Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri
Pada zaman dahulu kala telah terjadi sebuah peristiwa besar yang mana hal itu telah tercatat dalam sejarah peradaban umat manusia....
Sebuah peristiwa mengenaskan yang telah sukses menggegerkan dunia persilatan. Sebuah peristiwa yang kalau diingat-ingat, serasa bagai mimpi buruk yang amat mengerikan. Sungguh peristiwa kelam itu begitu mencekam....
Kalau begitu, peristiwa besar apakah yang demikian gemparnya itu?
Peristiwa besar itu adalah peristiwa penyerangan besar-besaran terhadap sebuah kerajaan besar dan megah yang rajanya dipimpin oleh Prabu Rahandhika Abhirama Brawijaya.
Ya, sebuah peristiwa yang tidak pernah dibayangkan oleh Prabu Rahandhika Abhirama Brawijaya kalau peristiwa mengerikan itu bakal terjadi demikian.
Kerajaan yang sudah dia pimpin sekian tahun lamanya, kerajaan yang besar dan megah yang berdiri di atas sebuah negeri atas angin, kerajaan yang telah berdiri sudah sekian abad lamanya telah takluk pada peristiwa besar itu hanya dalam hitungan hari.
Kalau begitu, siapakah orangnya yang sakti mandraguna yang dapat menaklukkan kerajaan besar tersebut?
Dialah orangnya yang bernama Gandara Bandawasa, seorang manusia sakti namun berhati iblis. Dia ketua utama salah satu kelompok aliran hitam di Negeri Mega Pancaraya yang bernama Partai Tengkorak Merah.
Dialah orangnya yang telah menaklukkan Kerajaan Linggapura, kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Rahandhika Abhirama bersama ribuan pasukannya cuma dalam waktu lima hari lima malam.
Dengan takluknya Kerajaan Linggapura ditangan Gandara Bandawasa, hal itu menandakan bahwa kekuasaan Prabu Rahandhika Abhirama telah runtuh. Selanjutnya diambil alih oleh sang penakluk berhati setan tersebut, Gandara Bandawasa.
Korban jiwa tidak terhitung banyaknya pada peristiwa tersebut. Meski tidak sedikit anggota Partai Tengkorak Merah yang mati, namun lebih banyak lagi pasukan Prabu Rahandhika. Ribuan pasukannya telah gugur dalam peristiwa itu, termasuk para ksatria, pasukan khusus, bahkan tidak sedikit senopatinya.
Beruntungnya Prabu Rahandhika tidak ikut gugur dalam peristiwa besar nan mengerikan itu. Yang Maha Kuasa ternyata masih berbelas kasihan kepadanya. Raja yang gagah itu berhasil diselamatkan oleh sisa-sisa senopati, ksatria dan Pasukan Khusus-nya.
Juga yang berhasil diselamatkan dalam peristiwa itu adalah istri keduanya, Selir Galuh Wardhani Prameswari beserta kedua anak sang selir.
Juga yang berhasil diselamatkan adalah lima orang hebat serta kepercayaannya, yaitu Patih Danareksa Sindurama dan 4 adipati kota besar Kerajaan Linggapura; Adipati Indra Pramana, Adipati Bhadra Abiyaksa, Adipati Dipta Narayana, dan Adipati Brata Naratama, beserta keluarga mereka.
Yang tidak berhasil diselamatkan adalah Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari, istri pertama Prabu Rahandhika Abhirama Brawijaya. Lebih tepatnya Prabu Rahandhika Abhirama melarang untuk menyelamatkan sang permaisuri tersebut.
Yang hanya boleh dan berhasil diselamatkan adalah putri sang permaisuri atau anak pertama Prabu Rahandhika Abhirama yang bernama Dyah Pandan Arum Brawijaya.
Kenapa hanya putrinya yang diselamatkan? Permaisuri Dyah Kusuma Arum malah tidak diselamatkan?
Hal itu disebabkan karena Prabu Rahandhika Abhirama telah menuduh Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari berselingkuh dengan seorang patihnya yang lain yang terhebat yang bernama Patih Brajasena Galapati.
★☆★☆
Dari hasil perselingkuhan Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari menurut tuduhan sang prabu, permaisuri yang berwajah cantik jelita itu diketahui telah hamil, ada janin di dalam rahimnya.
Sebagaimana hal itu telah dilaporkan oleh Permaisuri Dyah Kusuma Arum kepada sang prabu.
Maksudnya, Permaisuri Dyah Kusuma Arum telah melaporkan kalau dia telah mengandung anak Prabu Rahandhika di dalam rahimnya, hasil hubungan resmi di antara mereka.
Bukan melaporkan tentang kehamilannya hasil dari hubungan gelap antara dia dengan patih pertama sang prabu. Karena hal itu memang tidak pernah dia lakukan, dan tentunya tidak benar sama sekali.
Namun sungguh dia tidak menyangka kalau Prabu Rahandhika malah menuduhnya berselingkuh, suatu perbuatan yang tidak pernah dia lakukan selama mereka telah resmi menikah.
Meski berulangkali Permaisuri Dyah Kusuma Arum menjelaskan sekaligus meyakinkan kepada sang prabu kalau kehamilannya bukan hasil perselingkuhan, melainkan hasil dari hubungan resmi antara mereka, Prabu Rahandhika tetap saja tidak percaya, dan tetap pada tuduhan sekaligus pendiriannya.
Tentu saja perbuatan Prabu Rahandhika itu membuat sang permaisuri cantik jelita itu amat bersedih hingga menderaikan air mata.
