NovelToon NovelToon
Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Playboy / Diam-Diam Cinta / Harem / Angst / Bad Boy
Popularitas:16k
Nilai: 5
Nama Author: mooty moo

"Kak Akesh, bisa nggak pura-pura aja nggak tahu? Biar kita bisa bersikap kaya biasanya."
"Nggak bisa. Gua jijik sama lo. Ngejauh lo, dasar kelainan!" Aku didorong hingga tersungkur ke tanah.
Duniaku, Nalaya seakan runtuh. Orang yang begitu aku cintai, yang selama ini menjadi tempat ‘terangku’ dari gelapnya dunia, kini menjauh. Mungkin menghilang.
Akesh Pranadipa, kenapa mencintaimu begitu sakit? Apakah karena kita kakak adik meski tak ada ikatan darah? Aku tak bisa menjauh.
Bagaimana bisa ada luka yang semakin membuatmu sakit malah membuatmu mabuk? Kak Akesh, mulai sekarang aku akan menimpa luka dengan luka lainnya. Aku pun ingin tahu sampai mana batasku. Siapa tahu dalam proses perjalanan ini, hatimu goyah. Ya, siapa tahu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mooty moo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 – Belanja Berdua

Jika memang tak ada lagi tempat untuk kita, mengapa tak kita tinggal saja pada sajak-sajak yang kita tulis dalam malam yang paling dingin? Oh aku lupa, kita bukan penyair.

Tingkah Marvin berhasil membuat Nala tersenyum. Ia pun menghirup napas dalam-dalam kemudian mengembuskannya kasar. Tapi itu bukan hal buruk. Gadis itu masih merasakan sisa embusan angin malam yang segar di jaket itu.

Nala melambaikan tangan saat lelaki itu berpamitan dan pergi. “Terima kasih,” ucapnya lagi, namun sengaja ia ucapkan saat Marvin sudah agak jauh.

Saat hendak masuk, sebuah mobil mendekatinya. Dari siluetnya saja ia tahu siapa pemilik mobil itu. Jantungnya bekerja di luar kapasitasnya. Dadanya terasa tidak nyaman.

Tak berselang lama, Akesh keluar dari mobil. Kakinya yang panjang namun memakai celana selutut terlihat sangat kontras—ini menarik. Ia bahkan tersenyum dengan cara yang berbeda, tidak tipis maupun lebar. Namun ini terlihat tulus.

Senyumnya menular, lelah Nala pun perlahan menguap.

“Kakak? Kok ada di sini?”

Akesh sudah ada tepat di hadapannya dan berkata, “gue dua hari lalu beli apartemen. Lo mau lihat nggak?”

Gadis itu memiringkan kepalanya, belum bisa mencerna tuntas apa maksud Akesh.

“Malam ini tidur di sana yuk? Nggak ngapa-ngapain kok. Cuma tidur aja.”

Nala pun mengangguk kemudian tangannya digandeng oleh sang pria. Bahkan pria itu membukakan pintu mobil untuknya. Setelah berada di dalam, ia memasangkan sabuk pengaman. Membuat gadis itu menahan napas. Akesh memperlakukannya layaknya seorang kekasih.

“Kenapa tiba-tiba pindah, Kak?”

Terdengar basa-basi, namun Nala memang penasaran. Hal ini terasa tiba-tiba dan membuatnya sedikit terkejut.

“Nggak tiba-tiba kok, gue udah lama rencanain ini. Sorry gue baru bilang ke lo.”

“O-oh? Nggak apa-apa kok.”

Dirinya sedikit gugup. Ia meremas tangannya, merasa aneh karena orang di sampingnya itu minta maaf padahal seharusnya tidak perlu.

“Biar lebih bebas aja, kalau di asrama kan banyak aturan ini itu.”

Nala pun tertawa mendengar penuturan ini. Selama ini, Akesh selalu menyusup ke kamarnya dengan sembunyi-sembunyi terutama di malam hari. Lawan jenis hanya boleh berkunjung di siang hari.

