Korban Saudara Kembar

...****************...

Rana bangun lagi- lagi dengan tubuh yang lelah, entah mengapa tubuh nya juga begitu mudah lelah belakangan ini.

Terkejut lah Ia ketika mendapati kondisi dirinya tanpa sehelai benang pun, Rana lalu mengingat kejadian semalam. Bagaimana Ia melayani Pria yang sekarang sedang tidur sembari memeluknya itu.

Rana menggeser tangan Alvaro pelan, Ia harus segera membersihkan diri dan pergi meninggalkan tempat itu.

Rana mengambil ponsel nya dan kemudian berdecak kesal ketika melihat begitu banyaknya pesan masuk dan juga panggilan tak terjawab dari sang suami.

         " Ini semua gara- gara kamu Varo. "

Ponsel itu tiba-tiba berdering, Rana menarik nafas terlebih dulu sebelum menerima panggilan itu.

      " Maaf Pak Alvin, aku agak siangan datangnya hari ini. Biasa ada acara keluarga, tolong di maklumi ya. Lagipula selama ini aku selalu tepat waktu bahkan aku orang yang bisa di bilang disiplin. "

Rana mendengarkan suara di seberang telpon kadang Ia manggut-manggut.

        " Baik Pak, saya akan datang sekitar setengah jam lagi. Sekali lagi terima kasih. "

Rana melangkah ke kamar mandi sambil mencak- mencak.

       " Aku benci kamu Alvaro, kamu sudah mengacaukan semuanya. " Ucap Rana geram

Tidak memerlukan banyak waktu di dalam sana, Rana bergegas keluar dan menggunakan kembali pakaiannya.

Ketika akan bersiap pergi, Alvaro bergegas bangkit dan mencekal tangan wanita itu dan membuat nya marah.

         " Alvaro, biarkan aku pergi. Kamu sudah buat hidup ku bagai di neraka, semua masalah ku bermula dari mu. Tidak bisakah kau biarkan aku hidup tenang. "

Rana menepis cekalan Alvaro dan menatap tajam Pria itu, kesabaran nya saat ini sudah sampai pada ambang batas.

Bagaimana tidak, hari ini Ia harus mendapat teguran dari atasannya. Tidak cukup sampai disitu, Ia juga harus mencari alasan yang akan di katakan pada suami nya nanti. Semuanya membuat kepalanya hampir pecah.

Dengan memakai penutup wajah untuk menyamarkan diri, Rana keluar tanpa peduli lagi dengan ocehan Alvaro yang memang menginginkannya selalu berada di sisinya.

Beberapa kali seorang perias merias wajah Rana sebelum dirinya melakukan pemotretan namun selalu mengalami kendala, Rana tiba-tiba tidak menyukai aroma pewarna bibir yang di aplikasikan oleh perias.

         " Tapi Mbak, wajah anda akan sangat pucat kalau tidak menggunakan ini. "

Setelah drama kecil- kecilan, ya tentu dengan hadirnya Alvin. Mau tidak mau Rana pun harus mengikuti perintah Pria itu dan Ia harus menahan rasa tidak nyaman.

Selesai semua aktivitas nya yang padat, Rana menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.

         " Ya Tuhan, sungguh aku benar-benar lelah. " Gumamnya.

Ponsel di dalam tas kecilnya kembali berdering dan ternyata kali ini dari suaminya.

Rana menerimanya dan tentu Ia sudah menyiapkan alasan yang masuk akal pada suaminya itu, agar apa yang di lakukan di belakang Pria itu tidak ketahuan.

        " Baik sayang, aku pasti akan pulang tapi agak sorean. Ini aku sedang istirahat sejenak, setelah nya akan ada satu pemotretan lagi dan aku akan langsung pulang kalau sudah selesai. "

Rana menutup panggilan, tubuhnya lelah namun Ia terganggu dengan ucapan Tedi barusan. Pria itu meminta nya pulang karena ada acara keluarga.

          " Adik tiri itu, apa dia benar- benar serius menjadikan wanita pembawa sial itu istrinya. Arghhh ! brengsek, ini tidak baik untuk ku. " Ucap Rana geram, Ia bahkan meremas pinggiran ranjang untuk meluapkan kekesalan nya.

Siang pun berlalu berganti malam, Azka dan Rani pun sudah tiba di kediaman mewah itu. Rani merasa gugup namun Azka mencoba membuatnya nyaman.

" Tidak apa- apa Tiara, ada aku. Kamu yakin padaku kan, aku akan pastikan semuanya baik- baik saja. "

Rani menghela nafas kemudian mengangguk, Azka menggenggam tangan Rani dan membawanya memasuki rumah mewah tersebut.

" Assalamu'alaikum. " Azka memberi salam.

