NovelToon NovelToon
Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Perperangan
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ikri Sa'ati

Cerita ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang pendekar sakti. Bermula dengan tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya, sedangkan dia belum mengetahui.

Tahunya dia ayahandanya yang sebagai seorang raja telah mati terbunuh saat perang melawan pemberontak yang dipimpin oleh seorang sakti berhati kejam, yang pada akhirnya kerajaan ayahandanya berhasil direbut.

Hingga suatu ketika dia harus terpisah juga dengan ibunda tercintanya karena suatu keadaan yang mengharuskan demikian pada waktu yang cukup lama.

Di lain keadaan kekasih tercintanya, bahkan sudah dijadikan istri, telah mengkhianatinya dan meninggalkan cintanya begitu saja.

Namun meski mendapat berbagai musibah yang begitu menyakitkan, sang pendekar tetap tegar menjalani hidupnya.

Di pundaknya terbebani tanggung jawab besar, yaitu memberantas angkara murka di dua negeri; di Negeri Mega Pancaraya (dunia kuno) dan di Mega Buanaraya (dunia modern) yang diciptakan oleh manusia-manusia durjana berhati iblis....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 28 TIGA PEMUDA DARI BLACK DRAGON CLAN

Sementara itu pada malam yang sama di suatu tempat, tepatnya di rumah hiburan malam atau klab malam kelas elit....

Di tempat bejat itu, di ruangan yang luas, begitu banyak manusia, laki-laki dan perempuan, dari berbagai jenis dan kalangan bertebaran dengan berbagai kesibukan.

Dari kalangan tua, bahkan bangkotan juga ada hingga kalangan muda. Dari lelaki hidung belang hingga lelaki pecundang. Dari tante-tante girang hingga perempuan jalang.

Di tengah suasana yang seperti itu tampak tiga orang pemuda tampan tengah melangkah yang sebenarnya sedikit cepat. Namun langkah mereka sedikit tersendat karena mereka seperti menyeruak di tengah lautan manusia pecinta hiburan malam.

Tetapi tiga pemuda tampan itu tetap saja berjalan tanpa perduli keadaan sekitar yang bising oleh musik yang amat keras dan aroma minuman haram yang menguar seakan telah memenuhi ruangan.

Tanpa perduli rintangan para wanita menor penjaja diri. Bahkan tidak sedikit dari gadis-gadis cantik itu dengan berani memeluk mereka, menghembuskan kata-kata rayuan, menawarkan rayuan cinta semalam yang menggugah kelelakian.

Di ruangan luas itu memang berjubel para wanita atau gadis-gadis yang rata-rata berwajah cantik, bahkan hingga cantik sekali.

Tidak bakalan ada ditemui di situ wanita atau gadis yang berwajah pas-pasan atau berwajah jelek. Seakan kaum wanita seperti itu tidak boleh masuk di tempat itu.

Namun dua pemuda, yang berjalan di depan dan yang berjalan di samping kiri, laksana patung berjalan, mereka tidak terpengaruh oleh para gadis penghibur itu dan rayuan-rayuan.

Terus saja melangkah dengan wajah tanpa senyum sedikit pun. Yang tampak dari wajah mereka ekspresi dingin, terkesan muak.

Lain halnya dengan pemuda yang satunya yang berjalan di sebelah kanan. Tak jarang dia menyambut pelukan manja nan panas para gadis liar itu. Namun cuma sebentar dan sekadarnya saja.

Pemuda berbaju kuning itu sekedar mencicipi walau sedikit rayuan-rayuan manja yang melintas di depannya. Sepertinya dia sekedar ingin menghibur diri, meski tidak sampai lama.

Setelah melewati lautan manusia dan rayuan-rayuan gadis-gadis penjaja diri, ketiga pemuda itu akhirnya sampai di sebuah tempat yang cukup tenang dari kebisingan suara musik. Manusia-manusia bejat juga hampir tidak ada.

Akan tetapi bukan berarti kegiatan dosa tidak ada. Di beberapa pojok dan tempat temaram adegan panas yang membuat jakun naik turun sekaligus menegangkan si dede kecil terpampang tanpa tabu.

Tapi ketiga pemuda tampan itu terus saja melangkah seakan tidak perduli dengan adegan kotor yang menjijikkan itu.

Tepatnya, dua pemuda yang tidak terpengaruh, pemuda berjaket kulit warna hitam dan pemuda berjas merah gelap. Sepasang mata mereka sama sekali tidak memicing pemandangan seperti itu.

