Kekecewaanya terhadap sang Ayah membuat Azzura menerima dengan lapang ketika sang ayah akan memasukannya ke sebuah pesantren.
Ingin menolak namun hatinya terlalu lelah dengan keadaan.
Satu hal yang ia harapkan bahwa langkahnya menerima keputusan sang ayah hanya agar sang bunda kelak akan bahagia dan tak mendapat siksaan atas semua dosa-dosa nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duatujuh
Tak terasa waktu berlalu dengan begitu cepat.
Hari ini adalah hari terakhir zura ujian sekolah,setelah satu minggu ia sibuk belajar dengan bimbingan langsung Gus ilham.
Ada untungnya juga bersuamikan seorang Gus Ilham yang notabene seorang Lulusan terbaik dari fakultas negeri di kota.
Tidak hanya sebagai ketua yayasan,ternyata Gus Ilham juga seorang Dosen di Universitas tempatnya dulu menuntut ilmu.
Sehingga bisa membantunya dalam proses belajar sekarang.
Satu lagi fakta yang ia baru tahu tentang pekerjaan suaminya.
Ada sara insecure dalam dirinya saat mendengarkan fakta tentang suaminya,walau bagaimanapun perbedaan jauh antara mereka.
Suaminya yang begitu faham dan tinggi ilmu,sedangkan dirinya lulus SMA pun belum.
Tapi dukungan Gus Ilham yang membuatnya kembali sadar bahwa ternyata hanya Allah SWT yang bisa menilai pantas tidaknya pasangan seseorang.
Kini zura hanya bisa bersyukur dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi agar bisa mengimbangi seorang Gus Ilham.
................
Jam ujian sudah selesai,zura berjalan ke luar kelas dan ingin segera pulang karena hari ini kebetulan Rizal akan datang untuk memantau lahan yang akan mereka buat cafe atau angkringan.
Tak hanya Rizal,Naufal sang sepupu pun akan ikut karena katanya sudah kangen.
Sejak masuk pondok mereka berdua belum pernah bertemu lagi,bahkan komunikasi pun baru beberapa hari ini karena zura baru membawa kembali hp nya.
Saat akan keluar gerbang tiba-tiba telinganya mendengar sayup-sayup beberapa santri menyebut nama suaminya.
"Kalian sudah dengar belum kabar tentang Gus Ilham ?"
"Kabar apa nur?"
"Katanya Gus ilham akan mengkhitbah Ustadzah Nisa besok"
"Wah,kamu kata siapa Nur?"
"Saya dengar sendiri kemarin waktu mau ke kantor pengawas,kebetulan ada umi dan ustadzah nisa di dalam. Terus aku dengar umi bilang ,Ustadzah Nisa bersiaplah besok kami akan datang meng khitbah ustadzah nisa. Tolong hubungi orangtua Ustdzah tentang kedatangan kami besok "
"Ah masa sih ?"
"Ih bener loh aku dengar sendiri umi bilang gitu"
"Wah kalo beneran sih mereka bakal jadi couple goals nya pondok,soalnya kan Gus ilham itu ganteng,sholeh,pintar,berwibawa di tambah anak Abah kiai sedangkan ustadzah nisa cantik,sholeha,pinter,kalem sama beliau juga anaknya seorang Ustadz Baha yang dulu pernah ngajar lama juga di pondok abah "
"Iya kamu bener mereka emang cocok banget lah,pokonya kita dukung 100% pasangan itu"
Deg
Hati zura bagai tertusuk ribuan belati,dadanya terasa sesak.
Lututnya lemas bagai tak bertulang.
Benarkah yang ia dengar tentang suaminya.
Seketika ingatan zura kembali memutar ulang kejadian kemarin.
Saat Sang mertua memintanya membuatkan beberapa bolu pisang yang katanya akan ada acara penting.
Tak hanya itu,umi pun meminta bantuan zura untuk membungkuskan beberapa buah-buah untuk di buat parcel.
Di tambah di lemari ada sebuah bouquet yang isinya beberapa uang berwarna merah.
Zura tak pernah bertanya tentang semua itu.
Tanpa bisa di tahan airmatanya mengalir bebas di pipinya.
Tak ingin ada yang melihat,zura buru-buru pergi.
