Setelah Umayra meninggal dunia, Kaysar menjadi sangat dingin. Waktunya habis untuk bekerja dan menemani putri kecilnya yang terpaksa jadi piatu saat dia dilahirkan.
Lima tahun dia habiskan tanpa pernah terusik oleh satu perempuan pun.
Hingga dia bertemu lagi dengan seorang gadis yabg dulu pernah berniat merayu sahabatnya, Gista Aulia.
Semoga suka ya🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang sudah lima tahun terpendam
Hampir tiga jam Ziza dan Ruby melukis.di studio.Gista. Makanannya juga sudah hampir habis, juga es buahnya. Gista bersyukur Kaysar dan Ziza menyukai menu.yang dia hidangkan.
Sekarang keduanya sudah pulas tertidur. Kaysar dengan hati hati sudah memindahkan keduanya di atas kasur lantai yang sudah tersedia di sana. Memang sudah disiapkan Gista, karena kebiasaan Ruby yang ngga mau tidur di kamar yang berada di lantai bawah setelah capek melukis.
Kaysar menatap Gista yang sedang merapikan semuanya. Pensil warna, crayon, cat air dan kertas gambar milik kedua bocil itu.
Bibirnya tersenyum melihat hasil lukisan keduanya. Masing masing ada tiga kertas gambar.
Gista menoleh mendengar suara halus dari benturan piring dan sendok. Dia terpana melihat Kaysar yang sedang membereskan barang pecah belahnya.
"Biar aku aja," ujar Gista sambil membawa sisaan piring piring dan sendok yang sudah di bawa Kaysar ke wastafel.
"Biar aku aja yang cuci." Kaysar melipat lengan kemejanya satu persatu hingga siku. Kalo dia camping bersama keluarga, mereka yang laki laki sudah terbiasa melakukannya.
"Tapi...." Gista merasa ngga enak.
"Jangan sungkan." Kaysar memutar kran dan memulai aktivitas mencucinya.
"Harusnya biarkan saja.'
"Aku tamu yang tau sopan santun." Bibir Kaysar melengkung saat menoleh padanya.
Jantung..... Aman?
Laki laki itu tampak semakin menawan di mata Gista. Padahal Gista akan meminta art kakaknya yang akan besok datang untuk membereskannya.
Bukannya dia ngga bisa, tapi kulitnya alergi dengan buih sabun.
Gista pun berdiri di samping Kaysar, dia menerima piring dan sendok.yang sudah dicuci Kaysar. Menaruhnya di rak piring.
Jarak mereka cukup dekat membuat Gista ngga tenang. Gista ngga berani menatap Kaysar.
Dia menyibukkan dirinya dengan mengelap piring itu dan menatanya lagi ke rak kering.
Kaysar tersenyum miring melihat kegiatan gadis yang berada di sampingnya persis. Gayanya nampak.santai. Dari tadi Kaysar ngga bisa menjauhkan tatapannya melihat outfit yang dikenakan Gista. Kaos oblong yang kegedean dengan celana pendek.ketat di atas lutut.
Masih cukup sopan dan penampilannya sesuai.dengan acara hari ini, menemani anak anak menggambar. Ngga mungkin Gista mengenakan gaun yang pasti akan terlihat sangat konyol.
Tapi Kaysar tau, sesuatu di dalam dirinya ngga baik baik saja. Dia laki laki dewasa yang sudah puasa selama lima tahun. Melihat Gista saat ini hasratnya yang tidur seolah mulai terjaga.
"Laen kali kalo nerima tamu laki laki, celananya agak panjangan dikit," komen Kaysar saat memberikan sendok terakhir.
Reflek Gista melihat celananya. Masih sopan menurutnya. Padahal biasanya dia lebih sering memgenakan hotpants kalo di rumah. Karena Kaysar akan datang dia pun mengenakan celana yang lebih panjang.
Tadi dia sudah mencoba beberapa.roknya, tapi rasanya akan kurang bebas nantinya dia bergerak. Apalagi dia akan naik turun tangga. Kalo pake kulot rasanya terlalu resmi, padahal acara sore ini berkesan santai.
Mata mereka bertatapan. Kembali tatapan intimidasi Kaysar dirasakan lagi oleh Gista.
Wajah Kaysar mendekat membuat mata Gista terpejam. Detakan jantungnya sudah ngga karuan. Fantasinya sudah aneh aneh aja.
"Ada rautan pensil warna di rambut kamu." Tangan Kaysar sedikit menepis helaian rambut Gista untuk membuang sampah itu.
Wajah Gista seakan terbakar saking malunya. Dia sudah berpikir jauh, ternyata!
Memalukan sekali!
Gista langsung mundur, bergerak menjauh, menyembunyikan wajahnya yang sudah sangat memerah.
