(Novel kedua ku, kisah sederhana dan cinta manis 3 pasang anak manusia)
Bintang adalah seorang mahasiswa tingkat akhir disebuah kampus bergengsi dikotanya. Kehidupannya sangatlah sempurna. Ia memiliki keluarga yang hangat, paras yang tampan dan gagah, tubuh atletis dan tinggi. Memiliki kekasih super cantik seorang primadona kampus. Bintang juga menjabat sebagai ketua BEM dikampusnya, jabatan yang sangat bergengsi bagi mahasiswa sepertinya. Ia juga merupakan anak orang kaya bahkan kampus tempatnya menuntut ilmu adalah milik orangtuanya. Namun bagaimana jika ada 3 perempuan yang tergila-gila padanya dan membuat porak poranda hidupnya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Yang Lalu Biarlah Berlalu
...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...
...Please kalau gak suka skip aja please...
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Bintang dan Laras baru saja memasuki kamar mereka. Laras segera merebahkan tubuhnya diatas ranjang, sementara Bintang kembali bergairah. Ia memeluk erat Laras dari belakang dan meremas kedua bukit sintal sang istri membuat Laras mendesah pelan.
"Mas gak ngantuk ?" tanya Laras, Bintang pun menggeleng.
"Masih sakit sayang ?" tanya Bintang sendu, hasratnya sudah menggebu-gebu. Ia mengingat kembali kegiatan panas mereka tadi siang di apartemen. Betapa sang istri terasa sangat sempit dan nikmat membuat Bintang mabuk kepayang, ia ingin mengulang lagi mereguk asmara menuju pelepasan hasrat mereka berdua.
"Sakit sedikit mas" jawab Laras jujur.
"Mas main pelan yank, mau ya ?" bisik Bintang sensual sambil kembali meremas lembut bukit kembar sang istri. Laras pun mengangguk. Ia sedari kecil sudah di ajari dan di didik sang ibu agar kelak menjadi istri yang patuh dan melayani suaminya dengan baik. Bintang pun tersenyum senang. Ia mulai menjelajahi tubuh sang istri dengan penuh kelembutan, memberikan sentuhan penuh cinta. Malam ini mereka lewatkan dengan desahan, peluh keringat membasahi tubuh dan Bintang membawa Laras menuju kenikmatan dunia yang memabukkan.
Pagi pun menjelang. Laras sedari pagi sudah membantu sang mertua menyiapkan sarapan. Ia berjalan pelan dan hati-hati agar Rahayu tidak curiga, sungguh bagian pangkal paha nya masih perih dan ngilu. Laras bersemu merah saat mengingat betapa kuatnya Bintang menggagahinya.
Saat semua sudah siap, Laras segera kekamarnya membangunkan sang suami. Laras pun menyapa Reino saat mereka berpapasan ditangga.
"Pagi kak Reino" sapa Laras lembut sambil tersenyum manis.
Reino tak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya dengan wajah datar dan dingin, ia segera berlalu dan menghindari Laras membuat gadis itu bersedih. Padahal hati Reino selalu tak karuan saat melihat Laras. Reino pun mengutuki dirinya, bisa-bisa nya ia menyukai adik iparnya sendiri. Reino pun memutuskan akan mengikuti perjodohan yang dibuat sang mama, ia tidak mau perasaannya makin kuat pada Laras hingga ia buta dan bisa merusak rumah tangga sang adik.
Laras segera memasuki kamar dan terlihat Bintang sedang mengenakan pakaian.
"Mas, sepertinya kak Reino membenciku" ujar Laras sedih. Bintang segera menghampiri sang istri dan mengusap pipinya lembut.
"Ada apa sayang ?" tanya Bintang cemas.
"Ara tadi menyapa kak Rei tapi ia hanya mengangguk dan berlalu dengan wajah dingin. Apa Ara ada salah sama kak Rei ya ?"
"Kak Reino memang begitu sayang, ia dingin dan kaku dengan siapapun. Jangan dipikirkan" terang Bintang yang membuat Laras akhirnya paham.
Setelah sarapan mereka pun berangkat menuju tujuan masing-masing.
"Sayang, ini kunci apartemen dan ini kartu untuk kamu belanja" ucap Bintang memberikan kunci dan sebuah kartu atm berwarna hitam. Laras pun menerima dan mengucapkan terimakasih.
"Cium dulu" ucap Bintang sambil memajukan bibirnya membuat Laras malu.
"Malu mas ntar dilihat orang" Laras melihat mahasiswa sudah banyak berlalu lalang. Bintang pun segera menekan tombol pengaktifan night mode. Seluruh kaca otomatis berubah gelap, gadis itu pun tercengang.
"Sekarang udah gak ada yang bisa lihat yank" ucap Bintang sambil memegang pipi Laras dan segera melumat mesra bibirnya. Laras berusaha membalas walau ia masih kaku. Mereka pun saling menyesap dan berpagut sementara tangan Bintang kembali meremas kuat bola kenyal sang istri membuat darah Laras berdesir hebat. Ia pun mendesah saat tangan Bintang masuk kedalam baju kemejanya dan kembali meremas kedua bola kenyal Laras tanpa henti. Laras yang hampir terbuai segera mendorong tubuh sang suami dan melepas ciuman mereka.
"Mas udah ya, nanti Ara pengen" ucapnya polos membuat Bintang tersenyum, sungguh bagian inti Laras sudah basah dan berkedut.
