NovelToon NovelToon
The Killer?

The Killer?

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Sebuah kasus pembunuhan berantai terus saja terjadi di tempat yang selalu sama. Menelan banyak nyawa juga membuat banyak hati terluka kehilangan sosok terkasih. Kasus tersebut menarik perhatian untuk diselidiki. Namun si pelaku lenyap tanpa sebab yang jelas dan justru menambah kekhawatiran penyelidik. Kasus ini menjadi semakin rumit dan harus segera dipecahkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Kawan, Lawan?

Satu pekan berlalu setelah peristiwa pengerebekan polisi pada rumahku juga setelah topeng mengerikan itu diamankan oleh Julian. Kasus pelanggan yang keracunan makanan pada kedai Lyly Lavender telah terbukti bahwa bukan aku dan Leo yang bersalah, melainkan pemilik kedai itu sendirilah yang memaksakan menu tak sehat yang harus kami sajikan pada pelanggan.

Karena perempuan pemilik kedai itu keras kepala tak ingin mengakui kesalahannya dan meminta maaf, justru mengarang cerita sendiri untuk melindungi dirinya dari tuduhan. Terpaksa ia dibawa dalam pengadilan dan terbukti memberikan info palsu tentang korban yang sempat berteriak akan pembunuhan sebelum wafat.

Aku tak tega mengatakannya, namun pemilik kedai kami tercinta terpaksa dipenjara dalam kurun waktu yang cukup lama karena kesalahannya yang berlipat ganda. Mulai dari memaksa kokinya memasak makanan tak sehat untuk para pelanggan, mencemarkan nama baik kokinya akan apa yang bukan salah kami, hingga memalsukan informasi terkait kondisi korban sebelum wafat.

Kami memang selamat dari tuduhan kasus racun di kedai itu, namun hal tersebut tak cukup untuk menenangkan jiwa para masyarakat sekitar desa. Karena kasus pembunuhan kembali datang untuk meresahkan warga. Kali ini korbannya adalah para polisi yang anehnya wajahnya pernah ku lihat saat menggerebek rumahku pekan lalu, mereka satu persatu tewas dibunuh oleh pria bertopeng rubah putih.

...***...

Bragh! Julian menggebrak meja kayu jati di ruangan khusus pada rumah Leo, kami bertiga jadi sering berdiskusi di ruang rahasia Leo terkait kasus pembunuhan berantai yang kembali terjadi ini. “Pembunuhnya mulai berani menyerang pihak kepolisian,” geram Julian dengan tangan mengepal diatas meja yang tadi ia gebrak juga seluruh tubuh bergetar.

Leo hanya menatapnya dengan santai sambil bertanya “Dimana kau simpan topeng pembawa petaka itu?”

“Di ruangan khusu barang sitaan, dan sudah kumasukan pada peti kaca tebal juga,” jawab Julian dengan yakin.

“Kau yakin mengecek keberadaan topeng itu setiap malam pada ruangan tersebut?” Tanya Leo lagi.

Julian terbelalak dengan wajahnya yang memucat dan bibirnya yang bergetar “A— aku sudah suruh beberapa polisi untuk menjaganya di ruangan itu. A— apa itu tindakan yang salah?” Detektif itu terbata-bata.

Aku menepuk keningku sendiri lalu angkat suara “Sudah berapa lama kak Arron tidak minum alkohol? Mengapa cara kerja detektif yang seharusnya lebih cerdas dari kami jadi berantakan dan gegabah seperti ini?”

“Jika kau ingin mengamankannya, kau sendiri lah yang harus bisa menjaga dan memastikannya tetap aman,” lanjut Leo.

“Di dunia ini tak ada yang bisa dipercaya selain diri sendiri kan?” Tambahku.

“Kalian mau bilang bahwa ada salah satu polisi yang mengambil topeng itu dan membunuh para polisi lainnya, begitu?” Tanya Julian menyimpulkan apa yang telah aku dan Leo sampaikan. Kami berdua hanya mengangguk pelan. “Astaga, sepertinya benar aku tidak fokus karena kurang asupan alkohol beberapa hari ini!” Lanjutnya mulai menyadari kesalahan fatalnya yang terlihat sepele.

Aku menghela nafas sebelum berkata “Di kulkas dapur sudah tersedia beberapa botol minuman kasukaanmu, aku sengaja menyediakannya khusus untukmu. Ambillah dan kembali ke sini untuk melanjutkan diskusi.”

