“Ayo menikah! Setelah satu tahun mari kita berpisah!” —Arcelio Alexander.
“Oke kalau itu yang Bapak mau. Tapi setelah menikah saya tidak mau tidur satu ranjang dengan Bapak!” — Keyla Putri.
Keyla Putri terpaksa menerima perjodohan dan menikah dengan gurunya sendiri demi menyelamatkan perusahaan ayahnya yang terancam bangkrut.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Keyla dan Lio setelah mereka menikah? Mengingat Lio adalah guru paling dingin dan menyebalkan di matanya.
Akankah tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21
Keesokan harinya, Lio sudah berada di depan pintu gerbang rumah Keyla. Pria tampan dengan sejuta pesona namun dingin itu menunggunya di dalam mobil karena malas keluar untuk menghampirinya.
Gadis bar-bar itu bisa besar kepala kalau Lio sampai melakukannya. Menjemput Keyla dan menggenggam tangannya seperti seorang ratu. Lio tak mau membayangkannya.
Hanya Flora satu-satunya ratu di hatinya. Ya, hanya adiknya itu.
"Apa yang sedang dia lakukan di dalam?" Lio menatap dari kejauhan pintu rumah Keyla yang masih tertutup rapat.
Jika bukan karena perintah mommy nya, Lio tidak akan pernah mau melakukan hal ini.
"Cepat habiskan sarapan mu, Key. Lambat sekali. Apa kamu berniat membuat calon suami kamu menunggu?!" seru Jelita meminta Keyla untuk menghabiskan sarapannya.
Bukannya menurut, Keyla malah memperlambat gerakannya. Keyla sedang ingin menikmati sarapan pagi yang belum pernah ia lakukan selama ini.
Biasanya, Keyla tidak pernah sarapan dan hanya memakan satu buah apel. Tapi, semenjak Keyla di jodohkan dengan Lio semuanya menjadi berubah, bahkan sikap Herman, Jelita dan Tasya.
Mereka bersikap hangat, seolah-olah Keyla adalah anak dan adik kesayangan mereka yang tidak boleh terluka sedikitpun.
"Ada yang aneh. Kenapa mereka jadi baik begini. Pasti ada maunya." Keyla membatin sambil menatap mereka satu persatu bergantian.
Keyla tersenyum kecut. Jadi, seperti ini rasanya mendapatkan perhatian palsu?
"Nih, makan yang banyak. Spesial buat kamu," sahut Tasya meletakkan satu potong ayam di piring Keyla.
Keyla mengernyit. Menyimpan sendok nya dan menyentuh kening Tasya. "Kakak waras 'kan? Tumben ngasih ayam kesukaan Kakak padaku," celetuknya tanpa takut sama sekali.
Herman dan Jelita saling menatap lalu beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan berdua. Ada berkas milik Herman yang tertinggal di kamar dan Jelita terpaksa menemani suaminya itu.
"Memangnya kalau mau ngasih ayam harus waras dulu? Kamu pikir aku gila, Key?" kesal Tasya sambil mendengus. Adik tirinya itu memang selalu menguji kesabarannya.
Tatapan Keyla tertuju pada tanda merah yang terukir di leher Tasya yang sejak tadi berusaha di sembunyikan olehnya.
"Kakak pergi ke tempat itu lagi? Apa uang yang ayah berikan kurang?" Keyla bertanya sembari memakan ayam goreng pemberian Tasya. Banyak pertanyaan yang ingin Keyla tanyakan, hanya saja waktunya tidak memungkinkan.
"Key, sebenarnya aku—"
"Maaf, Kak. Aku sudah terlambat," potong Keyla menyambar tasnya dan berjalan keluar.
Tasya menarik nafas panjang lalu menghembuskan nya dengan perlahan. "Pasti kamu berpikir yang tidak tidak tentangku, ya, Key..." lirihnya seraya melihat punggung Keyla yang menghilang di balik pintu.
*****
"Masuk!" titah Lio yang baru saja turun dari mobil dan menghampiri Keyla.
Hampir setengah jam Lio menunggunya keluar, tapi dengan santainya Keyla melangkah. Entah apa yang Keyla lakukan di dalam.
Apa dia berdandan? Jika ya, dandanannya bahkan tidak menarik sama sekali.
Keyla memutar bola mata dengan malas. Setelah ini Lio pasti akan mengoceh seperti burung beo. "Bapak nggak ada kerjaan, ya?" tanyanya.
"Kenapa nanya gitu?" bukannya menjawab pertanyaan Keyla, Lio malah balik bertanya. "Kerjaan saya itu menumpuk dan sekarang bertambah satu, harus menjemput kamu!" ketusnya.
"Terus ngapain Bapak jemput saya segala? Saya bisa naik bis atau angkutan umum." Keyla berkacak pinggang, mendongak dengan wajah seakan sedang menantang Lio. "Saya nggak mau nanti teman-teman sampai tahu apa hubungan kita yang sebenarnya," imbuhnya.
Lio tersenyum tipis. Sangat tipis sampai Keyla tak bisa melihatnya. "Memangnya, hubungan kita seperti apa, hum?" tanyanya mendekatkan wajahnya ke wajah Keyla hingga nyaris tanpa ada jarak dia antara mereka.
Keyla sontak mundur kebelakang. Sialnya, punggungnya membentur gerbang yang sedikit terbuka itu.
Posisi mereka yang dekat seperti ini, kembali membuat Keyla gugup setengah mati.
Apalagi aroma maskulin yang khas menyeruak dan keluar dari tubuh Lio, membuat penciuman Keyla tiba-tiba dipenuhi oleh bau guru killer nya itu.
"Astaga, ini dekat banget. Jantung kamu aman 'kan, Key?" gumamnya dalam hati seraya menatap Lio yang saat ini tersenyum iblis padanya.