Seorang laki-laki diminta menikahi puteri pengusaha kaya mantan majikan ibunya. Padahal baru saja ia juga melamar seorang wanita. Bimbang antara membalas budi atau mewujudkan pernikahan impian, membuatnya mengalami dilema besar. Simak kisah cintanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 27
Nadya menyendok eskrim di hadapannya dengan lesu. Padahal kalau suasana hatinya tidak buruk seperti sekarang, dia akan menghabiskan porsi dobel saking sukanya.
Aris yang tadi memang kebingungan akhirnya membawa Nadya ke kedai eskrim langganannya. Aris berpikir mungkin semangkuk eskrim akan membantu memulihkan perasaan Nadya.
Namun sepertinya hal itu tak membuatnya benar-benar pulih. Tatapan lesu dan mata sembab masih terlihat.
Nadya menatap Aris.
"Terima kasih karena sudah menemaniku", ucapnya pelan.
"Sama-sama.." sahut Aris.
"Aku tahu kau tak punya teman lain, makanya terpaksa aku yang menemanimu", Bukan Aris namanya kalau tidak begitu.
Nadya melengos. Dasar teman tak peka. Seakan tak cukup rasa sedih yang belum hilang, Aris malah menambahkan bumbu kesal ke perasaan Nadya. Dan anehnya bumbu baru ini malah mulai menutupi rasa yang ada sebelumnya.
"Kalau terpaksa, ya sudah kamu boleh pergi. Aku tidak masalah sendirian", Nadya tambah kesal.
"Cie.. cie.. merajuk judulnya ni? Nanti pas sendirian malah ingat yang sedih-sedih, malah nangis lagi. Tidak malu apa? Sudah besar masih cengeng", ledek Aris tak tanggung-tanggung.
Wajah Nadya yang tadinya lesu, berubah menjadi sangar. Mata sembabnya pun kini melotot, tambah horor.
"Nah.. begitu.. Itu baru Nadya, bukan yang tadi..", ucap Aris cuek.
Nadya akhirnya cuma menghela nafas. Aris kalau dilawan malah tambah kacau, yang ada dirinya bisa makin kesal.
"Ris, kenapa akhir-akhir ini kamu seperti menghindar dariku?", tanya Nadya serius.
Aris menatap Nadya sebentar kemudian beralih ke pemandangan laut di luar jendela kedai.
"Ada perasaan yang harus dijaga, aku perlu berhati-hati", ucapnya, kemudian memasukkan sesendok eskrim ke mulutnya.
Nadya mengerti sekarang. Aris tak ingin membuat Ardha salah paham tentang kedekatan dirinya dan Aris seperti yang dialami rekan-rekan satu ruangannya.
"Seharusnya kau katakan sebelumnya, supaya aku tidak berprasangka macam-macam", protes Nadya.
Aris menatap Nadya lalu tersenyum.. Benar-benar tersenyum. Bukan senyum tengil seperti biasanya. Senyuman yang entah mengapa membuat hati Nadya menghangat. Dia menjadi merasa kikuk sendiri lalu menyuap eskrimnya sangat lahap untuk menghilangkan rasa itu.
Aris terbelalak, mode apa lagi ini? Katanya dalam hati sambil bergidik.
*********
Sebuah pesan masuk di ponsel Ardha saat dia sudah bersiap tidur.
Aris: Maaf Pak, teman saya bagaimana ini?
Ardha: Nadya kenapa Ris?
Di apartemennya, Aris mencebik kesal. Ni orang tidak peka apa? Main bawa isteri ke tempat kerja tapi tidak memikirkan kalau ada hati yang tersakiti.
Aris: Kedatangan isteri anda ke restoran tadi siang membuat dia insecure Pak.
Ardha kemudian terdiam.
Aris: Tidak ada tanggapan ni Pak..
Ardha: Ini juga mau menanggapi, kamu saja yang buru-buru kirim pesan lagi.
Aris: Ya sudah, kalau begitu silahkan ditanggapi Pak.
Ardha memejamkan matanya menahan kesal. Dengan Aris, berkirim pesan saja bisa membuatnya kesal, apalagi kalau bicara langsung.
Ardha: Tolong katakan pada Nadya, besok saya mau bicara di tempat yang kemaren. Waktunya juga sama.
Aris: Siap Pak. Kami tunggu..
Kami? Berarti Aris bakal ikut lagi. Ah, terserahlah! Ardha kemudian berbaring dan memejamkan matanya. Namun baru beberapa detik dia dikejutkan oleh suara nyaring dari lantai bawah. Seperti suara kaca pecah.
Bergegas dia keluar kamar kemudian melihat ke bawah lewat mezanin. Mawar berdiri di dekat kulkas, sementara di sekitarnya berserakan bekas pecahan gelas.
"Stop, jangan bergerak", teriak Ardha dari atas.
Mawar terkejut lalu mengangkat kedua tangannya seperti penjahat yang sudah tertangkap. Kemudian dia tersadar dengan apa yang dilakukannya, lalu buru-buru menurunkan tangannya kembali.
"Diam, diam dulu sebentar. Aku ambil sapu dulu", perintah Ardha.
Mawar pun tak bergerak sedikitpun sampai Ardha menyapu seluruh pecahan kaca dan memastikan tak ada yang tersisa. Kemudian dia masih menahan Mawar untuk tetap diam lalu menyerahkan sepasang sendal jepit.
"Pakai ini, kalau-kalau masih ada yang tertinggal", ucap Ardha.
Dengan patuh Mawar memakai sandal jepit itu, lalu mengambil gelas lagi. Ardha hanya memperhatikan saja.
"Tadi ceritanya aku minum air es, haus... Sudah selesai baru tutup pintu kulkas. Eh, malah bersin keras sekali tidak bisa ditahan. Gelasnya licin bekas embun air es, jadinya terlepas. Maaf...", Mawar menerangkan panjang lebar disertai wajah memelas.
Ardha terperangah memandang Mawar yang bicara dengan kalimat panjang kepadanya untuk pertama kalinya sejak bertemu kembali. Mawar yang dulu sudah kembali...
Sedih & lucu...
Masih ada beberapa kesalahan nama...