Terlahir dan tumbuh di pantai asuhan membuat Rani begitu mengharapkan kasih sayang yang tak pernah ia dapatkan dari siapapun.
Pertemuan dengan sosok laki-laki yang bernama Arka, membuat Rani merasakan dekapan hangat dari seseorang yang berjanji akan menjadikannya ratu di hidupnya.
Namum, seiring waktu berjalan sikap Arka dan keluarga membuat Rani seakan tertekan. Tapi pernah mereka mengerti apa keinginan Rani, yang mereka tahu hanya uang saja.
Akankah kehidupan rumah tangga Rani akan berjalan dengan lancar? Atau sebaliknya.
Jangan lupa ikuti keseruan novel ini dan support.
Terimakasih 💙
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deva Melani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28-Kehamilan Dina
Arka terduduk dengan pandangan kosong ia tak menyangka bahwa Rani tega meninggalkannya. Ia pun mengusap sudut mata yang mengalir.
“Udah sih Mas nggak usah pakai nangis segala deh. Lagian kamu kan udah janji mau jadikan aku satu-di hidup kamu.”
“Dulu bukan sekarang! Kalau tau akhirnya gini lebih baik aku tak menikahi kamu,” ucap Arka sinis.
“Loh kok nyalahin aku Mas? Dasar kamu aj yang mata keranjang huuu.”
“Jadi laki-laki nggak bersyukur banget. Oh ya minta uang Mas.”
“Nggak ada uang-uang! Lebih baik kamu cari kerja sana.” Usir Arka kesal.
Arka sudah ratusan kali menghubungi Rani tapi nomornya tak sedikitpun aktif. Bahkan ia bingung harus mencari Rani kemana terlebih ia tak memiliki uang sedikitpun.
Menyesal? Sudah pasti, namun harus bagaimana lagi nasi sudah jadi bubur. Arka bingung dengan kehidupan mereka karena tak ada lagi yang memberikan nafkah untuk keluarganya.
Memaksa Siska pun percuma. Kepala Arka yang berdenyut-denyut membuat ia kembali tertidur.
Siska yang ingin ke kamar mandi menatap Arka sekilas dan setelah itu ia pun berlalu pergi tanpa memperdulikan Arka yang terlihat tak bersemangat sedikitpun.
Sebenarnya Siska ingin sekali pergi dari neraka ini, tapi misi mereka belum terlaksana sampai akhir oleh sebab itu ia masih bertahan di rumah Arka yang tak sehat ini. Kaki Siska tak sengaja menendang tong sampah yang berada di dekat pintu kamar mandi, ia berdecak karena harus memunguti sampah yang berserakan.
Saat ia memasukkan sampah matanya menatap aneh sampah yang di remas-remas tak berbentuk itu. Karena kekepoan yang maksimal Siska pun membuka sampah itu dan ia terkejut menatap alat pengetes kehamilan di dalamnya.
Cepat-cepat Siska buka dan ia kembali terkejut karena di alat pengetesan kehamilan positif dua. Ia berpikir keras siapa yang hamil di rumah ini. Apa mungkin Mbak Rani? Tapi ia tak yakin.
“Pasti Dina,” gumam Siska berlalu pergi dan membawa bukti tersebut ke dalam kamar.
Sesampainya di kamar Siska langsung mengirimkan bukti yang ia temukan kepada Rani.
Rani pun sama terkejut dengan Siska. Siska pun langsung memfoto dan menjadikan story di aplikasi WhatsApanya.
[Duh punya siapa nih? Ya kali aku, upsss.]
Selesai mengirimkan storynya Siska merebahkan diri dan menatap langit-langit kamar Rani. Andai dulu ia mendengarkan ucapan orang tuanya tak akan mungkin Siska bernasib seperti ini.
Air mataku mengalir deras, ingatan tentang penghianatan aku dan juga Mas Arka menari-nari di benakku. Perasaan bersalah kepada Rani membuat dada ini sesak. Bahkan Rani memaafkan aku dengan ikhlas.
Aku terdiam dengan mata yang sembab dan mulai mengantuk karena kebanyakan menangis.
***
Hueekk…
Hueekk…
Dina tampak pucat berlari ke arah kamar mandi dan muntah. Bahkan ia sudah lemas karena kebanyakan muntah. Dina terduduk lemas di lantai kamar mandi perasaannya tiba-tiba menjadi khawatir apalagi tanggal datang bulannya pun telah lewat dua minggu.
Dina pun mengambil alat pengetesan kehamilan yang ia beli sepulang dari kuliah, tangannya gemetaran mencelupkan alat tersebut ke dalam urinenya. Saat ia mengangkat alat pengetesan kehamilan mata Dina melotot seakan ingin keluar dari tempatnya.
Ia terdiam dengan pandangan kosong, air matanya mengalir deras. Dina pun meremas alat tes kehamilan itu dan membuang ke tong sampah. Setelah itu ia berlari ke dalam kamarnya dan menangis sejadi-jadinya.
Ia pun segera menghubungi kekasihnya dan mengatakan bahwa ia hamil, tapi kekasihnya tidak peduli malahan menuduh yang tidak-tidak. Bahkan kamarnya sekarang sudah seperti kapal pecah.
