Follow dulu sebelum baca
- up seharian - hari kecuali Sabtu
- up mood g bias nggak di up
Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya keluarga yang ia miliki di dunia.
Tapi bukannya sebuah kasih sayang yang ia dapatkan melainkan kekerasan yang ia sering dapatkan dari sang Ayah, tak membuat tekednya luntur karena hati kecilnya selalu yakin bahwa Ayahnya pasti akan menyayanginya suatu saat nanti.
Meski mental dan fisiknya sudah hancur ia terus menghujani sang Ayah dengan kasih sayangnya.
Sampai dimana satu kejadian menimpanya tepat di hari ulang tahun Ayahnya ia meninggal.
bagaimana kisah selanjutnya? ayo ikut kisah ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruby Lane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27: FAMLIY POSSSESSIV ⋆ ˚。⋆୨ ୧⋆ ˚。⋆
happy reading...!!!
...----------------...
Flashback.
Azura tersenyum manis menghampiri perempuan cantik bersurai emas yang tengah duduk memakan kue.
Azura mengambil tempat duduk di samping perempuan cantik itu nampak kedatangannya membuatnya terkejut. mengambil kue di atas meja.
Melihat kakak iparnya memakan kue dengan ekspresi begitu nikmat membuatnya tergiur. Apa fagi aroma manis yang keluar dari kue semakin membuatnya Ingin memakannya habis
"hummm enak sekali, ini baru di buat ya kak?" serunya setelah memakan satu kue.
Wanita itu tersenyum mengusap surai Azura gemas" kamu ini datang tanpa permisi mebuatku kaget saj
a" di iringi suara tawa karena melihat cara makan Azura yang terburu buru. Azura tersenyum simpul"Kak Eliza kalo makan gak ngajak ngajak sih. Eh enak banget kuenya! Apa kakak yang membuatnya menyimpan sisa kue di tangannya menatap di sampingnya dengan serius.
Elizabet mengangguk pela "iya aku yang membuatnya entah kenapa hari ini aku ingin sekali memakan yang manis manis"
"Wah hebat! Ah aku jadi ingin di ajari membuat kue seperti ini juga" dengan mimik wajah memelas menggoyangkan sebalah tangan Elizabeth supaya mendapatkan izin darinya.
Sebelum menjawab pertanyaan Azura, seseorang datang menghampiri Elizabeth kemudian mengecup surainya. Elizabet tersenyum menyambut suaminya yang baru
"datang dari kantor Sudah pulang? cepat sekali, jangan katakan kamu menunda rapat dan menyerahkan semua tugasmu pada asistenmu itu Agasta" tanpa sengaja Elizabet mengabaikan keberadaan Azura yang tengah menatap kedua pasangan itu.
Agasta menghela nafas pelan istrinya sudah tau tabiatnya. Mau bagaimana lagi, ia begitu merindukan istrinya cantiknya ini. Apa lagi ke tiga putranya bersekolah di jam segini.
Jika mereka bertiga sudah pulang sudah pasti waktunya dengan istrinya terganggu karena mereka begitu lengket dengan Elizabet di bandingkan dengan dirinya. Sean datang menghampiri dia sudah begitu bucin
denganmu kakak ipar ucap Sean mengambil tempat duduk di samping istrinya. Agasta mendaratkan wajahnya melihat adiknya itu
" Kenapa kau kesini?!" ujarnya sinis dan dia hadiahi cubitan maut dari istrinya
" Gak sopan banget mulutnya. Biarin mereka bermain kesini apa lagi sekarang aku merindukan baby" ucap Azura mengusap lembut perut buncitnya.
Azura tersenyum kikuk saat mata gelap itu menatap
perutnya
" jadi kamu jangan galak galak sama mereka" ujar Azura membuat atensi Agasta kembali menatap istrinya.
"kita buat saja sayang jika kamu kangen baby"ucap Agasta tanpa di saring membuat wajah istrinya langsung memerah.
"Wah! Gak di filter itu mulut!" ujar Sean menyindir.
Tentu saja kali ini Agasta mendapatkan geplakan di bibirnya dari tangan letik itu, Membuat Sean tertawa terpingkal pingkal..Sedangkan Azura hanya diam saja melihat interaksi keduanya.
Kabar baik di keluarga Dirgantara kembali terdengar membuat seluruh keluarga begitu senang mendengarnya apa lagi Ricard ia memiliki dua menantu yang tengah
mengandung penerusnya. Bahkan pría itu mengadakan pesta yang hanya di hadiri oleh orang orang yang sudah ia percayai, bahkan para wartawan Ikut tertarik dengan pengusaha nomer satu itu.
"Tidak ini terlalu berlebihan kakek aku tidak ingin memakainya" Elizabet menolak pemberian Ricard, pria tua itu memberikannya kalung berupa berfian.
