NovelToon NovelToon
Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Perperangan
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Ikri Sa'ati

Cerita ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang pendekar sakti. Bermula dengan tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya, sedangkan dia belum mengetahui.

Tahunya dia ayahandanya yang sebagai seorang raja telah mati terbunuh saat perang melawan pemberontak yang dipimpin oleh seorang sakti berhati kejam, yang pada akhirnya kerajaan ayahandanya berhasil direbut.

Hingga suatu ketika dia harus terpisah juga dengan ibunda tercintanya karena suatu keadaan yang mengharuskan demikian pada waktu yang cukup lama.

Di lain keadaan kekasih tercintanya, bahkan sudah dijadikan istri, telah mengkhianatinya dan meninggalkan cintanya begitu saja.

Namun meski mendapat berbagai musibah yang begitu menyakitkan, sang pendekar tetap tegar menjalani hidupnya.

Di pundaknya terbebani tanggung jawab besar, yaitu memberantas angkara murka di dua negeri; di Negeri Mega Pancaraya (dunia kuno) dan di Mega Buanaraya (dunia modern) yang diciptakan oleh manusia-manusia durjana berhati iblis....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 27 PERTEMUAN PARA PEMBESAR GOLDEN EAGLE Part. 3

Arkayasa sepertinya menyanggupi untuk menceritakan tentang peristiwa yang terjadi sebelum tragedi di kediaman Jenderal Himawan. Tapi sebelumnya terlebih dahulu dia menoleh pada Pak Hendra dan Pak Burhan, sembari bertanya.

"Maaf sebelumnya, apakah Paman berdua belum diberitahukan oleh Bella maupun Rena tentang insiden yang menimpa mereka di malam itu?"

"Rena tidak bercerita apa-apa kepadaku tentang insiden atau musibah yang menimpanya belakangan ini," kata Pak Hendra mengaku. "Yang aku tahu dia dan Bella menghadiri perta ulang tahun putri Jenderal Himawan pada malam itu."

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Arabella dan Renatha pada malam itu, Arkayasa?" tanya Pak Burhan seperti mendesak. "Apa sebenarnya yang diceritakan oleh Pak Surya kepada kalian berdua terkait kedua gadis itu?"

"Kalian ceritakan saja tentang apa yang terjadi pada Rena dan Bella di malam itu!" imbuh Pak Fatah. "Tidak usah merasa sungkan segala."

"Sebenarnya... Bella dan Rena malam itu... hampir saja mati terbunuh oleh... Pasukan Siluman Topeng Merah...," ungkap Arkayasa sedikit tersendat-sendat.

"Apa...!!!"

Seketika saja semua orang yang ada di ruangan khusus itu, selain Sanjaya, terkejut bukan main mendengar penuturan Arkayasa barusan. Lebih terkejut lagi Pak Burhan dan Pak Hendra.

Saking terkejutnya sampai-sampai kedua lelaki tua itu membelalakkan kedua mata mereka karena tidak menyangka.

Mereka tidak menyangkan kalau malam itu putri mereka masing-masing hampir saja tewas dibunuh oleh Pasukan Siluman Topeng Merah. Mereka hanya tahu kalau kedua gadis itu hadir di pesta ulang tahun Jovanka, putri Jenderal Himawan.

Beberapa saat lamanya Pak Burhan maupun Pak Hendra masih terpaku diam, tidak bisa berbicara atau diajak berbicara. Tampak sekali kalau mereka amat terkejut dan shock mendengar berita tersebut.

Baru mendengar berita putri mereka hampir terbunuh saja sudah seperti itu keadaan mereka. Bagaimana kalau putri mereka benar-benar terbunuh?

Entah bagaimana kondisi mereka kalau hal itu benar-benar terjadi?

"Coba kalian ceritakan bagaimana peristiwa itu bisa terjadi!" pinta Pak Darmawan yang tampaknya tetap tegar mendengar berita itu.

Pak Darmawan masih tetap tegar bukan berarti dia tidak merasa terpukul akan musibah yang menimpa kedua putri dua orang kepercayaannya itu.

Dia sudah menganggap anak-anak semua orang-orangnya adalah anak-anaknya juga.