Beda halnya dengan pemuda tampan berbaju kuning. Meski kedua kakinya jalan terus mengikuti sang boss dan rekan di samping kanannya, sepasang matanya jelalatan juga memandang adegan-adegan panas di sekitar situ.

★☆★☆

Hingga tanpa terasa ketiganya sampai di depan pintu lift. Tampak di ambang pintu yang cukup lebar dan tinggi itu berdiri dua lelaki muda bertampang sangar dan bengis seperti tengah berjaga di situ.

Begitu jaraknya tinggal tiga langkah di depan kedua lelaki penjaga pintu lift itu, ketiga pemuda tampan itu berhenti melangkah.

Tepatnya, mereka berhenti berjalan karena dibentak oleh lelaki yang berdiri sebelah kiri dengan suara yang cukup keras dan sangar menyeramkan.

"Berhenti!"

"Udah, nggak usah banyak belagu," kata pemuda baju kuning tanpa menghirau bentakan itu, "cepat antar boss gue ke boss kalian, si Alex gendut itu!"

"Siapa kalian, pake acara pingin ketemu boss segala?" kata lelaki yang berdiri sebelah kanan membentak garang sambil matanya yang besar menatap tajam ketiga pemuda tampan itu.

"Kalian orang rendahan nggak level ketemu boss Alex," kata lelaki yang berdiri sebelah kiri bernada dingin campur sinis.

"Gue nggak punya banyak waktu," kata pemuda berjaket hitam bernada dingin tapi tenang. "Cepat antar kami ke boss kalian!"

"Apa perlu lu dengan boss Alex heh?" tanya lelaki sebelah kanan masih kasar dan sangar.

"Bereskan dua tikus ini!" kata pemuda berjaket hitam yang berada di depan itu sedikit pelan seperti bergumam.

Tapi siapa sangka kalau ucapan itu merupakan perintah maut yang siap dilaksanakan oleh dua pemuda yang berdiri di belakang.

Belum kering nada suara pemuda berjaket hitam itu, kedua pemuda yang berdiri di belakangnya seketika bergerak ke depan dengan amat cepat.

Saking cepatnya gerakan mereka, tahu-tahu keduanya sudah berada di depan kedua lelaki penjaga pintu lift itu dalam jangkauan serangan. Sambil bergerak kaki kedua pemuda itu melayang sebat ke udara.

Sedangkan kedua penjaga pintu lift, belum sempat berbuat apa-apa, bahkan mungkin tidak melihat gerakan kedua pemuda itu saking cepatnya, maka tanpa ampun....

Desss! Praaak!

Bughk! Krak!

Tendangan menyamping kaki kanan pemuda berjas merah dengan telak menghantam samping kepala penjaga sebelah kiri. Demikian keras dan kuatnya tendangan itu menghantam kepala, membuat kepala itu seketika retak.

Sedangkan si pemilik kepala terlempar ke samping kanan cukup jauh dan terguling di atas lantai marmer.

Sementara tendangan lurus menohok milik pemuda berbaju kuning langsung menghujam dada lelaki yang berdiri sebelah kanan.

Saking kerasnya hujaman tendangan itu, membuat dada si penjaga lift bukan saja terhantam dengan telak, bahkan mematahkan dua buah tulang dadanya.

Sedangkan tubuh lelaki penjaga itu terlempar ke belakang, terus menghantam tembok samping pintu lift dengan keras. Lalu, kejap berikutnya tubuh lelaki itu menggelosor jatuh ke lantai.

Sungguh adegan yang berlangsung barusan begitu mengerikan.

Tampak kedua penjaga pintu lift itu terkapar diam di lantai. Entah pingsan atau sudah mati. Yang jelas terkapar diam tak berkutik.

Sementara ketiga pemuda tampan itu tampak sudah memasuki lift. Begitu pintu lift tertutup kembali, ketiga pemuda tampan itu seketika hilang di balik pintu.

★☆★☆

Di lantai 3 ketiga pemuda tampan itu sudah berada. Mereka kini tengah melangkah ringan namun mantap menyusuri lantai marmer menuju sebuah ruangan VVIP.

Sementara di pintu ruangan VVIP di mana ketiga pemuda itu menuju tengah dijaga oleh empat orang lelaki berbadan kekar bertampang sangar.

Sebentar lagi ketiga pemuda tampan itu sampai di situ. Namun tidak ada rasa takut dari raut wajah tampan mereka. Malah pemuda berbaju kuning tampak santai saja.

