"Mulai sekarang, kamu adalah pelayan pribadiku! Kamu hanya boleh mendengar dan patuh pada perintahku!"
*****
Akibat peperangan yang terjadi antara kaum vampir dan manusia. Aurora, gadis yang masih berusia 18 tahun itu menjadi tawanan di Istana Vampir. Dan sialnya, Putra Mahkota Istana malah menjadikan Aurora sebagai pelayan pribadi atau sering disebut dengan 'Pelayan Darah'
Apakah Aurora bisa terlepas dari jerat Panggeran Felix? Atau ia akan menjadi Pelayan Darah Tuan Vampir itu seumur hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha Annisa Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pasca Perjanjian [II]
"Kondisinya baik-baik saja, Tuan. Hanya saja, dia kekurangan istirahat, sehingga itu sangat berpengaruh pada kondisi fisiknya sekarang," jelas seorang tabib istana setelah memeriksa keadaan Aurora yang kini masih terpejam dan berbaring di atas ranjang besar Pangeran Felix.
"Energi kaum manusia tidak sama seperti energi kaum vampir, kaum manusia akan cenderung lebih cepat kehabisan tenaga dan membutuhkan waktu istirahat yang cukup, dan jika kondisi seperti ini terus berlangsung, hal itu akan semakin memperburuk keadaan, Tuan," lanjut sang tabib menjelaskan.
Pangeran Felix dengan wajah datarnya hanya mengangguk pelan, seolah menunjukkan kalau ia paham dengan penjelasan sang tabib.
"Keluarlah!"
Tabib tersebut membungkuk hormat, lalu meninggalkan kamar Pangeran Felix, tanpa menoleh sedikitpun.
"Apa karena aku mengambil darahnya terlalu banyak hari ini?" gumam Pangeran Felix, mengingat tadi pagi ia sarapan hanya dengan menghisap darah Aurora, begitupun dengan makan siangnya.
"Gadis ini—" Pangeran Felix mendekati ranjang, menatap tubuh Aurora cukup lama.
"Aku sudah menyuruhnya untuk menjaga kesehatan dan makan dengan teratur, tapi kenapa dia malah melewatkan makan siang dan berbohong padaku!"
Sebenarnya, Kepala Pelayan baru saja melaporkan pada Pangeran Felix tentang Aurora yang melewatkan makan siangnya dan hanya memakan beberapa potong buah.
Pangeran Felix baru saja akan menghukum Aurora atas hal itu, tapi siapa sangka, gadis itu sudah pingsan duluan di taman.
"Memelihara kelinci kecil ini ternyata cukup merepotkan juga!"
Pangeran Felix naik ke atas ranjang, sekali lagi, ia memperhatikan wajah Aurora, gadis itu memang memiliki paras yang cantik, terlihat tampak khas, karena berbeda dengan kecantikan yang dimiliki oleh wanita dari kalangan kaum vampir yang sering Pangeran Felix lihat.
Meski sebenarnya Pangeran Felix bisa dibilang tidak membutuhkan tidur, vampir itu tetap saja ikut membaringkan tubuhnya di samping tubuh Aurora. Dan ini adalah kali pertama bagi sang Pangeran berbagi tempat tidur dengan orang lain, terlebih lagi seorang wanita yang berasal dari kalangan dan kaum yang berbeda.
Walaupun terasa sangat amat aneh, Pangeran Felix berusaha untuk memejamkan matanya, momen ini memang sangat di luar dugaannya.
Dia sendiri tidak pernah menyangka akan berada di situasi seperti ini, mungkin saja, jika hal ini sampai tersebar ke kalangan rakyat kaum vampir, mereka semua pasti tak akan pernah percaya! Sosok seperti Pangeran Felix bisa sedekat itu dengan seorang wanita!
********
...Di Wilayah Kaum Manusia...
Di sebuah rumah yang cukup besar, seorang pria dengan luka yang baru saja sembuh bersandar pada salah satu tiang yang berdiri kokoh di bagian depan rumah tersebut. Tatapannya tampak kosong, menatap langit malam.
"Kairi, apa yang kamu lakukan di sini?" seorang wanita dengan rambut panjang yang tergerai menghampiri pria yang ia panggil Kairi tadi.
"Ayo masuk, udara malam ini sangat dingin!"
Kairi tak merespon apapun, bahkan pandangannya tak teralihkan sedikitpun pada wanita yang kini bergelayut manja di lengannya.
"Aurora, kamu di mana? Apakah kamu selamat dari peperangan? Apakah kamu baik-baik saja?" Kairi membatin.
Selama ini, ia terus dihantui perasaan bersalah pada keluarga Aurora, terutama pada Nicholas, sahabatnya.
Andai saja Kairi memiliki keberanian yang cukup besar untuk melanggar perintah orangtuanya, mungkin saja keluarga Aurora akan selamat dari peperangan, seperti mereka.
Sayangnya, Kairi terlalu pengecut saat itu. Ia tidak memiliki keberanian untuk menentang hanya karena takut tidak akan mendapatkan bagian apapun dari harta kekayaan keluarga.
Bahkan Kairi dengan tega menipu keluarga sahabatnya sendiri hanya demi keberlangsungan bisnis keluarganya.
Pertunangan yang terjadi antara dia dan Aurora semata-mata hanya untuk keperluan bisnis, tidak pernah lebih. Bahkan, setelah pertunangan itu, Kairi masih sempat berhubungan dengan beberapa wanita tanpa sepengetahuan Aurora.
Kini, hari-hari yang Kairi lalui dipenuhi oleh rasa bersalah yang terus menghantui.
"Jika kamu selamat dan masih hidup, aku berjanji, aku akan menebus semua kesalahanku."