"Kita main sebentar" bisik Bintang sambil menggigit pelan telinga Laras membuat Laras makin bergairah, tangan Bintang kembali nakal menjelajahi tubuh sang istri.
"Jangan mas, nanti malam aja. Mas ada kuliah pagi kan ?" ucap Laras, ia segera menyalim tangan sang suami dan berlalu turun. Bintang pun menghela nafas pelan, pagi ini ia memang ada kuliah dan janji dengan dosen pembimbing.
Laras segera berjalan menuju perpustakaan. Hari ini ia hanya ada satu mata kuliah jam sepuluh pagi. Jadi masih ada waktu untuk mengerjakan tugas yang menumpuk saat ia pulang ke desa beberapa waktu lalu. Laras berjalan melewati taman, suasana sudah mulai sepi karna para mahasiswa sudah berada didalam kelas masing-masing.
Ia pun memasuki perpus dan berjalan menuju lantai 2. Laras segera duduk di kursi paling pojok didekat dinding. Ia pun mulai mengerjakan tugas dengan tekun dan teliti.
🌟🌟🌟
"Salsa...salsa" terdengar ketukan dipintu kamar nya. Salsa pun membuka pintu dengan malas.
"Ada apa Mer ?" tanya Salsa pada teman sekos nya.
"Ada tamu nyariin elu" ucap Meri.
"Sa" Salsa pun kaget saat melihat Uci.
"Ada apa ?" tanya Salsa ketus, ia masih tidak percaya jika Uci perangainya sangat nakal dan liar.
"Loe udah berhari-hari gak kuliah, gue takut loe kenapa-kenapa. Boleh gue masuk ?" tanya Uci. Salsa pun membuka lebar pintu dan mempersilahkan Uci masuk.
"Loe sakit Sa ?" Salsa pun mengangguk.
"Sakit apa ? Udah berobat belom ?" Salsa menggeleng. Tidak mungkin ia cerita kondisinya sedang down berat akibat peristiwa malam itu.
"Trus loe kenapa Sa ? Waktu itu loe pulang ama siapa ? Gue telpon gak ada loe angkat" ucap Uci khawatir.
"Gue capek aja Ci, gak usah cemasin gue. Gue gak apa-apa kok" ujar Salsa sambil tersenyum pahit.
"Serius ? Loe boleh cerita apa aja ke gue, jangan sungkan" ucap Uci, Salsa hanya mengangguk pelan.
"Trus kapan loe masuk kuliah ? Dosen ngasih tugas banyak loh" terang Uci, ia segera mengeluarkan beberapa buku dan memberikannya pada Salsa.
"Ini materi yang gak loe ikutin kuliahnya dan tugasnya sekalian, udah gue tandain. Loe tinggal nyalin aja"
Salsa pun menangis mendengar ucapan Uci. Ia tidak menyangka gadis ini sangat baik padanya. Ia pun merasa bersalah.
"Makasih banyak ya Ci" isak Salsa, Uci pun tersenyum dan memeluk Salsa erat.
"Gue kan sahabat loe, jangan sungkan" ucap Uci yang diangguki Salsa.
"Ya udah, loe cepat masuk kuliah ya. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan" ucap Uci dan ia pun pamit kembali menuju kampus. Salsa mengusap air matanya dan menabahkan diri. Yang lalu biarlah berlalu, ia harus bangkit dan berusaha membenahi hidupnya lagi. Salsa pun berjanji akan menutup pintu hati selamanya. Tidak akan ada yang mau pada perempuan bekas seperti dirinya. Lagi-lagi air mata Salsa jatuh.
"Ok untuk terakhir kalinya aku menangisi kebodohanku" gumam Salsa dan ia kembali terisak.
🌟🌟🌟
"Ini perbaiki dan ini..ini.." banyak sekali tulisan yang dicoret dosen pembimbing Bintang yang satu ini. Bintang sudah menarik nafas berat, kepalanya sangat sakit. Sudah lebih dari 3x buk Erin tak puas dengan hasil pikiran Bintang yang dituangkan dalam skripsinya. Padahal dosen pembimbing yang lain sudah menyetujui dan memberi acc bab 1 yang dibuat Bintang.
"Perbaiki dulu bab 1 Bin, banyak yang belum sesuai. Tulisanmu ini seperti ketikan anak SMP, sangat tidak mencerminkan intelektual seorang mahasiswa. Jangan tampang aja yang keren, isi otak juga harus paten" pedas sekali ucapan sang dosen yang membuat Bintang makin sakit kepala.
"Baik buk, saya permisi" ucap Bintang lemah, ia pun berdiri dan akan beranjak.
"Tunggu Bin, antarkan ibuk ke kampus UI. Ada makalah yang harus ibuk jemput" ucap Erin membuat Bintang melongo.
"Hah ? Kenapa harus saya buk ?"
"Kamu mau bantu dosen mu apa tidak ? Sombong sekali jadi mahasiswa" lagi-lagi pedas jawaban yang diterima Bintang. Pria itu menghembuskan nafasnya dan terpaksa mengiyakan.
"Pake mobil kamu ya" ucap buk dosen, Bintang merasa seperti sebuah perintah bukan permintaan.
"Baik buk" jawab Bintang sambil tertunduk lesu tanpa ia sadari seulas senyum tipis terangkai dibibir seksi nan merah sang dosen.
...****************...