Bagi Eliza terlalu berlebihan acara ini saja sudah di buat semewah mungkin, padahal kandungannya baru memasuki dua minggu.
Sedangkan Azura melangkah sedikit terburu dengan senyuman merekahnya, berniat menghampri ruang berhias Elizabet seketika terhenti di ambang pintu.
"Kau sudah ku anggap sebagai putriku Eliza. Terimalah aku tidak suka penolakan, kalung ini cocok untukmu" ujar Ricard
memaksa "pasangkan ini pada menantuku Agasta" Agasta mengulurkan tangannya menerima kalung untuk di pasangka pada leher istrinya.
"Cantik sekali istriku ini puji Agasta, Ricard tersenyum "Ayah
pergi dulu menyambut tamu, kau jangan menggagu istrimu kasian riasannya sudah cantik Ricard tau sifat putranya yang suka sekali menyodorkan menantunya.
Agasta menatap sinis kepergian pria tua itu sementara Eliza tertawa melihat wajah masam suaminya.
Azura bersembunyi ketika Ricard keluar di balik pintu, membandingkan kalungnya dengan kalung Elizabet. Kalung miliknya memang bagus tapi tidak sebagus kalung Elizabet
"Selamat atas kelahiran putramu Azura dia tampan mirip seperti wajah Ayahnya" gemas Elizabet mengusap bayi mungil yang berada di pangkuan ibunya.
*Menatap wajah putranya, benar apa yang di katakan Eliza*putranya begitu mirip dengan Sean. Ricard memangku cucunya
"Wah dia akan tumbuh seperti kakek yal Jangan seperti Ayahmu" ucapan Ricard membuat mereka tergelak tawa.
hanya diam dengan tangan ke hamilan Elizabeth menginjak satu bulan. Sementara pandangan Azura teralih ketika melihat cicin yang tersemat di jari Eliza, cincin yang sangat la inginkan waktu itu pada suaminya.
"Siapa nama putra keduamu Azura? Kalian sudah menyiapkan bukan?" padangan Eliza Beralih pada Sean.
"kami sudah menentukannya kakak ipar dan Nama putraku
Adalah "Tio Dirgantara"
Ada pergantian umur Tio jadi 5 tahun
Di lorong rumah sakit Azura menggegam tangan Elizabeth di brankar
"bertahanlah kakak ipar sebentar lagi pasti mereka sampai" ucapnya.
"Tapi aku sudah tidak kuat ini sakit, perutku mulas hiks" wajah Eliza terlihat memucat dengan keringat dingin menghiasi wajahnya.
"pembukaan kaka ipar sudah dejat pasti karena itu perutmu sakit Sebelum memasuki ruangan" . Azura tidak di perbolehkan masuk oleh perawat.
Begitu pintu tertutup wajah yang terlihat khawatir sekarang tersenyum puas. Hari ini yang ia tunggu tunggu untuk menyingkirkan Azura dan juga bayinya dari dunia ini.
Rasa iri sudah lama ia pendam dari mulai kecantikan Eliza hingga Ricard yang menganggap Eliza sebagai putri selalu saja lebih unggul darinya siapapun pasti akan memuji Eliza Eliza inilah, Eliza itulah, contohlah Eliza yang pandai dalam
segala hal, Azura benar benar muak di tambah lagi perhatian dan cinta di dapatkan dengan mudahnya oleh Eliza sedangkan dirinya di nomor duakan selalu yang terbaik selalu di berikan hanya untuk Eliza saja terus Sampai pada akhirnya rencananya berhasil memasukkan
obat penggugur kandungan kedalam minumannya. Setelah beberapa menit menunggu seluruh keluarga datang dan menayakan ke adaan Eliza, Azura berhasil menengkan mereka dengan ucapannya bahwa Eliza sudah masuk
pembukaan apa lagi usia kandungannya sudah menginjak 9 bulan mereka semua percaya. Hingga 30 menit berlalu terdengar suara tangis bayi di dalam ruangan membuat mereka bahagia kecuali Azura ia berpikir ibu dan bayinya selamat hingga seorang dokter keluar menyampaikan kabar duka.
Keinginannya berhasil menyingkirkan Elizabeth dan dokter ketika ingin memberikan kabar mengenai kejanggalan kematian Elizabet, Keluarga Dirgantara lengah karena terlalu larut dalam kesedihan membuat Azura leluasa.
...----------------...
Anya berlari menghampiri Ayahnya bibirnya begetar dengan mata berkaca kaca, si mumgil tidak suka melihat Ayahnya menangis.
Tentu saja Agasta menyambut putrinya, menghalau bulir air mata itu jatuh dengan tangannya
" princess tidak boleh sedih, Ayah baik baik saja humm" Agasta tersenyum untuk menghibur putrinya walau terlihat sekali matanya yang sembab.