Langkahnya terhenti di sebuah saung yang selalu ia singgahi saat ingin menenangkan fikiran.
Bukannya ia tak ingin langsung pulang,namun zura butuh waktu untuk mengontrol dulu emosinya.
Ia butuh menenangkan dulu fikirannya,karena saat ini fikirannya benar-benar kalut.
Hatinya terasa sakit dan kecewa.
"Sebegitu tidak pantaskah aku sampai kalian ingin mencari orang yang lebih jauh di banding aku ?"
Tangan zura mengepal dan gemetar seakan sedang mengontrol emosinya.
"Kalo memang kamu menikahiku karena terpaksa,kenapa kamu tidak menolaknya saja secara langsung.Kenapa kamu buat aku jatuh hati dan berharap banyak dulu padamu jika bukan aku yang kamu mau"
"Kenapa kamu buat aku berfikir bahwa kamu laki-laki berbeda dari yang lain dan bodohnya aku berfikir kamu laki-laki sempurna yang Allah siapkan untuk ku "
"Kenapa sesakit ini Ya Allah,,jika hanya untuk merasakan sakit kenapa engkau dekatkan aku dengan laki-laki itu?"
"Apa setidak pantaskah aku merasakan kebahagiaan Ya Allah...hiks"
"Siapa ustadzah nisa itu,kenapa kamu menyembunyikannya dari aku A.Jika ada wanita lain yang kamu inginkan,kenapa kamu malah menikahiku dan kenapa keluargamu begitu baik dengan ku ?"
Semuanya berputar di kepala zura tentang semua pertanyaan-pertanyaan yang sedang terjadi saat ini.
Lama zura diam hingga tak terasa hari mulai sore.
Zura merapikan kembali pakaiannya.
ia mengusap matanya yang terlihat sembab,hidungnya pun terlihat merah.
Akhirnya zura mengeluarkan sebuah masker dari dalam tas dan kemudian memakainya.
Zura berjalan menunduk saat kembali ke ndalem.
Ia masuk lewat pintu belakang agar tak banyak bertemu dengan orang,hatinya kembali merasakan sakit saat mendengar sayup-sayung sang mertua dan beberapa santri sedang sibuk di dapur membuat kue sambil bercanda gurau.
Zura buru-buru naik ke atas menuju kamarnya.
Pintunya ia buka perlahan,langkah kakinya semakin lemas.
Dengan gontai zura masuk kedalam kamar mandi,dibawah shower ia menangis kembali dengan sesegukan.Cukup lama ia diam berdiri di bawah kucuran derasnya air.
Bibirnya sudah terlihat pucat tak ia hiraukan,sungguh bisikan-bisikan setan benar-benar menguasai akal sehatnya.
Sampai sebuah ketukan menyadarkannya.
Zura buru-buru melilitkan handuk pada badan dan kepalanya.
Buru-buru ia membuka pintunya.
Deg
2 pasang mata saling mengunci dengan tatapan yang berbeda.
Mata zura dengan kekecewaannya dan mata Gus Azam dengan kekhawatirannya.
"Ya Allah sayang kamu kenapa?"
Gus ilham terlihat panik saat melihat mata zura yang terlihat bengkak serta bibirnya yang terlihat pucat.
Zura tak menghiraukan pertanyaan Gus ilham,ia langsung pergi menuju lemari untuk mengambil pakaiannya.
Karena kalut sampai-sampai mereka berdua tidak sadar dengan penampilan zura yang hanya memakai handuk kecil yang hanya sebatas paha.
Dingin mulai menjalar ke seluruh tubuhnya,dengan tangan gemetar zura membuka lemari pakaiannya.
Dan itu membuat Gus Ilham tersadar melihat penampilan sang istri yang untuk pertama kalinya.
Dengan susah payah Gus ilham menelan ludahnya,ia hanya laki-laki biasa yang juga mempunyai nafsu.
Melihat badan wanita yang sudah halal untuknya membuatnya merasakan sesuatu yang berbeda.
Namun dalam hatinya ia terus beristighfar agar tidak terkuasai oleh nafsu,
Melihat sang istri yang gemetaran buru-Buru Gus ilham mengambil selimut dan memakaikannya pada sang istri.