Tapi toh Prabu Rahandhika tidak juga menggubrisnya, dan meninggalkannya begitu saja di dalam istananya dengan menanggung luka sakit hati yang tiada terkira.
Hingga Kerajaan Linggapura telah ditaklukkan oleh Gandara Bandawasa, dan sang prabu telah pergi menyelamatkan diri, meninggalkan dirinya seorang diri di istana. Hingga akhirnya dia tertawan oleh manusia berhati iblis itu.
Sementara wanita cantik berhati bersih itu, tidak ada yang bisa dia perbuat selain hanya bisa menangis dan terus menangis.
Menangisi kemalangan dan penderitaannya yang begitu miris. Menangisi kelemahannya yang tak bisa melakukan pembelaan untuk menunjukkan kepada Prabu Rahandhika kalau tuduhan suaminya tersebut tidaklah benar.
Menangisi nasibnya yang begitu malang yang ternyata dia hanya seorang diri di dalam istananya, tidak ada siapa pun. Sedangkan pengawal pribadinya telah tewas di depan pintu istananya dengan kematian yang begitu mengenaskan.
Belum hilang keterkejutan Permaisuri Dyah Kusuma Arum atas kematian pengawal pribadinya, begitu dia keluar dari istananya, keterkejutan yang lebih hebat lagi segera menyergapnya.
Betapa tidak?!
Begitu banyak mayat bergelimpangan di depan istananya. Apa yang terjadi sebenarnya dia belum begitu paham. Yang dia pahami telah terjadi perang besar di Kerajaan Linggapura.
Seketika dia tersadar, bagaimana nasib Prabu Rahandhika saat ini? Apakah sudah mati dalam perang besar ini atau tidak?
Tapi belum juga dia dapat mencerna tentang keadaan yang terjadi sebenarnya, tahu-tahu Gandara Bandawasa dan orang-orangnya menangkapnya sekaligus menawannya. Tentu saja dengan amat mudah.
Sebenarnya Gandara Bandawasa amat murka sejadi-jadinya ketika dia tidak berhasil menangkap sekaligus membunuh Prabu Rahandhika. Bahkan berhasil kabur bersama orang-orang pentingnya.
Dia merasa belum berhasil menaklukkan Kerajaan Linggapura karena tidak membunuh Prabu Rahandhika.
Namun kemurkaan dan kekecewaan Gandara Bandawasa sedikit terobati karena telah berhasil menawan Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari.
Sementara sang permaisuri yang begitu lemah jelas tidak bisa melakukan perlawanan dan tidak akan melakukan perlawanan.
Dia kini telah mengandung anak Prabu Rahandhika. Kalau dia melakukan perlawanan atau menentang kehendak Gandara Bandawasa secara terang-terangan, dia takut nasib cabang bayinya akan terancam.
Maka dia menyerahkan dirinya begitu saja tanpa perlawanan apapun meski dengan amat terpaksa. Bahkan tidak menolak keinginan Prabu Gandara Bandawasa yang kini sudah menjadi penguasa Kerajaan Linggapura untuk menikahinya.
Akan tetapi, karena sang permaisuri masih dalam keadaan hamil, maka dia mengajukan syarat, bahwa Prabu Gandara Bandawasa boleh menyentuhnya setelah dia melahirkan.
Tanpa pikir panjang Prabu Gandara Bandawasa menyetujuinya. Tapi dengan mengajukan syarat pula bahwa, kelak jika anak yang dikandung Permaisuri Dyah Kusuma Arum lahir, maka anak itu akan menjadi anaknya, bukan anak Prabu Rahandhika.
Tidak disangka Permaisuri Dyah Kusuma Arum ternyata setuju saja dengan syarat yang diajukan Prabu Gandara tersebut, tanpa mengajukan syarat apa-apa lagi.
Namun siapa sangka, tanpa sepengetahuan Prabu Gandara Bandawasa bahwa sebenarnya sang permaisuri mempunyai rencana lain di balik mengalahnya dia kepada raja yang bengis itu.
Permaisuri Dyah Kusuma Arum jelas lebih mengutamakan nasib janin yang dikandungnya tersebut. Jelas dia tidak ingin nasib anaknya saat lahir nanti akan terlantar.
Maka dengan amat terpaksa dia memberikan segala apapun yang diminta Prabu Gandara kepadanya. Sampai pun anaknya kelak akan diakui sebagai anak Prabu Gandara Bandawasa.
Namun satu yang permaisuri tidak diberikan kepada Prabu Gandara, juga yang belum diberikan kepada Prabu Rahandhika Abhirama, yaitu CINTA.
Permaisuri yang berhati bersih dan suci itu jelas tidak akan pernah mencintai Prabu Gandara, seorang manusia berhati iblis.
Pula, meski Permaisuri Dyah Kusuma Arum telah menikah dengan Prabu Rahandhika, dia belum bisa mencintai lelaki itu meski dia sudah rela memberikan tubuhnya.
Hingga saat ini sang permaisuri masih mencintai seseorang, yaitu kekasihnya yang dulu, sebelum dia menikah dengan Prabu Rahandhika Abhirama.
Kelak, setelah anaknya lahir dan tumbuh besar, Permaisuri Dyah Kusuma Arum akan memikirkan rencana selanjutnya tentang nasib baik anaknya.
Jelas sebagai seorang ibu yang baik berhati lembut, sang permaisuri tidak ingin anaknya akan bertabiat jahat dan buruk bagai setan seperti Prabu Gandara Bandawasa yang berwatak jahat laksana iblis.
★☆★☆★
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
AI
sudah di subscribe dan membaca🔥
2024-08-13
1
AI
hadir🔥🔥🔥
2024-08-13
1