"Emm.... Mau ditambahin wajah siapa?" Gista berusaha membuang perasaan malunya. Kini tangannya sudah memegang sketsa wajah Kaysar dan Ziza.
"Gitu aja, udah bagus banget," ucap Kaysar dengan tatapan geli dalam binar matanya.
Gadis tadi pasrah mau dicium?
Hampir aja Kaysar kehilangan kontrol dirinya tadi.
"Oooh."
Hening dan canggung. Setidaknya itulah yang dirasakan Gista. Apalagi Gista merasa Kaysar masih terus menatapnya. Jantungnya saja masih belum normal.
"Mau aku buatin kopi?"
"Teh aja."
"Sebentar, ya. Aku ke bawah." Karena kompor, teko, teh, dan semua peralatan memasaknya ada di lantai bawah. Lagi pula.dia ingin menghilang sebentar dari Kaysar.
Gista memanaskan air masih dengan perasaan kurang nyaman. Efek malu karena mengira akan dicium Kaysar masih terasa sampai sekarang. Bahkan tadi Gista bisa merasakan nafas hangat Kaysar di pipinya .
Setelah mendidih,.Gista mematikan kompor. Dia agak berjinjit saat akan membuka rak di atasnya.
Tapi jantungnya langsung berulah lagi ketika merasakan tubuh yang Gista yakini Kaysar sedang menempel di belakangnya.
Tangannya yang terulur terasa kaku ketika ada satu tangan lain yang lebih dulu membuka rak itu.
"Tehnya yang mana?" bisik Kaysar persis di dekat telinga Gista.
Gista merinding.
"Yang ini?" Ada beberapa toples kecil berwarna gelap di sana.
"Yang toples biru."
Karena toples teh itu letaknya lebih ke dalam, tubuh Kaysar makin merapat, menekan punggung Gista.
Untung ngga lama, karena Gista sulit bernafas.
"Ini." Cara Kaysar memberikannya membuat tubuh Gista membeku.
Gista ngga tau, laki laki ini sadar atau tidak, dia seperti memeluk Gista dari belakang.
Bahkan karena Gista yang masih ngga beraksi, Kaysar malah membuka sendiri toples teh, mengambilnya satu teh celup itu, meletakkannya di cangkir dan dengan hati hati menuangkan air panas
Bahkan seperri sengaja, Kini sebelah tangan Kaysar memegang cangkir, dan sebelah tangan mengaduk tehnya dengan posisi mengungkungi Gista, hingga gadis itu ngga bisa bergerak.
"Gu gulanya belum." Gugup Gista sambil menoleh. Fatalnya lagi Kaysar juga ikut menoleh hingga bibir mereka bertemu.
Kaysar tanpa ragu me lum at bibir Gista dengan lembut. Gista terpana dengan pupil mata membesar, beradu tatap dengan netra Kaysar yang menghipnotisnya.
Kaysar melakukannya dengan sangat lama sampai Gista merasakan oksigen di sekitarnya menipis.
Kaysar tau gadis itu sulit bernafas dan menjauhkannya
perlahan.
"Manis," bisiknya pelan sambil tersenyum lembut. Kemudian meraih gula ke cangkir dan membawa pergi gelas itu, menjauh dari Gista yang masih berdiri kaku.
Kaysar tersadar dengan apa yqng sudah dia lakukan. Hampir saja dia menjelajahi leher putih jenjang itu.
Tapi bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum mengingat perbuatan spontannya tadi.
Gista masih mencerna apa yang barusan terjadi.
Kenapa dia menciumnya? Gebleknya kenapa dibalas.....
Pipi Gista terasa semakin panas.
Ngga lama kemudian dia mendengar langkah Kaysar yang menjauh dan menaiki tangga. Gista masih belum bisa bergerak. Kedua tangannya masih bertumpu kuat di meja dapurnya.
Langkah Kaysar terdengar lagi menuruni tangga. Kali ini Gista berpaling menatapnya.
!Kaysar sedang menggendong putrinya, kemudian berhenti melangkah dan menatapnya.
"Aku pulang, ya. Terimakasih untuk hari ini."
Gista ngga menjawab, hanya mengangguk. Dia terus menatap.kepergian Kaysar hingga pintu unitnya tertutup.
Apa maksudnya?
Terimakasih untuk ci uman panas tadi?
Gista dapat merasakan hembusan nafas Kaysar yang terasa panas saat me lu m at bibir nya tadi di pipinya.
BRUG
Gista terduduk sambil memegang bibirnya yang terasa bengkak. Jantung, hatj dan ginjalnya makin terasa ngga aman.
perempuan yg radak susah
kalau ingin diakhirat jodohnya suami a LG harus setia sampai menutup mata