Perlu diketahui bahwa semua orang-orangnya merupakan tanggung jawabnya secara penuh. Apa yang terjadi atau apa yang menimpa mereka jelas dia tidak mungkin akan berpangku tangan begitu saja dan tidak perduli akan musibah yang menimpa mereka.

Tidak, tidak seperti itu!

Dia memang sudah terbiasa hidup berdampingan dengan musibah dan penderitaan. Sudah terbiasa!

Jadi, disebabkan karena ketegaran hatinya dalam menghadapi semua musibah dan penderitaan yang dialaminya, dia masih bisa bertahan hidup hingga sekarang ini.

★☆★☆

"Berita ini awalnya kami mendengar dari Tuan Surya," lanjut Arkayasa menuturkan. "Tapi itu hanya secara singkat saja...."

"Kebetulan saat kami berkunjung, keponakan Tuan Surya yang berasal dari Negeri Mega Pancaraya berada di rumah Tuan Surya," lanjut Arkayasa lagi. "Dialah yang menceritakan secara rinci tentang peristiwa itu."

"Karena dia ada di lokasi kejadian. Dialah yang telah menolong kedua gadis itu sekaligus yang telah membunuh semua pasukan siluman itu...."

Lalu Arkayasa berhenti berbicara, terus memandang Sanjaya yang ada di sampingnya, sebagai isyarat kalau gilirannya yang bicara sekarang.

Sedangkan Sanjaya jelas memahami arti tatapan sahabatnya itu. Sepertinya gilirannya yang bicara sekarang.

"Keponakan Tuan Surya bercerita bahwa malam itu dia sedangkan berburu Pasukan Siluman Topeng Merah," kata Sanjaya mula bertutur. "Kebetulan dia menemukan buruannya yang sudah mengepung mobil Rena yang waktu itu sedang mogok...."

"Untung saja waktu itu keponakan Tuan Surya datang tepat waktu," lanjut Sanjaya. "Kalau saja dia terlambat, mungkin nyawa Bella dan Rena sudah tidak tertolong lagi...."

"Karena waktu itu Pasukan Siluman Topeng Merah sebentar lagi akan membunuh kedua gadis itu."

"Sebenarnya keponakan Tuan Surya tidak kenal dengan Bella maupun Rena," ganti Arkayasa yang menuturkan. "Karena setelah membasmi habis Pasukan Siluman, keponakan Tuan Surya meninggalkan tempat itu, tanpa sempat mereka saling berkenalan."

"Apa keponakan Pak Surya tu punya nama nggak?" tanya Citra Arum seperti kesal mendengar Arkayasa maupun Sanjaya terus-menerus mengucapkan 'keponakan Tuan Surya' dari tadi, tanpa menyebut namanya.

"Dari tadi kalian cuma ngomong 'keponakan Tuan Surya," lanjut gadis itu menggerutu. "Kayak nggak punya nama aja."

Sanjaya maupun Arkayasa lantas saling tatap mendengar gerutuan Citra Arum seraya saling tersenyum. Namun tak lama Sanjaya segera berkata seakan menjawab pertanyaan gadis cantik itu.

"O iya..., keponakan Tuan Surya itu bernama Nona Sekar Mayang, di dunia persilatan berjuluk Bidadari Pedang Biru."

"Kami baru mengetahui jika yang hampir dibunuh oleh Pasukan Siluman Topeng Merah itu adalah Bella dan Rena," lanjut Arkayasa, "setelah kami menanyakannya kepada Nona Sekar tentang orang yang dia selamatkan itu secara rinci."

"Setelah itu barulah kami mengetahui kalau yang Nona Sekar selamatkan itu adalah Bella dan Rena."

"Ternyata begitu ceritanya," gumam Pak Darmawan di akhir penuturan Arkayasa.

"Sepertinya satu demi satu para pendekar Mega Pancaraya telah berdatangan ke negeri ini demi memburu pasukan Gandara, Kang Mas," kata Pak Candra seakan memberi tahu.

"Ksatria Naga Hitam, Bidadari Pedang Biru," gumam Pak Fatah seakan bicara sendiri, "entah siapa lagi selanjutnya. Sepertinya Jakarta Raya ini sebentar lagi akan dijadikan ajang pertempuran orang-orang sakti."

