"Ayah! ibu! kakak! Dimana kalian semuanya, hiks..."meraung Jeony sejadi-jadinya melihat anggota keluarga yang sudah tak bernyawa akibat kecelakaan beruntun yang menimpa keluarga pak Loey Christian.
"Kenapa tuhan? Kenapa engkau mengambil semua orang yang hamba sayang tuhan, hiks..."jeony meraung sejadi-jadinya di tempat kejadian yang dimana kondisinya pun saat ini juga tidak memungkinkan.
Ya memang benar adanya saat ini kondisi jeony pun begitu memprihatinkan. Karena kejadian naas itu yang membuat jeony mengalami patah tulang cukup parah yang membuat jeony harus menjalani serangkaian operasi estetika dan orthopedi agar dapat menyelamatkan nyawa jeony yang hanya tinggal menghitung jam.
Setelah melakukan serangkaian operasi, akhirnya nyawa jeony pun berhasil di selamatkan. Waktu terus berlalu hingga perubahan pada Jeony pun semakin terlihat jelas bahkan jeony dianggap seperti orang gila oleh warga sekitar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyajenkpankestu_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Akan tetapi, hal itu tak membuat jeony bergeming dan jeony tetap menundukkan kepala sebagian penghalang kontak mata jeony dan alfarad saat ini.
"Apa kita harus melepaskan sesuatu untuk meredakan kemarahanmu!"ujar alfarad sambil sejenak menatap jeony yang terus menatap arah lain.
Lagi-lagi joeny bergeming. Alfarad tidak bisa berkata lagi. Alfarad tahu, ini bukan waktu yang tepat untuk menyapa joeny. Ia pun beranjak pergi.
"Kenapa kamu menolongku!"pertanyaan jeony menghentikan langkah alfarad. Kemudian, pria itu berbalik badan dan memberikan tatapan teduh kepada jeony.
"Takdir tuhan."jawab alfarad dengan lembut.
Jeony kembali berdecak, ia tidak menyukai jawaban yang menurutnya tidak masuk akal.
"Tuhan sedang menjawab keraguanmu kepadanya, dia ingin membuktikan kalau pertolongan darinya itu nyata"ucap alfarad sambil menatap jeony dengan tatapan prihatin. Sedangkan jeony tersenyum masam, ia merasa sangat kesal.
"Jangan berbicara tentang tuhan, sedangkan kamu tidak tahu apa yang sudah kualami selama ini!"jawab jeony dengan ketus.
"Jeony, apa masalahmu, ikhlaskan. Masih banyak diluar sana yang punya masalah lebih besar dari kita. Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kemampuan hambanya. Sebagai manusia biasa, kita tidak patut membencinya, dia-"
"Apa kamu pernah dikurung dan di caci maki selama bertahun-tahun, dianggap gila dan dijadikan hanya pemasangan nafsu keluargamu! Lo pernah mengalami posisi itu apa nggak hah!"Teriak jeony yang begitu emosi.
"Berteriak sekeras apapun, meminta tolong sampai suara lo habis, nggak akan ada yang menolong. Karena lo dianggap gila sama mereka"ujar kembali jeony dengan nada lebih pelan tetapi penuh dengan penekanan sambil butir air mata yang terus berjatuhan.
"Delapan tahun! Delapan tahun aku yang menjalani semua itu. Tidak terkira bahkan sudah banyak kali kakek dan dua kakak tiriku menyentuh tubuhku! Mereka menjadikanku wanita jalang, wanita lont*, dan mereka memperlakukanku seperti hewan untuk memuaskan nafsu bejat mereka"imbuh jawab jeony dengan nafas yang memburu karena menahan amarah. Seketika, alfarad bergeming dan mematung di tempat ia berdiri serta terpaku mendengar pengakuan jeony beberapa saat yang lalu.
"Dimana tuhan hah! Dimana dia saat itu hah! Dimana kekuatan yang kata semua orang bisa menaklukkan dan membinasakan apapun! Dimana ketika aku meminta pertolongannya! Kenapa membuat aku selancar ini? Kenapa? Kenapa?"teriak jeony sejadi-jadinya.
Joeny melihat alfarad seakan meminta jawaban, agar sedikit sesak di dada sedikit berkurang dan bisa sedikit bernafas lega. Tak kuasa jeony menahan air matanya yang mengalir semakin deras. Kemarahan dan kebencian yang selama ini jeony pendam, jeony utarakan semua ke alfarad yang berdiir tak terlalu jauh di hadapannya. Akan tetapi, semua hanya diam. Seakan hanya cuman sebagai penonton bahagia disaat jeonh terpuruk.
Kemudian, alfarad mendekati jeony. Alfarad merogoh dari dalam saku celana dan mengeluarkan sebungkus tisu. Alfarad menyodorkan tisu, akan tetapi jeony hanya bergeming. Dengan rasa iba, alfarad mengeluarkan tisu, kemudian lebih mendekat ke hadapan joeny dan mengusap wajah sembab dengan pelan. Saat alfarad melakukan hal tersebut, di belakang alfarad saat ini sudah ada fiska, bunda azka dan pak hadi yang melihat perlakuan manis alfarad kepada jeony secara langsung.
"Astagfirullah, mas alfarad!"
Perhatian mereka teralihkan pada sumber suara itu. Ada beberapa orang yang sedang memasuki kebun belakang. Hal itu juga menarik perhatian beberapa santri yang lewat di sana termasuk alwi yang sedari tadi melihat dan mendengarkan semua pembicaraan mereka sambil berjanji dalam hati untuk melindungi jeony saat jauh dari asrama pesantren."Setelah ini, gue bakal lindungi dia sampai kapanpun. Dan alfarad sudah merusak semua rencana pendekatan gue sama jeony. Sudah punya bini, masih perhatian sama yang lain" geram alwi sembari terus melihat dari kejauhan pertengkaran antara kedua keluarga secara langsung.
