Kesetiaan

Jonathan malas meninggalkan ruangannya selepas sang papa menelpon.

Jonathan menghela nafas panjang.

Sudah seminggu ini dirinya terkungkung di ruang kerja yang menurut Jonathan membosankan.

Tak lagi berhadapan dengan pasien-pasien, tak ada lagi sendau gurau para perawat yang jaga bersamanya. Bau obat khas rumah sakit pun membuat sensasi sendiri bagi penghuninya, termasuk Jonathan Alexander.

Dan satu lagi, Vira Pangesti selalu menghantui pikirannya.

Semakin ingin melupakan, semakin kuat batinnya mengingat.

"Apa hari ini gue ke rumah sakit aja ya? Hidup gue monoton banget seminggu ini," gumam Jonathan.

"Iya deh, gue ke sana aja," Jonathan memutuskan.

Jonathan beranjak dari duduk.

Dasi yang melingkar manis di leher dilonggarkan oleh Jonathan.

Saat akan membuka pintu, pintu ruangannya terbuka lebih dahulu.

"Mau kemana?" telisik papa yang awalnya hendak mengajak barengan pulang dengan sang putra.

"Keluar bentar, cari angin," alibi Jonathan.

"Bareng sama papa aja," ajak papa Alex.

"Makasih papa ku yang tampan. Tapi kasihan mobil Joe kalau dianggurin," tolak Jonathan.

"Ingat Joe.....,"

"Ya, ntar malam gue usahain datang. Rumah keluarga Angel nggak pindah alamat kan?" tanggap Jonathan.

"Bye Pah," Jonathan meninggalkan papa Alex yang belum beranjak dari tenpatnya berdiri.

Malas rasanya menghadiri acara makan malam ntar. Batin Jonathan.

Mobil yang dikemudikan Jonathan telah keluar dari basement perusahaan.

"Apa aku beli martabak telur sama martabak manis ya? Biasanya mereka pada suka tuh," kata Jonathan.

Jonathan teringat momen-momen manis kebersamaan saat jaga IGD.

Jonathan menepikan laju mobil saat melihat ada gerobak penjual yang dimaksud.

Pintu mobil hampir terbuka, Jonathan melihat sosok pria dengan wajah tak asing.

"Hhmmm siapa ya?" tebak Jonathan mencoba mengingat-ingat.

"Oh ya, bukan kah itu pria yang bersama suami Vira," Jonathan ingat akan orang itu.

Jonathan urung turun. Dan mengamati pergerakan pria itu.

Ternyata di belakang pria itu muncul suami Vira yang barusan turun dari mobil.

Jonathan mengernyitkan alis.

"Wow," kata Jonathan bergumam.

"Ah mendingan aku foto aja deh," ide Jonathan muncul.

Jonathan urung membeli martabak sesuai niat awalnya tadi.

Mobil melaju pelan mengikuti mobil di depannya.

"Mau kemana mereka? Tak menuju ke rumah Vira" Jonathan terus mengikuti.

Hingga mobil itu terhenti di depan sebuah hotel.

"Apa mereka masih berhubungan?" tanya Jonathan dalam hati.

Keduanya turun dan berjalan beriringan masuk hotel sambil saling pandang.

Jonathan berasa mual melihatnya.

"Kasihan kamu Vira," batin Jonathan.

"Apa aku kasih tahu dia saja ya?" niat Jonathan.

Belum sempat terlaksana, ponsel Jonathan berdering.

"Issshhhh, apaan sih mama nih," omel Jonathan sebelum menggeser ikon hijau di layar ponsel.

Kembali ponsel berdering sebelum Jonathan sempat mengangkat sebelumnya.

Ada nama papa Alex di sana.

Jonathan mendesis sebelum mengangkat telpon.

"Halo," sapa Jonathan.

"Lama amat. Jangan bilang kalau kamu masih belum pulang," seru papa Alex.

"Kok tahu Pah?" balas Jonathan.

"Langsung ke mansion aja," suruh papa.

"Ntar aku nyusul deh Pah. Papa sama mama duluan aja," kata Jonathan.

"Tiga puluh menit belum sampai mansion, jangan salahkan anak buah papa menyeret kamu," gertak papa.

"Sebenarnya aku ini anak kandung kalian bukan sih? Kok perlakuannya bak anak tiri," tanggap Jonathan.

