"Aku tidak mau menikah!" Teriak seorang petani miskin tidak dapat menerima segalanya.
Dalam hatinya masih yakin, jika ini hanya perangkap.
Namun...
"Sayang, aku hamil anakmu..." Kalimat sang gadis desa membuat dirinya terpojokkan. Gadis yang melekat bagaikan lem, tidak ingin menerima pernikahan dengan juragan Burhan. Hingga membuat perangkap untuk tetangga barunya.
Namun sang tetangga baru yang terkenal sebagai petani miskin, berusaha tersenyum."Kalian sudah gila! Saat pulang nanti desa kotor ini akan ku ratakan dengan tanah!"
Teriakan dari Jefri (Joseph Northan Fredrik), CEO anti bakteri. Yang terjebak di desa akibat melanggar aturan taruhan dengan saudaranya.
Menikah dengan gadis paling jorok di desa ini? Tentu saja dirinya tidak akan pernah sudi. Walaupun ada kalanya, ketika batu kali diamplas maka berlian akan muncul.
🍀🍀🍀🍀
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesurupan Uang
...🌾🌾🌾 CEO Masuk Desa 🌾🌾🌾...
Melon dan semangka kelas unggulan, pabrik saus tomat, mungkin berikutnya kebun anggur. Maka lengkap sudah agribisnis akan menjadi salah satu tangan gurita White Rose.
Sebuah perusahaan yang didirikannya dengan susah payah. Tentu saja walaupun terjebak di desa dirinya akan tetap menjadi CEO pada akhirnya.
"Kalau bisa cari beberapa lahan yang subur lagi." Ucap Jefri, menepis tangan Cakra yang memijitnya.
"Tapi berikan bayarannya dalam bentuk cash ya? Surat-suratnya atas nama perusahaanmu saja. Rahasiakan kalau kamu yang beli dari mertua dan istri kami. Nanti kami janji akan mencari lahan lain lagi." Syarat Jamal penuh harap. Benar-benar tidak ingin predikat menantu terbaik jatuh pada orang ini.
Pasalnya sampai sekarang istri mereka masih marah-marah dan bersaing siapa yang lebih hebat Cakra atau Jamal. Persaingan antara PNS melawan perawat. Jika CEO ikut-ikutan mereka akan celaka.
"Ok! Uang cash! Tanda tangan di hadapan notaris. Dibeli atas nama perusahaan White Rose. Puas?" Jefri menghela napas kasar, setidaknya pelan-pelan mimpinya tentang perusahaan cabang agribisnis white rose akan terwujud.
Tidak lupa menyemprotkan semprotan anti kuman pada bahunya yang sempat disentuh Cakra.
Matanya menelisik, mengamati anak bungsu Cakra yang mengeluarkan ingus dari hidungnya. Benar-benar ayah teledor, seharusnya ingusnya di lap, pakaian mereka juga lumayan lusuh.
"Nanti kalau uangnya dibagi, aku sarankan buat deposit untuk pendidikan anak-anakmu." Jefri menghela napas kasar, memberikan tissue kering pada Cakra.
"Tapi istriku ingin buka usaha..." Kalimat Cakra disela.
"Kalau ingin buka usaha, pertama lihat tempat dan tren masyarakat sekitar." Nasehat Jefri membuat mereka tertarik.
"Maksudnya?" Jamal mengernyitkan keningnya.
"Begini, misal saat musim panas, sebaiknya kamu menjual es, bukan payung. Lalu saat musim hujan sebaiknya menjual payung, bukan es..." Hanya petunjuk singkat tapi dapat membuat mereka mengangguk bersamaan.
Tapi tetap saja, bagaimana caranya menentang yang mulia istri? Tika dan Rika akan kukuh dengan pemikiran mereka.
"Ini nomorku, kalau sudah berdiskusi dengan ayah dan ibu mertua lebih baik segera hubungi aku." Ucap Jefri memberikan kartu namanya.
Gila! Kartu nama, benar-benar CEO White Rose. Tapi tetap saja harus membuka internet agar terhindar dari penipuan.
Dua orang yang menelan ludahnya. Saling melirik, kemudian berucap.
"Kamu masih mau dengan Dewi? Adikku cantik, masih muda lagi. Kalau tidak puas dengan Dewi, bisa jadikan adikku istri kedua." Celoteh Cakra.
"Malam Minggu bagaimana jika kita keluar bersama-sama, senang-senang di dekat kebun coklat..." Celoteh Jamal, dengan kode ada tempat prostitusi di dekat sana.
"Aku tidak suka keluar. Menikah dengan Dewi juga karena terlanjur. Aku tidak bisa jatuh cinta dengan Dewi, tidak bisa berhubungan badan dengan wanita lain." Jawaban jujur dari Jefri, dirinya sudah pernah berjanji di hadapan Tuhan hanya akan jatuh cinta pada Lily, di masa kecilnya. Jika tidak bisa memilikinya karena telah menikah dengan Dewi. Maka setidaknya Jefri dapat menjaga janji menyimpan hatinya.
"Alah! Omong kosong! Satu tahun lagi Dewi pasti bunting! Betinanya gatel gitu ke jantannya!" Cakra menghela napas kasar. Tapi memang benar bukan? Saat berjalan bersama mereka tersipu malu seperti bocah SMU pendekatan.
"Jadi benar-benar tidak bisa!? Kalau begitu jangan suruh istrimu dandan! Tidak memuaskan di ranjang, bisa saja istri cari ranjang lain." Jamal menimpali, heran dengan kakak iparnya.