Terdengar jawaban salam dari dalam, tidak lama kemudian di susul dengan suara riuh penuh kehebohan. Ternyata itu suara Sinta, wanita itu langsung berlari kecil memeluk Rani.

Sinta sangat bahagia karena Putranya akhirnya akan menikah dan kini sang istri tengah berbadan dua, meskipun kehamilannya tidak sesuai dengan harapan semua orang namun tidak masalah bagi Sinta.

Sejak kedatangan Rani ke rumah itu untuk pertama kali, Sinta memang sudah menyukainya. Itu karena paras Rani yang cantik bak artis- artis korea, Sinta sudah membayangkan bagaimana cantik dan ganteng nya cucu- cucunya nanti.

Karena sudah malam Gunawan memutuskan agar mereka menikmati makan malam terlebih dahulu, semua pun setuju karena memang sudah waktunya makan malam.

Setelah acara makan malam usai, semua berkumpul di ruang keluarga. Rana awalnya menolak untuk duduk bersama namun karena desakan Tedi akhirnya mau tidak mau pun Rana ikut duduk bersama yang lain.

Pembicaraan langsung pada intinya mengingat ini adalah masalah serius yang menyangkut harga diri seorang gadis.

Rani merasa tidak nyaman ketika Azka harus di ceramahi oleh Pak Gunawan, seharusnya Azka tidak harus merasakan ini semua. Di ceramahi dengan perbuatan yang sama sekali tidak Ia lakukan.

Sementara Azka hanya mengangguk- angguk saja, beberapa kali Azka nampak menggenggam tangan Rani seolah meyakinkan wanita itu kalau semuanya akan baik- baik saja.

Semua tingkah Azka tak luput dari pantauan Gunawan dan juga Sinta, keduanya yakin kalau Azka benar-benar serius dengan keputusan nya kali ini.

Sementara itu Rana terkejut mengetahui maksud dari pertemuan yang katanya penting itu, ternyata mereka membahas pernikahan karena saudara kembarnya yang saat ini sudah berbadan dua.

Tentu Rana mulai di penuhi tanda tanya mengenai status dari janin yang di kandungan Rani.

" Bagaimana bisa Rani, dia hamil. Apa benar dia hamil anak Azka, atau jangan- jangan. Ah tidak, ini tidak boleh sampai terjadi. Mas Tedi hanya boleh punya anak dariku, bukan dari wanita lain. " Batin Rana, gerak- gerik tubuhnya mulai menampakan kegelisahan.

Pembicaraan pun selesai mereka sudah mengambil keputusan yang sudah di sepakati bersama. Rani dan Azka akan menikah dalam waktu dekat ini, dan untuk acaranya hanya di hadiri keluarga inti saja.

Mereka hanya menikah secara agama terlebih dulu karena untuk menikah secara resmi harus banyak surat- surat yang harus mereka siapkan.

Untuk itu Sinta dan Gunawan meminta maaf, karena tidak bisa memberikan Rani pernikahan sebagaimana mestinya.

Namun mereka berjanji akan mengurus semuanya dan akan menyusun rencana untuk membuat acara besar- besaran nantinya.

Bagaimana pun juga keluarga Gunawan adalah pengusaha besar dan banyak kolega bisnis mereka yang juga pasti harus mereka kabari.

Karena sudah larut malam, Azka dan Rani di minta untuk menginap saja malam itu. Alasannya karena tidak baik seorang wanita hamil keluyuran di malam hari.

Azka pun setuju kalau Rani setuju, dan akhirnya mereka menginap disana malam itu.

Di dalam kamar Rana mencak- mencak tidak jelas hingga membuat Tedi merasa heran.

" Sweety, ada apa dengan mu. Sejak tadi aku lihat muka mu manyun saja, kamu tidak suka pada mereka. " Tanya Tedi.

Rana terlonjak kaget mendengar ucapan suaminya, tidak mungkin kalau Dia mengatakan yang sebenarnya.

" Tidak sayang, bukan seperti itu. Suka, bagaimana mungkin aku tidak suka. Hanya saja Tiara, dia sekarang sudah hamil dan pasti Ayah dan Ibu akan sangat perhatian padanya. Sedangkan aku.... ! "

Tedi mengerti apa yang di maksud oleh istrinya, dan ini kesempatan untuk nya untuk bicara.

" Sebenarnya kasih sayang Ayah dan juga Ibu itu sama saja pada semua anak- anaknya. Kamu hamil atau tidak, kasih sayang mereka tidak akan berkurang. Tapi, ada baiknya kalau kamu memikirkan usul ku, berhentilah dan fokuslah pada keluarga kecil kita. "

Akhirnya pembahasan mereka kembali ke pengaturan awal lagi dan membuat hubungan mereka merenggang.

...****************...