikir benar juga yang dibilang sama Ridho jika karyawan yang di sana mengetahui kedekatannya pasti akan terdengar suara-suara yang tidak mengenakkan ke telinga Kasih.
"Kasih."
Septi menyenggol lengannya Kasih yang melihat Akmal berjalan ke arah mereka. Akmal dan Ridho dari arah luar sedangkan Kasih dan Septi berjalan menuju ke arah lobi.
"Biasa aja Sep, kita di sini anak magang."
"Aku yakin Mas Akmal bakalan senyum sama kamu."
"Apa iya."
Kasih dan Septi berjalan begitu saja tapi pas mereka berdua berpapasan tak bisa menahan untuk tidak saling melirik.
Akmal melihat ke arah Kasih dan begitu pula sebaliknya.
"Mau kemana.?"
Refleks Akmal bertanya begitu.
"Maaf Pak, hanya ke depan saja."
Jawab Kasih dan mereka saling berlalu tak ada obrolan lagi. Akmal berlalu masuk ke dalam dan Kasih bersama Septi ke arah lobi.
"Mau kemana Kasih ya.?"
Akmal bicara sendiri saat sudah masuk lift bersama Ridho.
"Kenapa tidak ditanya saja yang jelas dia mau ke mana tadi."
Ucap Ridho tapi lagaknya agak mengejek Akmal.
"Kamu gimana sih, aku itu sudah nahan dan mengikuti saran kamu malah kamu bilang seperti itu, puas kamu."
"Ha ha ha.."
Tawa Ridho terdengar puas sekali.
Akmal masuk ke dalam ruangannya lalu menelpon Kasih karena sudah tidak sabar ingin mengetahui Dia pergi kemana.
"Assalamualaikum Pak."
Terdengar suara Kasih yang melegakan hati Akmal.
"Waalaikumsalam, panggil apa Kasih.?"
"He he he.. Iya Mas. Ini kan masih dikantor."
"Kamu pergi kemana tadi.?"
"Cuma ke satpam Mas, di minta naruh surat ke situ."
"Oh... Kirain kemana, sudah makan.?"
"Ini lagi makan."
"Dimana.?"
"Kantin, sama Septi Mas."
"Mas mau ngajak kamu makan tapi malah udah makan duluan."
"Mas ajak Mas Ridho aja."
Akmal diam tak menjawab membuat Kasih jadi mikir apa dia salah omong.
"Mas.?, masih disana.?"
"Mas kok rasanya jahat sama kamu."
"Kenapa Mas.?"
"Kita dekat sama-sama disini tapi kayak berjauhan."
"Kenapa Mas ngomong gitu, kan memang ini kantor Mas sebagai atasan Kasih dan Kasih cuma anak magang. Makasih ya Mas sudah membuat semuanya menjadi mudah."
Terbit senyum dibibir Akmal mendengar itu.
"Sama-sama Kasih. Mas seneng bisa membantu kamu."
"Mas udah dulu ya, mau sholat."
"Oke, Mas juga ke masjid."
Telepon mereka sudahi dan mereka sama-sama menuju ke masjid untuk melaksanakan kewajibannya.
Sore menjelang, Kasih bersiap untuk pulang bersama Septi karena sekarang kantornya dekat dengan warung Bude. Kasih malah tidak repot muter untuk mengambil tempat kue.
"Aku duluan ya Kasih."
Septi pamit untuk pulang duluan.
"Hati-hati Sep."
Septi tersenyum dan menganggukkan kepalanya kemudian berlalu dengan sepeda motornya.
Kasih kemudian juga berlalu dengan sepeda motornya menuju ke warung Bude untuk mengambil tempat kue ibunya.
"Sekarang cepat pulangnya ya Kasih.?"
Tanya Bude warung.
"Iya Bude, sekarang Kasih dekat magangnya."
"Dimana Kasih.?"
"Itu perusahaan depan Bude."
"Oh.. Tempat Mas nya yang kemarin makan sama kamu.?"
Kasih terdiam dan hanya tersenyum saja.
"Kasih pamit ya Bude.?"
"Oh iya Kasih, hati-hati kamu besok Jangan lupa pesanannya ya."
"Baik Bude."
Kasih kemudian membawa tempat kue dan pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah Kasih mengucapkan salam dan masuk ke dalam rumah.
"Ibuk..."
Kasih tak melihat ibunya saat masuk ke rumah tadi dan tak ada jawaban salam juga.
"Buk..."
Kasih mencari ibunya ke dapur.
"Kemana Ibuk."
Kasih juga tak melihat adiknya yang biasanya main di depan rumah.