Julian hanya mengangguk dan menuruti perintahku. Lucu rasanya melihat detektif yang seharusnya tegas dan cerdas justru patuh pada orang yang ia curigai sebagai buronan. Dia itu sebenarnya masih mencurigaiku atau ingin bekerjasama denganku untuk mengungkap pembunuhan berantai ini sih!?

Terkadang detektif berandal pemabuk ini bisa menjadi kawan, namun bisa juga menjadi lawan. Itu yang membuatku masih waspada padanya. Namun yang bisa kupahami saat ini adalah, Julian sungguh berambisi ingin menangkap pembunuh berantai yang meresahkan ini siapapun pelaku sesungguhnya.

...***...

Selang lima menit setelah Julian ke dapur untuk mengambil botol minuman yang ku sediakan di kulkas, ia akhirnya kembali masuk pada ruangan rahasia tempat kami berdiskusi sambil membawa botol hijau yang sepertinya isinya sudah berkurang karena pindah kedalam perutnya. Tatapannya kini jauh lebih serius dari sebelumnya.

“Jadi, sekarang kita tinggal mencari polisi mana yang mengambil topeng itu dan mencari tahu apa motifnya melakukan pembunuhan?” Tanya Julian setelah kembali duduk pada bangku empuk dan meletakkan botol hijau diatas meja kayu jati.

“Motifnya sudah jelas karena terpengaruh benda sialan itu!” Sentak Leo dengan dingin tak mampu menahan geramnya pada Julian yang masih menanyakan hal bodoh.

“Bukan! Maksudku adalah apa yang mendorongnya mengambil topeng itu sebelumnya?” Sangkal Julian mengklarifikasi kembali hal yang sempat membuat Leo salah paham.

“Seingat ku, dulu aku menyentuh topeng itu tanpa sadar seolah sedang terhipnotis. Mungkin benda mengerikan itu memang memiliki daya tarik tersendiri?” Jawabku jujur mulai menganalisis.

“Jika begitu, apa motif topeng itu mempengaruhi orang yang menyentuhnya untuk membunuh?” Tanya Julian lagi dengan intonasi seriusnya, jika sudah berurusan dengan kasus ini sikap berandalnya seketika sirna.

“Soal itu, aku juga sedang mencari tahunya,” jawabku jujur karena aku sendiri memang masih belum menemukan alasan benda itu mempengaruhi kami untuk membunuh.

“Kasus kali ini targetnya adalah kepolisian, mungkin ia ingin menghentikan penyelidikan atau memberi ancaman pada polisi agar tidak menghalangi jalannya untuk membunuh?” Leo mulai mengeluarkan analisisnya.

“Sekarang kita fokus saja dulu mencari pembunuh yang memegang topeng itu, setelahnya kita cari tahu lebih dalam lagi terkait benda mengerikan tersebut,” usul Julian.

“Karena pelakunya kali ini diperkirakan ada di dalam kepolisian, bukan kuasa kami untuk menemukannya. Arron, kau saja yang tanggung jawab menemukan pemegang topeng itu lalu berikan pada Picho untuk diselidiki lebih lanjut!” Leo berbicara seolah memberikan perintah dengan seenaknya dan tak sopan.

“Dan kau? Apa fungsimu dalam penyelesaian masalah ini?” Tanya Julian mulai kesal dengan cara bicara Leo.

“Sejak awal aku sudah tidak bergairah mengurus masalah rumit ini, aku sering menyuruh Picho berhenti mencari pembunuh yang berbahaya. Hanya karena kasus pelanggan keracunan saja aku tertarik mencari pelaku sebenarnya, tapi kini kasus racun itu sudah selesai dan tak ada lagi alasanku untuk berurusan dengan kasus berbahaya ini.” Jawab Leo tanpa nada dan ekspresi.

Mengejutkan! Rupanya Leo masih tak mau turun tangan untuk menghadapi kasus yang menurutnya berbahaya ini!? Lalu apa maksud ucapannya waktu itu bahwa ia akan mendukungku? Mengapa sekarang dia menjadi pengecut lagi? Kesal, aku sungguh kesal padanya yang tak mau dirugikan ini.

Aku tahu dia tipe orang yang hati-hati dan lebih memilih menjauhi masalah ketimbang ikut campur dalam penyelesaiannya, tapi aku tetap tak terima dengan tindakkannya yang benar-benar tak peduli dengan petaka yang sedang menyerang lingkungan sekitarnya jika itu tidak berkaitan dengannya. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri!