"Badan kamu kedinginan,jadi sekarang kamu duduk biar Aa yang ambilkan baju buat kamu "
Seolah sebuah perintah yang tidak ingin di bantah,Gus ilham mendorong perlahan badan zura agar duduk di tepi kasur.
Gus ilham mengambil pakaian dan dalaman zura tanpa risih,kemudian mengambil hoodie miliknya.
Gus ilham membalikannya badannya dan kemudian menghampiri sang istri yang nampak menunduk.
Perlahan Gus ilham membuka selimut yang zura pakai.
kemudian perlahan memakaikan pakaian pada sang istri.
"Tidak usah saya bisa sendiri" ucap zura dingin.
Ada yang beda dengan sang istri,dan Gus ilham menyadari ada sesuatu yang terjadi pada sang istri.
Zura berusaha mengambil minyak aromatherapy yang Gus ilham pegang namun dengan cepat Gus ilham mencegahnya.
"Diam dan nurut !! " ucap Gus ilham tegas.
Akhirnya zura hanya bisa pasrah saat Gus ilham mengolesi perut dan punggungnya dengan minyak aromatherapy.
Tak hanya itu ia juga menyisir rapi rambut zura.
"Sudah selesai,sekarang ambil wudhu terus sholat ashar dulu dan tenangkan diri dulu. Aa ambilkan dulu makan buat kamu "
Dalam sujudnya zura kembali menitikan airmatanya.
Entah kenapa biasanya zura tidak secengeng ini,apa karena dia sudah jatuh cinta pada suaminya.
Namun yang paling ia rasakan ialah rasa takut kehilangan sosok laki-laki yang belakangan ini menjadi sosok yang selalu memanjakannya.
Gus ilham yang melihat airmata sang istri menetes kembali merasa ikut sakit.
Entah kenapa setiap melihat sang istri menangis ia merasa seperti gagal menjadi seorang suami.
"Duduk di sini !"
Gus Ilham menepuk tempat kosong di sisinya.
Dan zura hanya bisa pasrah tanpa mengeluarkan sepatah katapun
"Makan dulu,setelah itu kamu cerita kenapa kamu nangis dan kata umi tadi kamu pulang telat terus gak nyamperin umi di dapur malah langsung naik ke atas terus kata umi kamu pakai masker segala makanya umi telpon Aa katanya takut kamu sakit makanya nyuruh Aa pulang"
Zura hanya diam tak memberikan respon apapun sampai ia selesai makan.
Gu Ilham menyimpan piring di nakas dekat tempat tidur kemudian badan Gus ilham berputar hingga menghadap arah zura.
Badan zura juga ia tarik agar bisa berhadapan langsung dengannya.
Tangan Gus Ilham mengambil tangan zura yang masih terasa dingin.
ia usap-usap untuk menyalurkan kehangatan bagi sang istri
"Sekarang cerita kamu kenapa?"
tanya Gus Ilham lembut
Sedangkan zura masih diam seribu bahasa.
"Kenapa diam sayang,coba bicara sama Aa sebenarnya ada apa?"
Namun lagi-lagi zura tak merespon.
Gus Ilham membuang nafasnya kasar,ia berusaha menahan emosinya dengan terus beristighfar dalam hati.
"Azzura Malik Abraham Al-ghiffari "
Suara Gus ilham terdengan dingin dan tajam dan itu membuat Zura takut.
"Ustadzah Nisa itu siapa?" Akhirnya zura mengeluarkan suarnya.
Gus Ilham menautkan alisnya mendengar pertanyaan sang istri.
"Beliau ustadzah pengajar di sini "jawab Gus Ilham santai
"Iya,dia siapa?"
"Ko nanya siapa? kan barusan Aa kasih tau beliau Ustadzah disini,kamu juga kenal ko"
Zura bingung,kenal dengan ustadzah Nisa ? Yang mana ?setaunya di pondok ini tidak ada yang namanya Ustadzah Nisa
"Ada apa sih yang,ko kamu nanya Ustadzah Nisa?"