"Jooooooeeeeeee...," teriak papa kesal.

Jonathan memutar balik laju mobil mengarah ke mansion langsung.

Sementara itu saat mobil Jonathan keluar area hotel, terlihat mobil suv marna putih masuk.

Seorang wanita lengkap dengan topi, kacamata hitam dan masker turun dari sana.

.

Siang hari sebelumnya.

Vira ikut ajakan Teddy saat pulang kerja.

"Kita mau kemana?" tanya Vira saat berjalan ke arah parkiran rumah sakit.

"Ada deh," kata Teddy penuh teka teki.

"Udah deh mas, aku nih capek," timpal Vira.

"Bentar aja sayang," mohon Teddy.

Teddy merasa istrinya mulai bersikap demikian saat dirinya kepergok bersama Daniel.

Maka Teddy ingin memperbaiki hubungan dengan Vira.

Vira diajak ke restoran langganan dari awal mereka pacaran.

Teddy telah mempersiapkan surprise buat sang istri.

Rona bahagia mulai terpancar di wajah Vira, karena sang suami menyiapkan pesta ulang tahun buatnya.

Vira baru ingat kalau hari ini usianya bertambah satu tahun.

"Make a wish sayang," kata Teddy saat Vira hendak meniup lilin.

Vira memejamkan mata berdoa. Tuhan, jika mas Teddy adalah jodoh terbaik saya maka biarkan kami bahagia. Batin Vira dalam doanya. Tak lupa Vira mendoakan kedua anak dan juga orang tua.

"Tiup lilinnya... Tiup lilinnya... Tiup lilinnya sekarang juga.... Sekarang juga," Teddy menyanyikan lagu buat sang istri.

Wushhhh... Lilin telah padam.

"Selamat ulang tahun istriku tercantik. Panjang umur dan semua doa terbaik untuk kamu," Teddy mengecup kening sang istri. Kali ini Teddy sengaja merayakan berdua sama istri.

Ponsel Teddy berdering, saat keduanya sedang makan berdua.

"Siapa?" telisik Vira.

Teddy mereject panggilan.

"Biasa sayang. Sekretaris aku di kantor. Menghubungi aku untuk segera kembali," jelas Teddy.

"Oh....," tukas Vira.

Ponsel Teddy kembali berdering untuk kedua kalinya.

"Angkat aja mas, kali aja penting," suruh Vira.

"Hhmmm baiklah," Teddy beranjak menjauh dari keberadaan Vira.

Ngapain musti menjauh? Bisa di sini aja angkat telponnya. Batin Vira.

"Sayang, maaf ya. Aku nggak bisa nemenin kamu sampai selesai makan. Ternyata ada kunjungan mendadak dari pusat. Dan aku musti balik kantor," kata Teddy yang baru selesai bicara dengan sang penelpon.

"Nggak papa mas. Pergi aja. Aku bisa pulang naik taksi online kok," kata Vira.

"Beneran nggak papa? Maaf ya? Lain kali aku janji deh, buat mengganti hari ini," dan Vira mengangguk mendengar ucapan Teddy.

Teddy mengecup kening sang istri dan buru-buru pergi.

Vira kembali meletakkan pantatnya ke kursi dengan malas.

"Dia yang ngajak dia juga yang ninggalin," ucap Vira lirih.

Vira keluar resto setelah orderan ojek online nya datang.

Belum juga membuka pintu, sebuah nomor tak dikenal mengiriminya sebuah gambar.

Vira menaikkan sebelah alisnya.

"Hhhmmm nomor baru lagi?" gumam Vira dan melihat gambar yang barusan masuk.

Vira merenung selama perjalanan menuju rumah.

Pesan kedua kembali masuk. Vira tak percaya melihatnya.

Vira menyambar kunci mobil, dan tak jadi masuk rumah.

Mobil mengarah ke sebuah hotel.

"Siapa sebenarnya orang ini?" tanya Vira tentang orang yang mengiriminya pesan.

Tring.

Sebuah pesan masuk lagi.

Vira masuk lengkap dengan memakai topi, kaca mata hitam serta masker menutupi sebagian wajah.

Vira berjalan terburu masuk ke bangunan tinggi menjulang itu.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Kasih bintang lima ⭐⭐⭐⭐⭐ kalau kalian suka.

Like, komen, subscribed author tungguin loh. Makasih.