“Bagaimana ini? Dasar Agung br*ngs*k*n, kurang ajar!” jerit Dina di kamarnya.
Dina pun tetap menghubungi Agung tapi nomornya bahkan tak aktif sedikitpun. Dina pun men scroll story yang ada di WhatsApp. Ia pun membuka satu persatu, mata Dina terbelalak kaget melihat alat tes kehamilan sudah berada dengan Siska.
Dina pun memukul kepalanya karena terlalu ceroboh. “Astaga! Bodoh, bagaimana bisa tes kehamilan itu berada dengan Mbak Siska?” gumam Dina khawatir.
Bahkan sekarang ia terlihat mondar-mandir seperti setrika pakaian.
Ting…
Ponsel Dina berbunyi karena notifikasi WhatsApp. Ia pun segera mengambilnya dan membacanya.
[Selamat ya Din sudah menjadi seorang Ibu.] pesan Siska.
Dina menggeram kesal membaca pesan itu, ia tak habis pikir bagaimana bisa Siska mengetahui kehamilannya. Dina meninju perutnya berharap agar bayi yang ia kandungan keguguran.
Sekarang Dina mengerang kesakitan karena ulahnya sendiri. Bahkan ia terjatuh pingsan karena tak tahan dengan rasa sakitnya.
***
Arka yang baru saja bangun dari tidurnya. Masih tetap menghubungi Rani walaupun nomornya tak aktif.
Saat membuka story Siska, Arka kebingungan menatap status yang di unggah Siska.
Ia pun menatap foto tersebut tanpa berkedip sedikitpun hingga Arka tersenyum senang.
“A-apa mungkin Rani pergi karena kehamilannya?”
Ia tetap tersenyum senang. Namun, senyum Arka tampak Melayu karena ia seakan tersadar bahwa sudah lama ia tak menggauli Rani. Dalam penuh kebingungan Arka tetap berpikir siapa yang sedang hamil di rumahnya. Tidak mungkin Siska apabila Bu Sandra.
“Jangan-jangan Dina,” ucap Arka langsung terduduk dari tidurnya.
Arka pun berjalan dan mengetuk kamar Dina namun tak ada sahutan sedikitpun. Ia terlihat sangat kesal dan Siska pun keluar karena terganggu dengan ulah Arka.
“Kamu kenapa sih Mas? Gedor-gedor terus ganggu orang aja!”
Arka menoleh menatap Siska yang sudah berdiri di hadapannya. “Tes kehamilan siapa ya kau buat story?”
“Orang rumahlah masa aku!”
“Iya siapa Sis? Jangan buat bingung gini.”
“Ya adik kamulah. Siapa lagi kalau bukan dia!” sewot Siska kesal.
“Nggak. Nggak mungkin Dina anak baik-baik kau jangan sembarang!”
“Terus siapa Bu Sandra yang terhormat ha?”
“Jaga ucapan kau Siska!” bentak Arka marah.
Siska melengos pergi melihat Arka yang sudah dilanda emosi.
Bu Sandra yang baru saja sampai rumah menatap Arka bingung apalagi Arka yang sedang berdiri di depan kamar Dina.
“Kamu kenapa Ka kok berdiri di depan kamar adikmu?”
Segeralah ia mengambil ponsel dalam kantong celananya dan membuka story Siska kepada Bu Sandra.
Bu Sandra menatap bingung melihat story Siska. “Ada apa sih, Siska hamil lagi?”
“Nggak tahu Ma! Tidak mungkin Siska ia baru saja keguguran begitu juga dengan Rani ia tak mungkin hamil karena aku tak pernah menggaulinya lagi. Kemungkinan Dina yang hamil,” jawab Arka menjelaskan.
Dor…
Dor…
Dor…
“Dina buka pintunya! Cepat atau Arka dobrak,” teriak Bu Sandra kesetanan.
“Mas mu nggak main-main Din!”
Setelah cukup lama akhirnya pintu kamar Dina terbuka tampak Dina yang begitu kacau, bekas air matanya masih ada dan tampak begitu pucat.
Plak..
Satu tamparan Bu Sandra layangkan ke pipi anak bungsunya. Ia tak menyangka bahwa Dina bisa bertindak seperti itu.
“Dasar anak kurang ajar! Bisa-bisanya kau mencoreng wajahku dengan kotoran, sudah di sekolah tinggi-tinggi tapi seperti ini kelakuanmu,” pekik Bu Sandra kesal.
Bu Sandra terduduk dengan tubuh yang lemas mendapati bahwa putri bungsunya sedang mengandung. Ia menangis menatap kelakuan Dina yang di luar batas.
“Udahlah Ma terima aja lagikan didikan kalian selama ini nggak benar,” celetuk Siska yang baru saja menuntaskan hajatnya.
“Mungkin itu karma karena selama ini kalian begitu jahat kepada Mbak Rani.”
Siska berjalan kembali ke kamarnya tanpa menunggu jawaban keluarga Arka yang tertunduk mendengar ucapan Siska.
Bersambung...
Next?