Akesh tahu titik buta CCTV asrama ini. Ditambah asrama yang ditempati Nala minim penghuni. Mereka lebih suka tinggal di indekos atau di apartemen.

“Oh biar bisa jadi basecamp baru kita nongkrong ya, biar nggak di indekos Kak Bina terus,” sahut gadis itu sambil melihat pemandangan luar melalui jendela di sampingnya. Berkendara malam kini menjadi hobi barunya.

Akesh hanya berdehem membenarkan pernyataan itu. Seketika dia menyadari kepolosan Nala yang menurutnya menggemaskan. Ia pun tertawa pelan, kemudian tangannya mengelus pucuk kepala sang gadis.

Diperlakukan seperti ini, Nala sontak menoleh ke samping. Telapak kiri Akesh masih berada di kepalanya, lelaki itu mengatur agar telapaknya yang lebar tidak memberatkan Nala. Sementara tangan kanannya memegang kemudi.

Hal yang tidak diketahui oleh Nala adalah sebenarnya tujuan awal dirinya membeli apartemen adalah agar dirinya bisa tinggal bersama Rachel. Ia sudah pernah membahas ini kepada kekasihnya itu, namun itu enam bulan yang lalu.

Akesh sengaja menyembunyikan fakta ini untuk memberikan kejutan kepada Rachel. Sebenarnya apartemen yang disewa Rachel saat ini, yang dekat dengan kampus itu dibayar olehnya. Namun tempatnya lebih sempit, meski masih cukup dihuni oleh dua orang.

Sederhananya Akesh tidak terlalu suka dengan apartemen yang Rachel tempati. Bangunannya sudah lama. Ia membutuhkan suasana baru.

Apartemennya yang baru sedikit lebih jauh dari kampus namun masih terjangkau. Ini adalah bangunan baru. Meski tidak terlalu luas, interiornya sesuai dengan keinginannya.

Ketika dua orang itu sampai di sana, keadaan gelap. Saat Akesh menyalakan lampu, barulah nampak jika apartemen ini masih minim perabotan. Cat tembok didominasi dengan warna abu tua.

“Udah gue bilang kan, gue baru beli dua hari lalu jadi belum didekor apapun. Nanti lo bantu gue ya?”

Nala pun mengangguk cepat. Mata berbinar layaknya taburan bintang di malam hari.

“Lo mandi aja dulu. Ambil piyama di lemari.”

Nala pun menurut. Saat dirinya membuka lemari, ada tiga set piyama pasangan. Senyum di bibirnya tak tertahankan. Tangannya segera mengambil satu, kemudian menempelkannya di badannya.

“Ini agak kebesaran buatku,” gumamnya pada dirinya sendiri.

Hal kecil seperti ini tidak masalah baginya. Melihat motif sapi lucu di piyamanya saja sudah sangat membuatnya senang. Mandi malam tidak pernah semenyenangkan ini baginya. Bahkan dirinya tanpa sadar bernyanyi.

Nyanyiannya samar-samar terdengar oleh Akesh, membuatnya tersenyum. Ia saat ini sedang menyeduh dua gelas susu di dapur.

“Udah selesai? Sini minum susu dulu.”

Nala yang baru saja keluar dari kamar mandi dan mengenakan piyama kedodoran itu pun mendekat.

“Gue mandi dulu.”

***

Semalam adalah rangkaian kejadian termanis yang pernah Nala alami. Akesh benar-benar menepati janjinya untuk hanya tidur artinya mereka tidak melewati malam panas bersama. Ia cukup pengertian karena tahu gadis itu sangat lelah.

Akesh bahkan masih memanjakannya hingga pagi ini. Nala terbangun saat hidungnya yang bangir mencium aroma gurih roti yang baru saja diangkat dari pemanggang. Setelah meregangkan otot-otot di badannya, ia pun turun dari ranjang king size, kemudian pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi.

Terdapat dua cangkir dan sikat gigi pasangan di sana. Saat berkaca, ia merasa sangat cantik. Mungkin benar kata orang jika bahagia dan tersenyum itu bisa membuat awet muda.