"Ya, mau tidak mau kita harus membuka mata tentang fenomena itu," kata Pak Darmawan, "bahkan kita juga harus turut andil dalam membasmi Pasukan Siluman Topeng Merah. Karena mereka ternyata juga menjadikan kita sebagai salah satu target pembasmian."

★☆★☆

"Maaf, Paman Darmawan," kata Argapati menyela pembicaraan dengan sikap sopan.

"Kamu mau mengabarkan tentang apa, Argapati?" tanya Pak Darmawan beralih memandang Argapati.

"Saya hendak mengabarkan sedikit riwayat tentang Bidadari Pedang Biru, Paman," sahut Argapati.

"Silahkan!"

"Sebenarnya Bidadari Pedang Biru masih memiliki 3 orang rekan," tutur Argapati mengungkapkan. "Mereka itu tergabung dalam sebuah kelompok atau geng yang bernama Empat Bidadari Selendang Emas."

"Adapun personil Empat Bidadari Selendang Emas, selain Bidadari Pedang Biru, yaitu Bidadari Pedang Merah, Bidadari Pedang Putih, dan Bidadari Pedang Kuning...."

"Kehebatan Empat Bidadari Selendang Emas sudah cukup terkenal di kalang dunia persilatan di Mega Pancaraya. Tidak sedikit orang-orang sakti golongan sesat mereka sudah basmi. Bahkan aktif juga membasmi pasukan Prabu Gandara."

"Murid siapa mereka itu?" tanya Pak Darmawan serius.

"Sayang sekali Paman Danareksa belum mengetahuinya sampai saat ini," Cakrayuda yang menjawab, "mereka itu murid siapa."

"Lagi pula mereka masih bergerak secara sendiri dalam membasmi golongan sesat maupun pasukan Prabu Gandara," lanjut Cakrayuda, "tidak bergabung pada kelompok atau partai golongan putih mana pun."

"Kalau salah satu personil Empat Bidadari Selendang Emas sudah berada di sini," kata Pak Hendra yang sudah bisa memperbaiki kondisi dan perasaannya, "besar kemungkinan kalau tiga personil lainnya akan menyusul."

"Aku malah menduga pastinya kedatangan mereka ke Negeri Mega Buanaraya ini," kata Pak Candra merasa yakin.

Tidak lama setelah itu, pertemuan khusus di kediaman Pak Hendra Wijaya sampai di penghujung acara. Pak Darmawan memberikan kata-kata penutup sebelum rapat khusus itu bubar.

Pak Darmawan menitahkan kepada seluruh orang-orangnya agar mulai sekarang menghunuskan pedang dalam memerangi pasukan Prabu Gandara yang ternyata menarget mereka.

Tidak lupa pula Pak Darmawan memerintahkan para orang tua untuk memperingatkan anak-anak mereka agar mereka berhati-hati dan tidak bergampangan keluar malam mulai dari sekarang.

Menginstruksikan pula bahwa, segala apa yang terjadi atau apa menimpa mereka, harus cepat melaporkannya. Apalagi yang berhubungan dengan pasukannya Prabu Gandara.

Kasus yang terjadi pada Arabella dan Renatha yang tidak segera memberitahukan kejadian yang menimpa mereka cukup sekali saja. Jangan sampai terulang kembali.

★☆★☆★

1
juju Banar
lanjut
Adhie: lanjuuut...
total 1 replies
anggita
chapternya sdh banyak tpi yg mampir baca masih sdikit. klo mau promo novel bisa ke tempat kami. bebas👌
Adhie: makasih kaka...
total 1 replies
anggita
oke thor, terus berkarya tulis, semoga novel ini lancar jaya.
Adhie: terima kasih dukunggannya...
total 1 replies
anggita
wow... naga merah, kuning.
Adhie: hehehe...
total 1 replies
anggita
like👍 dukungan utk fantasi timur lokal.
anggita
gang.. red blue girl 8🙄
anggita
hadiah tonton iklan☝
anggita
tiap chapter cukup panjang 👌
Adhie: itu gaya saya dalam menulis novel kaka... biar agak puas bacanya dalam satu chapter
total 1 replies
anggita
pangeran pandu wiranata..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!