"Aku tidak menyuruhnya dandan. Yang aku belikan hanya produk perawatan wajah. Agar wajah dan kulitnya bersih. Melarangnya berjualan ikan juga, aku tidak ingin ada bau amis di rumah." Sebuah alasan yang masuk akal bukan.
Hingga keributan terdengar tiba-tiba dari dalam sana. Tiga orang wanita keluar disusul kedua orang tua mereka.
"Ayang! Kamu cinta aku kan?" Ucap Dewi pada suaminya.
"Aku akan bertanggung jawab dan menjagamu sampai aku mati." Jawaban Jefri sesuai janjinya di hadapan Tuhan ketika menikahi Dewi.
"Tuh kan! Dia cinta aku! Menjaga sampai mati!" Tegas Dewi, tidak ingin kakaknya membahas juragan Burhan lagi.
"Tidak mampu di ranjang saja berani menikahi kakakku! Selain tampang kamu punya apa?" Geram Tika merendahkan.
"Ganteng..." Gumam Rika, dengan segera, Tika memukul bahu Rika agar sadar dari guna-guna good looking.
"I...iya! Sudah cuma punya lahan sepetak, tidak kuat di ranjang lagi. Aku sarankan kalian segera cerai saja." Barulah Rika ikut-ikutan pasang badan. Padahal sejatinya tidak tega dengan malaikat...eh salah tampang ganteng kakak iparnya.
"Kalian tidak tau saja, orang pendiam, terlihat tidak bersalah, licik. Tapi sekali naik ke ranjang bisa menjadi ganas. Aku cuma perlu sabar saja." Komat-kamit imajinasi Dewi diucapkannya.
"Aku tidak mampu. Aku sudah bilang, untuk keturunan aku tidak mampu. Tapi aku juga tidak ingin bercerai. Lagipula apa hak kalian ingin mengatur pernikahan kami? Aku tidak mencintai Dewi. Tapi, aku tidak akan pernah berselingkuh atau kasar padanya. Akan menjaganya sampai aku mati. Sesuai janjiku..." Ucap Jefri mengatakan omong kosong.
"Sayang...aku makin cinta! Bikin anak yuk? Mandi bareng di sungai juga bagus. Sekarang tidak ada jamban dan batu apung kuning di kali lagi." Dewi kembali mepet mendekati suaminya.
"Begini! Pada prinsipnya kucing anggora adalah hewan buas. Tidak bisa makan tikus? Tapi kalau setiap hari disodorkan daging tikus pasti akan dimakan juga. Tika, sudahlah biarkan kakakmu bahagia dengan pasangannya." Bujuk Jamal.
"Tidak bisa begitu! Kalau begini kak Dewi bisa melewatkan kesempatan untuk menikah dengan juragan Burhan! Paling setahun atau dua tahun lagi kak Dewi tidak tahan dan bercerai. Bagaimana kalau saat itu juragan sudah mengangkat istri ketiga?" Geram Rika, masih menyayangkan sang kakak terhipnotis good looking.
"Rika! Jangan ikut campur!" Tegas Cakra, tidak ingin orang kaya 7 tanjakan 8 tikungan ini murka.
"Kalau begitu kamu saja yang cerai dan menjadi istri ketiga juragan Burhan?" Jefri tersenyum aneh mengintimidasi mereka.
Aura yang tiba-tiba berubah setelah nama sang juragan disebut-sebut. Seperti bertemu guru matematika, membawa samurai akan menebas siapa pun yang jawabannya salah.
"Siapa yang mau menikah dengan orang yang seusia dengan ayahku!" Rika bersungut-sungut.
"Dewi juga tidak ingin. Dia istriku, tanggung jawabku. Kalau ada yang membahas tentang pernikahan dengan juragan Burhan lagi maka---" Kalimat Jefri disela.
"Tidak! Kami tentu tidak setuju jika Dewi menikah dengan aki-aki itu!" Cakra dengan cepat menutup mulut istrinya. Kemudian menyela kata-kata Jefri.
"Iya, kakak ipar benar-benar tampan dan sempurna. Mana bisa dibandingkan dengan juragan, ibaratnya seperti Malaikat dan trenggiling. Kami akan mendukung dan menghormatimu. Tika! Kenapa teh untuk kakak ipar tidak ada. Buatkan teh! Kasihan kakak ipar..." Benar-benar pandai melihat situasi, Jamal saat ini.
"Iya! Tidak sopan pada yang lebih tua! Kakak ipar aku ambilkan kipas sebentar. Di sini panas." Cakra bergerak cepat, mengambilkan kipas dari ruang tamu.
"Kalian kenapa? Kena pelet seperti Dewi!?" Tanya Tika hendak menyadarkan suaminya.
"Pelet uang! Gila, pemilik White Rose. Masuk ke daftar orang-orang terkaya." Batin Jamal.
Sedangkan Supra dan Wina saling melirik.
"Pak Jamal dan Cakra kenapa?" Tanya Wina pada suaminya.
"Kesurupan jin peliharaan Jefri." Supra memijit pelipisnya sendiri.
Tingkah aneh bin ajaib anak-anak dan menantunya benar-benar membuatnya tidak mengerti sama sekali.
Kangen Jefri ma Dewi nih...
atau sedang menyiapkan novel baru?
Semoga jadi ekhem ekhem dan ga di ganggu othor...
😁😁😁😁