Malah dia tampak tersenyum konyol seolah keempat penjaga pintu itu dilihatnya seperti sesuatu yang lucu.

Sedang pemuda berjaket hitam dan pemuda berjas merah meski tidak terlihat santai, tapi keduanya tampak begitu tenang. Seolah keempat lelaki sangat di depan pintu itu bukan sebuah ancaman yang perlu dirisaukan.

"Berhenti!" terdengar salah seorang penjaga membentak garang begitu ketiga pemuda tampan itu sudah berada cukup dekat dengan para penjaga pintu.

Bukan patuh, tapi ketiga pemuda tampan itu berhenti juga di depan keempat lelaki garang itu sekitar 3-4 langkah.

"Boss kalian ada di dalam 'kan?" tanya pemuda berjaket hitam langsung, seolah tidak mau basa-basi.

"Siapa kalian?" tanya lelaki yang membentak tadi dengan nada tinggi dan kasar. "Buat apa kalian pingin ketemu boss kami?"

"Beri tahu bossmu kalau Black Dragon datang menemuinya," berkata pemuda berjas merah bernada tenang memberi tahu.

Mendengar pemuda berjas merah itu menyebut nama Black Dragon, keempat lelaki bertampang sangar itu langsung saling bertatapan dengan ekspresi terkejut.

Meski tidak terlalu banyak tahu, tetapi Black Dragon atau Black Dragon Clan bagi kelompok mafia seperti mereka sudah merupakan momok yang cukup menakutkan.

Mereka mengenal Black Dragon Clan sebagai kelompok pembunuh. Entah clan itu adalah kelompok pembunuh bayaran atau salah satu pasukan rahasia negara. Yang jelas clan tersebut selalu membunuh para sampah dari kalangan mafia seperti mereka.

Mengetahui sekaligus menyadari akan hal tersebut, keempat lelaki penjaga pintu itu langsung bergerak hendak mengambil pistol masing-masing dari balik baju mereka secepat yang mereka bisa.

Namun seberapapun kecepatan mereka dalam bergerak, lebih cepat lagi gerakan ketiga pemuda tampan itu dalam melakukan penyerangan.

Walau keempat lelaki sangar itu sudah memegang pistol masing-masing, bahkan sudah mengeluarkannya dari balik baju. Namun belum juga mereka sempat menembakkan pistol masing-masing, ketiga pemuda itu sudah bergerak amat cepat.

Saking cepatnya gerakan ketiga pemuda itu, jelas tidak sempat disadari oleh keempat penjaga itu. Tahu-tahu pistol mereka sudah berpindah tangan dengan mudah. Lalu menyusul....

Bughk! Dughk! Bughk!

Desss! Desss!

Dughk! Bughk!

Prak!

Brek! Krak!

Begitu cepat laksana lesatan bayangan ketiga pemuda itu bergerak mengirimkan serangan yang bertubi-tubi; menghantam, meninju, menendang, mematahkan.

Sehingga membuat keempat lelaki bernasib sial itu babak belur hampir tanpa bentuk. Bahkan ada yang kepalanya pecah, tulang dadanya patah, bahkan ada yang lehernya patah.

Benar-benar penyerangan yang begitu sadis.

Sehingga dalam waktu beberapa kejap saja keempat lelaki bengis itu sudah terkapar diam di atas lantai ubin dengan nyawa sudah melayang.

Besar kemungkinan pula kedua penjaga pintu lift yang ada di bawah juga sudah mati. Karena mereka mendapat perlakuan yang sama seperti keempat penjaga pintu ruangan VVIP itu.

★☆★☆★

1
juju Banar
lanjut
Adhie: lanjuuut...
total 1 replies
anggita
chapternya sdh banyak tpi yg mampir baca masih sdikit. klo mau promo novel bisa ke tempat kami. bebas👌
Adhie: makasih kaka...
total 1 replies
anggita
oke thor, terus berkarya tulis, semoga novel ini lancar jaya.
Adhie: terima kasih dukunggannya...
total 1 replies
anggita
wow... naga merah, kuning.
Adhie: hehehe...
total 1 replies
anggita
like👍 dukungan utk fantasi timur lokal.
anggita
gang.. red blue girl 8🙄
anggita
hadiah tonton iklan☝
anggita
tiap chapter cukup panjang 👌
Adhie: itu gaya saya dalam menulis novel kaka... biar agak puas bacanya dalam satu chapter
total 1 replies
anggita
pangeran pandu wiranata..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!