NovelToon NovelToon
Masa Yang Selalu Terkenang

Masa Yang Selalu Terkenang

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Keluarga / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: lido kyungsoo

Kaluna namanya. Kata anak muda jaman sekarang, "Orang gila mana yang menjajakan dirinya & menjadi simpanan teman seangkatannya sendiri demi menopang biaya kuliah!" IYA, KALUNA SUDAH GILAAA. Si anak miskin yang mempunyai cita-cita tinggi dan menjadi wanita jahat a.k.a simpanan pemuas nafsu sang anak Taipan. Si wanita jahat yang menjadi simpanan dari teman seangkatannya yang telah mempunyai tunangan.

Brian Namanya. Lelaki tampan, mapan, kalangan taipan, dan dari keluarga berpendidikan. Berita buruknya, Kaluna berusaha sekuat tenaga untuk menahan perasaannya selama masa kontrak itu berlaku.

Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka?
Kisah ini mampu membawa kalian bak merasakan rollercoaster. Senang, sedih, kecewa, tangis akan kalian rasakan.

Nantikan!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lido kyungsoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tantrum

Kaluna mencoba menghubungi Brian berkali-kali namun panggilannya itu tak jua mendapat tanda-tanda akan diangkat. Kemana lelaki ini? kalau ada maunya aja cepat banget diangkat, pikirnya.

Kaluna ingin bertemu untuk mengembalikan uang yang kemarin diberikan kepada Ayahnya. Berkali-kali Kaluna mencoba menghubungi, namun tak diangkat. Padahal panggilannya dalam mode 'berdering'.

Hari ini setelah selesai melakukan bimbingan, sudah tidak ada lagi kelas yang akan ia ikuti. Oleh karena itu, ia ingin memperjelas semuanya.

Kaluna pun memasukkan ponselnya ke dalam tas dan berjalan keluar dari depan ruangan dosen pembimbingnya. Namun langkahnya memelan saat di depan sana sangat banyak anak teknik yang memenuhi depan kelas. By the way, ruangan dosen pembimbingnya berdekatan dengan kelas anak teknik.

Bukannya Kaluna takut, hanya saja ia tidak suka saat melewati kelas itu suara siulan ataupun cat calling akan terdengar. Mungkin karena sebagian besar penghuni teknik sipil itu adalah lelaki. Jadinya setiap ada wanita yang lewat akan mereka pandangi dan itu membuat wanita merasa risih.

Kaluna memelankan jalannya pada saat mendekati gerombolan anak teknik di depannya. Belokan di depannya masih ada sekitar empat meter untuk bisa berbelok arah. Dirinya menundukkan kepalanya guna menghindari kontak dengan anak-anak teknik di depannya, namun pandangannya tanpa sengaja terangkat dan bertubrukan dengan mata hitam legam Azka.

Bagaimana bisa lelaki itu tersesat sampai ke sini? Oh, dirinya lupa bahwa biarpun Azka sangat misterius, koneksi dan juga pertemanannya cukup luas.

Mereka bertatapan hanya sepersekian detik, sebelum Kaluna memutus pandangan dan berbelok untuk menghindari bertegur sapa dengan lelaki yang sampai dirinya berbelok entah mengapa masih memandanginya.

Dirinya merasa lega setelah melewati gerombolan anak teknik tadi.

Suara dering telepon bergetar di dalam tasnya. Dirinya memindahkan lembaran proposal yang sempat ia konsulkan ke tangan kanannya dan berusaha merogoh tasnya untuk melihat si penelpon.

Oh, panggilan dari Brian. Segera saja dirinya mengangkat dan terdengar suara bass yang sangat ia kenal. "Kenapa?" Tanyanya tanpa ba bi bu. Salam kek, apa kek. Namun gerutuan itu hanya sampai di ujung lidahnya.

"Lo dimana?" Tanyanya juga.

"Habis dari anter Cristine, tapi sekarang kembali lagi ke kampus. Masih ada urusan. Kenapa?" Ujarnya sambil suara pintu mobil tertutup terdengar. Oh, Brian berarti ada di parkiran, pikirnya.

"Gue mau ketemu. Ada yang pengen gue bicarain." Jawabnya sembari terus berjalan menuju parkiran.

"Tumben, ngajak ketemu. Biasanya nggak mau." Ucapnya yang membuat Kaluna mendengus pelan. Bukannya nggak mau, tapi dirinya sudah tahu jika Brian ngajak bertemu berarti lelaki itu butuh teman tidur. Dan Kaluna kadang capek, jadinya dirinya menolak.

"Lo sekarang ada dimana?" Tanya Kaluna. Namun tasnya melorot dan pegangan pada lembaran konsulnya terlepas dan terjatuh. Alhasil, lembaran itu berhamburan. Kaluna menarik nafas panjang sebelum berjongkok untuk memungut lembar demi lembar di bawahnya.

Panggilan masih terhubung dan Brian berbicara diseberang sana.

"Bentar!" Ucapnya sebelum ponselnya ia masukkan ke dalam tasnya.

Dipungutlah lembaran konsulnya, namun sebuah tangan turut membantunya memungut kertas-kertas di sebelahnya.