"Ria juga kemana."
Kasih tak melihat siapapun di rumah lalu menuju kamarnya saja.
Kasih berganti baju dan kemudian keluar kamar lagi.
"Ibuk, darimana.?"
Kasih sudah melihat ibunya di dapur dan adiknya bermain di teras.
"Dari warung beli bahan kue ini, tempatnya kue kamu bawa pulang nggak.?"
"Iya buk itu, Kasih mau mandi dulu Buk."
"Iya."
Kasih menyegarkan badannya setelah itu berganti baju dan keluar dari kamar mandi.
"Mbak.."
Ria menghampiri Kasih.
"Kenapa Ria.."
Kasih menatap Ria yang sepertinya menginginkan sesuatu.
"Mbak, es krim.."
Rayu Ria.
"Mau es krim.?"
Ria tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Jangan Kasih."
Ibunya yang melarang karena Ria lagi tidak enak badan.
"Nggak boleh sama Ibuk itu, kamu kan pilek."
"Mbak, sekaliiii... Aja."
"Ria..."
Ibuknya sudah memandangnya dengan tajam.
"hiks..hiks..."
Ria langsung nangis dan memeluk Kasih.
"Sudah jangan nangis, yuk sama Mbak."
Kasih menggendong Ria dan membawanya ke kamarnya.
"Duduk disini jangan nangis ya. Nanti sama Mbak beli susu saja jangan es krim."
Kasih meletakkan Ria di atas tempat tidurnya dan dia menyisir rambutnya.
Ria melihat Mbaknya yang mengaca.
Ddrrttt...
Ponsel Kasih bergetar.
"Mbak, telpon."
Kasih melihat hp nya.
"Assalamualaikum Mas."
"Waalaikumsalam, Kasih sudah di rumah."
"Sudah Mas. Mas sudah pulang.?"
"Sudah, baru aja sampai rumah baru istirahat. Kamu ngapain.?"
"Kasih mau keluar sama Ria Mas, minta es krim tapi sama Ibuk nggak boleh sama Ibuk lagi flu."
"Ria.?"
Akmal belum tahu siapa itu Ria karena Kasih juga belum pernah cerita kepadanya.
"Oh, Ria itu adik Kasih Mas. Dia usia 5 tahun masih TK."
"Mas boleh kenalan.?"
Tanpa Kasih menjawab Akmal sudah mengubah mode panggilan mereka ke video call.
Kasih yang masih belum mengenakan jilbab buru-buru mengambil jilbab instannya baru setelah itu menggeser tombol video yang ada di layar hp-nya.
"Iya Mas."
"Mana Ria, mas Boleh kenalan kan sama dia.?"
Kasih tersenyum dan mengarahkan ponselnya kepada adik kecilnya itu. Memang cara mereka terlalu jauh karena Kasih punya adik ketika dia sudah masuk SMA.
"ini Ria, Mas."
Ria melihat ke arah layar ponsel dan dia pun melihat wajah Akmal yang tersenyum kepadanya. Karena baru pertama kali melihat wajahnya Ria malah memalingkan wajahnya dan memeluk Kasih.
"Hai Ria.."
Sapa Akmal namun Ria terlihat takut dan sedikit mengintip sambil menyembunyikan wajahnya dipelukan Kasih.
"Ria, ini namanya Mas Akmal temannya Mbak."
"Hari Ria, Assalamualaikum.."
Akmal bersikap ramah supaya Ria tidak takutlah sama Dia.
"Waalaikumcalam..."
Jawab Ria pelan namun masih malu dan menyembunyikan wajahnya.
"Kenalan dong, ini Mas Akmal. Ria kelas berapa.?"
"Sayang, di tanya sama Mas Akmal."
Kasih mengusap kepala Ria dan meminta Ria untuk tidak menyembunyikan wajahnya.
"TK besal."
Jawab Ria dan Akmal merasa gemas.
"Boleh nggak Mas rasanya mau gendong Ria."
Ria malah melihat ke Akmal yang terkekeh.
"Ria, Kasih..."
Suara ibunya memanggil dari luar dan berjalan menuju ke arah kamarnya karena terdengar langkah kaki mendekat.
"Ada Ibuk Mas, sebentar ya."
Kasih yang panik langsung mematikan video call itu.
"Kirain udah pergi."
Pintu kamar dibuka Ibuknya dan Kasih menatap ke arah pintu dengan deg-degan untuk saja video call-nya sudah dimatikan.
"Belum Buk."
"Mbak telepon temannya..."
Celoteh Ria, membuat Kasih kembali panik.
😂😂😂
masih arogan atau langsung baik😂