"Fiska!"ujar alfarad dengan sangat lirih, dan membuat gadis berhijab lebar meneteskan air mata. Lekas, ia menghampiri pria paling tua diantara rombongan, kemudian ia mencium tangannya dan mencium tangan dua orang pria yang usia terlihat sedikit lebih tua dan memberi sapaan kepada empat orang wanita, termasuk bunda diva yang melihat perilaku sang anak secara langsung.
"Jadi semua itu benar. Desas desus yang beredar tentang kedekatanmu dengan gadis cacat yang ada di belakangmu al?"tanya pak hadra, adik dari pak hadi secara langsung.
Disaat yang sama, jeony yang melihat itu, seketika tidak nyaman dengan semua omongan miring yang ia dengar. Terlebih lagi, semua orang menuduh alfarad sedang berselingkuh dengan jeony saat ini.
"Astagfirullah itu tidak benar mas! Aku tidak berani menyentuhnya apa yang tidak halal untukku. Ini salah paham!"jawab alfarad dengan wajah panik.
"Kami melihat sejelas-jelasnya mas"sahut fiska sembari melirik ke arah jeony dengan tatapan penuh luka. Sedangkan, alfarad menunjukkan tisu yang ada di tangan fiska dan meyakinkannya.
"Ini dek. Pakai punya mas dek. Kami nggak bersentuhan secara langsung"jawab alfarad dengan tegas.
"Sudah banyak kabar yang masuk ke telinga kami tentang kedekatanmu dengan perempuan yang bunda diva tolong beberapa minggu yang lalu itu nak"pria paling tua menatap jeony sejenak dan menatap alfarad dengan tatapan datar.
"Sebenarnya, kami ingin bertanya kepada bundamu tentang hubungan ini, tapi semua sudah jelas dan terjawab semuanya"
"Ustad! Saya berani bersumpah dan saya menghadap arah kiblat allah, saya tidak berbuat seperti apa yang kalian pikirkan. Apalagi kejadian ini, ini semua cuman salah paham"ujar alfarad sambil menoleh ke belakang.
"Jeony. Tolong jelaskan jika semua hanya salah paham, dia jelaskan semua yang sebenarnya terjadi!"sambung ujar alfarad sembari meminta pertolongan kepada jeony untuk menjelaskan semua apa yang terjadi.
Sedangkan, jeony hanya diam dan hanya bergeming sesaat. Perasaan jeony, saat ini benar-benar tidak nyaman. Segala pikiran buruk mulai menyelimutinya. Banyak pasang mata tertuju padanya. Seakan menuduh, menyalahkan dan menghakimi.
"Jeony! Tolong jelaskan semuanya"ujar alfarad.
"Sudahlah, ayah. Kita akhir saja. Aku lebih senang adikku menikah dengan pria yang benar-benar bisa menjaga diri"
"Astagfirullah, mas! Aku sama sekali tidak menyentuhnya. Itu hanya rasa empatiku mengetahui bagaimana perlakuan buruk oleh keluarganya"ucap alfarad yang berusaha membela diri.
"Bulshit! Itu semua hanya alasanmu al"bantah pria muda sembari memberikan isyarat kepada keluarganya untuk angkat kaki.
"Bunda! Dek fiska! tolong dengarkan penjelasanku"
"Fiska sakit mas, sakit..hiks.."ujar fiska yang terisak dalam rangkulan sang ibunda.
"Dek, mas hanya iba mendengarkan masa lalunya. Selama delapan tahun dia hanya dijadikan tempat pelampiasan nafsu bejat oleh kakek dan dua orang kakak tirinya. Dia hanya dikurung dan di anggap wanita gila oleh semua orang untuk menutupi kebejatan keluarganya. Dan dia baru-
"Kenapa kamu lakukan itu padaku"pertanyaan lirih jeony membuat alfarad berhenti bicara dan menatapnya.
"Kamu buat tahu semua orang siapa aku"jawab jeony dengan sangat lirih. Matanya nanar juga ketakutan melihat orang-orang disekitar yang seakan ingin menghakiminya.
Meskipun para santri di luar pagar itu menunduk dan lewat, tetapi jeony tahu suara alfarad cukup jelas untuk didengar. Ia pergi mengayuh kursi roda ke teras rumah dengan kaki yang gemetar. Jeony lepas hijabnya lalu di letakkan di salah satu kursi kurai. Karena, ia semalam sudah bersiap akan keluar dari asrama yang ia tempat beberapa minggu yang lalu.
"Jeony-"
"Diam!"teriak jeony. Kemudian, ia melemparkan melemparkan pot plastik kepada alfarad. Lalu, ia mengayuh kursi roda sekencang mungkin lewat pintu samping asrama. Kali ini ia tidak berlari ke arah depan, tetapi ke arah samping. Ia tidak bisa di sana, ia takut dengan pandangan semua orang kepadanya.
Selama ini, yang tahu kondisinya hanya dirinya sendiri dan bunda diva yang hanya tahu sedikit tentang hidupnya. Tiga manusia biadab itu, dan salah satu orang itu yang mengaku ahli kejiwaan. Namun, sekarang lebih banyak lagi yang tahu. Semesta tidak menganggapnya gila, tetapi perempuan hina, rendah, dan menjijikkan.
semangatt thorrr/Drool//Drool/