"Makanya kalau jalan itu pelan-pelan" Kata lelaki di sampingnya. Reflek dirinya memusatkan pandangannya dan melihat wajah lelaki yang semalam mengantarnya pulang. Azka.

Azka sibuk memungut setiap lembaran yang ada di depannya tanpa memandang wajah Kaluna.

"Gue buru-buru tadi." jawabnya dan merapikan lembaran yang ia pungut. Dirinya berdiri diikuti oleh Azka yang memberikan lembaran yang tadi pada tangannya.

"Makasih." Ucapnya tulus dan ditanggapi dengan anggukan kepala serta senyum yang mampu menampakkan dimple di sudut bibirnya. Manis. Tapi buru-buru dirinya mengenyahkan penilaiannya dan berjalan pelan diikut oleh Azka di sampingnya.

"Lo habis dari mana?" Tanya Azka di sebelahnya yang masih mengikuti langkahnya. Kaluna harus mendongak untuk memandang Azka disebelahnya.

"Habis dari ruangan dosen, konsulin proposal gue sama pembimbing dua." Jawabnya dan kembali memandang ke depan.

"Gimana, udah Acc?" tanyanya yang kini memandang Kaluna dari samping.

"Belum. Masih revisi, tapi pembimbing dua gue janji bakalan Acc kalau udah sesuai sama yang beliau mau." Revisian tadi juga sudah tidak sebanyak sewaktu dirinya konsul beberapa hari yang lalu.

"Berarti udah ada lampu hijau kalau dospem lo bilang gitu." ucapnya dan dibenarkan oleh Kaluna. Semoga saja segera Acc dan dirinya bisa maju untuk ujian proposal.

Kaluna menjawab dengan anggukan kepala dan detik itu dirinya sadar masih tersambung dengan Brian tadi.

Astaga! Karena terdistraksi dengan kertas dan bertemu dengan Azka, dirinya lupa akan hal ini.

dirogohnya tasnya dan ternyata masih tersambung panggilannya dengan Brian.

"Halo, Bri? Lo masih disana?" Tanyanya namun tidak mendapat jawaban dari Brian. Hening. Tapi lelaki itu masih terhubung dengannya. Segera dirinya memasukkan ponselnya dan memandang Azka di sebelahnya.

"Ka, gue ada janji sama Brian. Btw, makasih, ya yang tadi." Ucapnya dan ditanggapi dengan anggukan disana.

"Apapun untuk, lo." Monolognya sambil memandang Kaluna yang kini berjalan cepat di depan sana.

Kaluna berlari kecil untuk sampai di parkiran yang sore itu sedikit lenggang. Mobil Brian terparkir di sudut kiri ujung parkiran. Kaluna melirik kiri-kanan dan saat tidak ada yang melihatnya, segera saja dirinya menuju ke sana dan membuka pintu mobil Brian.

Kaluna menormalkan nafasnya. Capek juga ternyata lari-lari kecil. Maklum, olahraga tidak pernah, nimbun lemaknya nggak berhenti.

"Sorry, gue lama. Ada insiden tadi." Ucapnya sambil memiringkan tubuhnya menghadap Brian yang...

Yang meliriknya tajam dengan tangan yang memegang erat pada setir mobil. Kenapa lagi ni laki, pikirnya. Perasaan akhir-akhir ini lelaki yang berada di sebelahnya sering sekali tantrum. Entah apa penyebabnya.

Bukannya menjawab, Brian malah berdecak memandangnya penuh...kesal, marah, Kaluna juga bingung mendeskripsikannya.

"insiden atau lo ngegatal sama Azka!" emosinya menatap tajam pada Kaluna.

Mulai...

Kaluna menghembuskan nafas panjang mendengarnya. disandarkannya punggung pada sandaran kursi dan merubah posisi duduknya menghadap ke depan.

"Udah, deh, Bri. Gue capek. Lo bisa nggak sih, ngomong yang baik sama gue, walaupun gue ini cuma..." cuma pemuas nafsu lo. "wanita bayaran, lo." dengan nada pelan diakhir.

"Kalau lo nggak mau gue kayak gini, jauhin apa yang gue nggak suka!"

Yang gue tahu, lo itu sukanya marah-marah nggak jelas.

"Gue sama Azka tadi nggak sengaja ketemu, Bri. Dan asal lo tau, gue itu habis bimbingan. Bukan ngegatal seperti yang lo bilang!" Tuturnya pada akhirnya. Ternyata lebih capek kalau memendam dan tidak mengeluarkan kesal di dada.

Dibukanya tasnya dan mengeluarkan uang yang tersimpan di dalam amplop kecil dan menyerahkan ke tangan Brian. "Uang lo!" Berinya yang membuat Brian mengeraskan rahangnya memandang uang di tangannya.

🥀🥀🥀🥀🥀

Happy reading ❤️

Salam story from By_me

1
Fia
bagus tapi banyak typo nya
Sri Maya Sari
bahasanya santai tapi tidak lebay. cukup menguras emosi dan bikin penasaran. . lanjut thor
Ahmad Abid
lanjut thor...
Ahmad Abid
bagus ceritanya thor... ga lebay .. /Angry//Drool/
Ahmad Abid
Buruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!