Menceritakan tentang Raya seorang perempuan yang memiliki kelebihan yaitu Indra keenam. Raya adalah seorang vokalis bend nya yang berada KapRal. Raya juga merangkap sebagai pencipta lagu yang dia ambil dari kisah-kisah arwah penasaran.
Suatu hari Genk KapRal didatangkan beberapa musibah dan malapetaka, pertama Raya nyaris terbunuh, kedua bend KapRal mendapati sebuah fitnah bahwa bend mereka melakukan plagiat atas lagu-lagu yang diciptakan Raya.
Saat merasa frustasi Raya tiba-tiba mendapat ide untuk datang ke villa milik kakeknya.
Di Sana dia yang ditemani sagara menemukan beberapa hal ganjil serta berhasil menemukan sebuah syair atau mantra yang akan di ubah oleh Raya menjadi sebuah lagu.
Dari sanalah malapetaka besar itu akan muncul. Setelah Raya memperkenalkan lagi ciptaanya kepada teman-teman bend nya.
Satu persatu teman-teman bend mati dengan cara yang mengenaskan, pembunuh nya hanya meninggalkan jejak yang sama yaitu kedua bola mata korban lenyap tiada bekas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuireputih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32 Menuntaskan Dendam
Tiba-tiba tubuh Raya terhuyung, lalu terjatuh. Beruntung, ia sempat menggapai wastafel sehingga tidak berdebum ke lantai keramik.
Sebuah penglihatan mampir melalui cermin, membuatnya tertegun. Perlahan, sesosok wanita menampakkan diri. Makin lama makin jelas.
Raya mengerjapkan mata. Itu adalah sosok yang paling ditunggunya beberapa hari ini.
"Santi." Raya berucap lirih.
Santi tampak semakin jelas, lengkap dengan gaun putih dan rambut terurai. Ia tersenyum, seiring dengan bibir Raya yang ikut tertarik.
"Aku telah menuntaskan dendamku, Ray!" kata Santi.
Mata Raya terbelalak, terkejut dengan penyataan Santi. Dendam? Dendam apa? Bagaimana Santi menuntaskannya? Atau, ini semua ada hubungannya dengan dompet Jerry?
"Aku tidak menyangka, kau adalah perempuan simpanan Mr. Jerry, San. Aku melihat fotomu di dompet beliau. Tampaknya beliau sangat mencintaimu, sehingga masih menyimpan fotomu dalam dompetnya." duga Raya.
Santi tersenyum simpul, Tapi, dia yang membuatku mati. Sekarang aku puas. Dia telah mendapatkan balasan atas perbuatannya sendiri. Kau tahu, Ray? Akhirnya aku bisa melakukannya, sekalipun sosokku tidak nyata!" Kalimat panjang lebar Santi membuat Raya bergidik.
Aura lembut yang biasa terpancar pada sosok hantu wanita itu, berubah menjadi aura beringas yang dipenuhi dendam dan kegelapan.
Apa yang sudah Santi lakukan?
Tiba-tiba tenggorokan Raya tercekat. Mungkinkah pelaku dari serentetan peristiwa mengerikan ini adalah Santi? Kepingan-kepingan puzzle mulai Raya susun. Santi menghindar semenjak KapRal diteror oleh kematian berantai. Bahkan, dia enggan memberitahu Raya tentang maksud kejadian ini dengan berbagai alasan tak masuk akal.
Oh, bukankah kehadiran Santi juga tidak masuk akal? Lantas, bagaimana Santi melakukannya?
Raya paham betul. Hantu tidak akan mampu melukai manusia, kecuali energinya berbenturan dengan energi manusia yang kemudian menjadi alat untuk kontak secara langsung dengan manusia.
Namun, jika memang benar adanya. Siapa yang telah menjadi wadah Santi untuk melakukan serangkaian pembunuhan?
"Santi, apa kau tahu siapa yang membunuh teman-temanku?" tanya Raya, serius.
Santi mengikik seram. Entah mengapa seperti tak lagi bisa bersahabat dengan Raya.
"Mengapa kau menanyakan itu padaku? Tanyakan pada dirimu sendiri, Ray. Bukankah kau yang membuat mereka mendengar lagu itu?" Santi malah menyerang dengan pertanyaan yang menusuk.
"Oke, mungkin benar kalau lagu itu mengandung kutukan. Tapi, itu bukan kutukan yang bisa membunuh manusia, San! Yang mendengarkan itu hanya akan dihantui sosok-sosok Belanda yang menjadi korban kekejaman ilmu hitam Ngarlien!" elak Raya panjang lebar.
"Dan Ngarlien adalah nenek buyutmu! Jangan lupakan itu!" Ujar Santi
Raya terdiam seketika. Ia tahu betul, nenek buyutnya adalah seorang dukun yang terkenal di zamannya. Wanita sakti yang terobsesi dengan kecantikan dan kehidupan abadi. Berkat ilmunya, dia bisa menghabisi puluhan orang Belanda yang tengah berpesta di kediaman Algrandra Van Der Arvero.
Belum sempat pikiran Raya mengumpulkan kembali teka-teki yang berserakan, seseorang menggedor pintu kamar mandi studio.
"Ray, kamu baik-baik saja, kan? Ayo pulang. Kamu lama sekali di kamar mandi." Ternyata itu adalah suara Karin.
Tak lama kemudian, Raya membuka pintu.
"Kayanya aku masuk angin deh! Aku mual-mual dari tadi." keluh Raya.
Wajahnya memang tampak pucat. Berkomunikasi dengan Santi tadi membuat energinya benar-benar terkuras.
"Kamu memang kurang sehat dari kemarin. Kalau begitu, kita pulang, yuk?" ajak Karin seraya merangkul pundak Raya.
Raya mengangguk, lalu mengikuti Karin menuju ruang rekaman, tempat Bara menunggu. Pria yang biasanya menyerang dengan kalimat pedas dan sinis, kini tampak terduduk tak berdaya di sofa, dengan dua tangan menutupi setengah wajah. Penyesalan masih tersisa dalam diri. Ketakutan akan bayang kematian meneror pikirannya lagi.
tapi kerennnnn 👍👍👍👍