Agasta sudah lama menahan luka di dalam hatinya saat kehilangan istrinya dan akhirnya ketika dia mengetahui segalanya sekarang kesedihannya semakin bertambah bahkan berkali lipat dengan rasa bersalah pada putrinya.
Sulit baginya untuk bernafas dadanya terasa sempit, seberusaha apapun ia menahan tangis air mata berlomba keluar dari kedua pelupuk matanya. Istrinya meniggal bukan karena melahirkan namun karena perbuatan Azura istri dari adiknya itu.
Tangan gempal Anya menghalau air mata Ayahnya, bisa di lihat Ayah dan anak itu saling menghapus luka yang tertoreh.
Agasta memeluk tubuh putri kecilnya itu
" Maafkan Ayah sayang, Maafkan Ayah, Maafkan Ayah " terus mengulang kata yang sama. Di kecupnya surai putrinya terus menerus dengan tangan bergetar.
Arthur hanya diam dengan tangan mengepal air matanya ikut menetes ia juga ingin memeluk putrinya. Sepertinya, kau harus ikhlas Arthur melepas putrimu Meyra. Meyra di dunia ini milik Agasta. Kau tidak bisa merubah apa yang sudah tertulis.
Putrimu sudah bahagia dengan keluarga barunya.
Dan Maafkan aku Arthur tugasmu sudah selesai untuk mengungkapkan rahasia di kelurga Dirgantara. Dan Takdir putrimu sudah terikat dengan Keluarga Dirgantara.
Meyramu sudah menemukan ke bahagiakan ya, ingatan tentangmu sudah hilang dalam diri Meyra sepenuhnya. Kau tidak bisa melakukan apapun.
Pandangan Arthur kosong dunianya seakan di renggut, pasukan udara di sekitarnya terasa sempit, tenaganya seakan hilang tubuhnya lemas saat mendengar semua penuturan suara sistem di pikirannya. Tangannya memegang kursi sebagai topangan badannya.
lya putrinya bahagia tanpa kehadirannya, dia adalah luka bagi putrinya Meyra. Semua perlakuannya memang tidak bisa di maafkan, dirinya adalah Ayah yang paling buruk di dunia.
"Kau bisa meminta maaf padanya Arthur aku masih memberikanmu kesempatan."
Setelah itu kehidupanmu akan berjalan sebagai Arthur, ingatanmu tetang Meyra akan ku hapus.
"Mengapa ingatanku harus kau hapus?" suara Arthur terdengar lirih.
Supaya kau bisa melanjutkan hidupmu, hal ini juga ke inginan putrimu di dalam doa doanya agar kau selalu bahagia.
...----------------...
Terlihat Sean memegang erat pergelangan tangan Azura membawanya keluar dari ruangan utama, Azura hanya bisa mengikuti langkah cepat suaminya. Terlihat rahang Sean yang mengeras, mata yang memerah dengan nafas yang memburu.
"Sean ku mohon maafkan aku..." Sesal Azura.
Sean melepas cengkraman di tangan istrinya dengan gerakkan cepat mendorong kasar tubuh istrinya hingga menabrak tembok, Azura menutup mata rapat punggungnya terasa sakit.
Mengukung istrinya dengan kedua tangannya bahkan Azura merasakan hembusan nafas hangat suaminya menerpa wajahnya
" Maaf? Semudah itu kau berkata Maaf, kau menghilangkan nyawa orang!"bentaknya.
"kau pikir dengan berkata Maaf semua akan kembali seperti semula Apa nyawa kakak iparku bisa kembali?!" Azura tidak bisa berkata kata dengan badan bergetar Aura Sean begitu menakutkan
" Kau membunuh seorang istri, seorang putri, seorang ibu, Azura! Mengapa kau begitu tega memisahkan anak yang baru lahir dari ibunya!"
"Bukan hanya itu kau membuat bayi tidak berdosa itu di benci keluarganya sendiri!" Sean ikut andil dalam hal ini rasa kecewa amarah berkumpul di dadanya.
Rasanya ia ingin sekali memukul wajah ini, tangan Sean dengan gemetar meraba wajah istrinya giginya bahkan sampai terdengar bergemeletuk tangan siap memukul namun arahnya bukan pada wajah Azura tapi pada tembok.
Bugh
"Aaaaaa hiks"
"Ku serahkan kau pada Agasta, dan kau jangan diam saja tahan dia!" ujar Sean pada bodyguard dan memilih pergi meniggalkan Azura.
"Sean ku mohon maafkan aku!" raungnya.
...----------------...
500 vote + 100 spam nexnya
Mangat tinggal berapa chapter lagi
End.
Episode selanjutnya tentang kelucuan Anya.
izin mampir ya Thor 🙏