"Gus kenapa gak jujur sama saya kalo Gus sebenarnya punya wanita idaman lain? Kenapa Gus menikahi Zura jika sebernarnya Gus menginginkan wanita lain ? Kenapa Gus bikin aku jatuh cinta kalau akhirnya hanya ingin menyakiti saya? hiks "
"Astaghfirullah kamu ngomong apa sih yang, Aa gak ngerti..kamu sakit ya ngomongnya jadi ngelantur gini ?" Gus ilham tidak ingin terpancing emosi yang nanti nya akan melukai hati sang istri.
"Udah lah gak usah so baik lagi,saya sudah muak Gus.Sekarang tinggal jujur aja maunya Gus apa?"
"Kamu tanya maunya saya apa? Mau nya saya itu kamu bilang kamu kenapa ? Apa salah saya sampai kamu kaya gini tanpa harus berbelat belit "
Jawab Gus Ilham tanpa sadar meninggikan suaranya.
Namun saat selesai berbicara ia langsung tersadar,tangannya mengusap kasar wajahnya.
Mulutnya terus beristighfar.
Zura yang mendengar bentakan Gus ilham semakin menangis.
Kepalanya menunduk dengan tangan yang terus saling bertaut.
"Kenapa Gus Ilham ingin menikahi wanita lain disaat Zura sudah jatuh hati sama Gus,kenapa Gus ilham ingin meminang wanita lain disaat Zura sudah mulai menggantungkan hidup Zura sama Gus Ilham hiks "
Gus Ilham kaget mendengar ucapan dari mulut sang istri,walaupun lirih tapi masih bisa tertangkap oleh pendengarannya
"Tunggu ! Menikah lagi ??"
Zura kemudian mengangguk
Gus Ilham membuang nafasnya kasar,bahunya seketika melorot.
Sekarang ia faham apa yang terjadi pada istrinya.
"Jadi kamu kaya gini cuma karena masalah itu yang ?"
Tanya Gus Ilham enteng,tanganya memainkan rambut sang istri yang tergerai
Cuma...
Satu kata yang membuat zura langsung mengangkat wajahnya,tatapannya tajam.
"Kamu bilang cuma ?"
Tanya Zura tajam jangan lupakan matanya yang bengkak berusaha melotot yang justru terlihat lucu bagi Gus Ilham.
"Ya terus ?" Goda Gus ilham.
"Ya Allah,nikah lagi anda bilang cuma Gus ?? anda punya otak gak sih Gus gak mungkin mendadak bego kan ?" Tanya zura emosi.
"Sayang..bahasanya !" ucap Gus Ilham dingin
Kemudian menegakkan kembali tubuhnya.
"Tadi kamu nanya siapa ustadzah Nisa kan ? Ustadzah Nisa itu adalah ustadzah Halwa yang selama ini dekat dengan kamu.Namanya Ustadzah Halwa Nur Annisa,orang yang lebih dulu mondok lama disini pasti manggilnya Ustadzah nisa sedangnya Ustadzah Halwa cuma di panggil oleh santri yang belum lama termasuk kamu sayang"
Penuturan Gus ilham seketika membuat hatinya semakin sakit.
Ternyata beliau orang yang selama ini baik dan dekat dengannya.
"Jadi selama ini Ustadzah Halwa lah wanita yang kamu ingin Gus wanita yang memang benar cocok dengan mu?"
"Astaghfirullah...ngaco !!Udah ah sekarang coba kamu ceritakan semuanya biar Aa ngerti "
Kemudian zura menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat.
Sedangkan Gus Ilham mendengarkannya dengan seksama.
Sesekali ia tersenyum geli saat melihat sang istri bercerita dengan lucu kadang emosi kadang sedih.
Dan setelah mendengar cerita sang istri ia jadi tahu apa yang terjadi pada istrinya.
"Sudah selesaikan ? Sekarang kamu pakai hijabnya,kita kebawah temui umi dan seseorang "
"Bukannya jawab malah nyuruh saya ketemu orang lain,tinggal jawab bisa kan Gus ?"
"Gak bisa karena istri Aa lagi mode cemburu,jadi takutnya gak percaya sama ucapan Aa makanya lebih baik orang yang bersangkutan aja yang menjelaskan"
Tanpa lama-lama Gus ilham langsung memakaikan hijab pada sang istri,kemudian menuntun sang istri ke lantai bawah.
...* to be continue *...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...