Akesh sudah menunggu di meja makan. Telur ceplok dan daun selada bertengger di atas roti gandum panggang. Selain itu ada segelas air putih untuk mereka sarapan.

“Makan seadanya dulu ya La. Nanti kita pergi belanja bahan masakan dan beberapa barang untuk ditaruh di sini.”

Nala yang baru saja menempelkan pantatnya di kursi pun mengangguk. Mereka sarapan dengan tenang, mengobrol santai, mengunci dunia seolah hanya mereka pemiliknya.

Ia bahkan tidak percaya bahwa setelah sarapan dan mandi, Akesh akan mengajaknya belanja. Maksudnya dirinya tidak menyangka akan secepat ini.

Pukul sembilan, mereka pergi ke mal. Udara pagi terasa lebih segar, begitu pun dengan AC gedung-gedung yang terasa lebih sejuk.

Keduanya membeli banyak hal bak sepasang pengantin baru. Adegan ini bahkan sebelumnya Nala rasakan hanya dalam mimpi.

“Lo lebih suka bad cover yang bermotif apa polos?”

Nala pun menjawab jika dirinya suka yang polos. Ya lagipula mereka memang nyaris memiliki selera yang sama karena gadis ini tomboy, seleranya seperti lelaki pada umumnya.

“Hmm gue juga, tapi kita beli aja dua-duanya. Jaga-jaga kalau suatu saat mau ganti suasana baru.”

Selanjutnya mereka pergi ke toko peralatan rumah tangga untuk memilih piring, gelas, dan mangkuk pasangan. Proses pemilihan tidak berlangsung lama karena keduanya tidak suka berlama-lama menghabiskan waktu untuk memilih barang. Jika ada yang cocok, dalam sekali pandang, akan langsung masuk troli belanja.

“Setelah ini kita pergi ke toko baju, ya?”

Nala membelalakkan matanya. Saat ini mereka sedang mengantre untuk membayar di kasir. Di barisan ada dua yang berpasangan. Hanya saja yang satunya datang bersama anak dan istrinya.

“Kakak mau beli baju?”

“Enggak, itu buat lo. Kita beli beberapa baju ‘cewe’ buat lo.”

“Eh? Nggak perlu, Kak.”

“Nggak apa-apa, La. Kita cuma beli beberapa stel kok. Lo bisa pakai itu kalo lagi mau aja, gue nggak maksa.”

“Hmm,” Nala mengerutkan keningnya. Ia merasa tidak enak jika Akesh membelikannya baju seperti ini.

“Lo saat itu kelihatan cantik banget. Rasanya gue pengen lihat Nala versi itu lagi.”

Nala benar-benar kehabisan kata kali ini. Ia bahkan harus menoleh ke samping agak lama, menyembunyikan wajahnya yang memerah. Gadis itu mengikat tangannya ke belakang, meremasnya.

Melihat hal ini, satu tangan Akesh memegang remasan tangan itu, sementara sisanya memegang troli yang penuh barang belanjaan.

1
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
5 langkah langsung nyampe yaa ☺️😂
piyo lika pelicia
satu bunga untuk kamu
piyo lika pelicia
mengawasi dirinya.
piyo lika pelicia
hhh calon mantu yang baik ☺️😂
Bilqies
lanjut thor
mooty moo: siapppp
total 1 replies
piyo lika pelicia
apa ayah Nala gak setuju ya 😮
piyo lika pelicia
nah kan Akesh 😂
piyo lika pelicia
hh Nala nakal
piyo lika pelicia
sahur 🤔
Durrotun Nasihah
/Grin//Grin//Grin/
Bilqies
lucu kali kah Nala ini

menggemaskan
Syiffitria
❤❤❤❤
Bilqies
lanjut thor
piyo lika pelicia
mampir yuk ke serigala ☺️
piyo lika pelicia
ciee perhatian ☺️
piyo lika pelicia
Nala aku faham kenapa kau sangat membenci mereka
piyo lika pelicia
"Gue juga kaget
piyo lika pelicia
jangan Nala 😭
Bilqies
semangat terus Thor menulisnya 💪
mooty moo: makasih kak😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!