Aku menatap Leo penuh dengan kecewa dan amarah lalu berkata “Bukankah kau adalah sahabatku, dan kau pernah mengatakan akan mendukungku apapun yang terjadi, Leo?”

“Kau sudah terbukti tidak bersalah dalam kasus pembunuhan berantai ini kan, Picho? Kurasa dukunganku cukup sampai disini, aku tak mau terlibat lebih jauh lagi dalam masalah mengerikan ini,” jawabnya membuatku semakin kecewa padanya, mungkin saja mataku sudah berkaca menahan tangis. “Kau tetap sahabatku dan aku tetap akan mendukungmu dengan cara yang lebih aman, tenang saja,” lanjutnya sambil mengacak-ngacak rambutku.

“Sepertinya ada racun dalam persahabatan kalian yang harus dibersihkan,” ujar Julian yang sedari tadi menyimak percakapan kami sambil berseringai.

“Apa?” Tanya aku dan Leo secara bersamaan.

Julian tersenyum manis sambil berkata “Kau terlalu polos, Picho. Dan kau Leo, sepertinya aku tertarik untuk menyelidikimu lebih dalam lagi.”

Seketika suasana menjadi hening dan tegang setelah Julian melontarkan kata-katanya itu. Apa ini? Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini? Apa yang dimaksud dari perkataan detektif pemabuk ini? Dia mencurigai Leo sebagai pelaku pembunuh berantai itu? Tapi kenapa? Atas dasar apa dia menuduh sahabatku sebagai pembunuhnya? Aku tak mengerti dengan jalan fikirannya!

“Silahkan, selidiki aku hingga kau puas!” Tantang Leo.

“Keberanian dan ketenanganmu lah yang membuatku curiga padamu, Leo,” ucap Julian semakin menambah pertanyaan dalam benakku.

“Tunggu dulu! Sebenarnya apa yang terjadi di sini!?” Tanyaku yang masih tak mengerti apapun.

“Sudah kubilang kau terlalu polos, Picho! Kau tak mungkin bisa memahami masalah ini,” jawab Julian yang sama sekali tidak menjawab pertanyaanku.

“Dasar bocah! Fikirkan saja dengan hati nuranimu sendiri siapa yang bisa kau percaya di sini, karena hati tak pernah mengatakan kesalahan.” Lanjut Leo yang sepertinya mengerti dengan apapun perkataan Julian namun tak ingin memberitahukannya padaku.

“Aku bukan bocah!” Geramku.

“Jika kau masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini, itu artinya kau adalah bocah polos,” timpal Leo singkat.

Menyebalkan! Mengapa mereka tak ada yang mau menjelaskan padaku tentang apa yang sebenarnya terjadi di sini!? Apa percakapan mereka terlalu rahasia untuk aku ketahui? Tapi Leo kan sahabatku! Masa aku tak boleh tahu permasalahannya? Sahabat kah? Apa benar dia adalah sahabatku? Setelah ia membuatku kecewa dengan harapan tinggi yang berulang kali ia jatuhkan kembali?

Fikiranku mulai menjalar. Julian, adalah detektif yang kadang mendukung namun kadang juga mencurigai kami sebagai pembunuh berantai. Sedangkan Leo adalah sahabatku yang sejak awal melarang mencar tahu tentang pembunuh berantai ini, namun juga terkadang ia membantuku lepas dari tuduhan. Keduanya memiliki dua sikap yang bertolak belakang dalam satu diri, jadi siapa yang harus ku percaya sekarang?

1
Yuzu Airu
salut sama Mira, kuat pacaran sama cowok yang sering tantrum seperti Julian. 😂
Yuzu Airu
"Yang keempat, kamu salah satu orang yang bisa melihat warna aura anehku."

and Julian be like: "Hah!? Emang itu nyambung!?"

😂
Yuzu Airu
wait.. ibu lu kan faktor penghancur keluarga dan ga peduli sama lu, Julian!
Yuzu Airu
wait.. Mira tau nama asli Julian sejak kapan woy!? 😂
Yuzu Airu
lah, dia sadar diri 😂
Yuzu Airu
Mira woy! kebiasaan lupa nama karakter.
Yuzu Airu
bentar, aku lupa kalau si Julian itu punya pedang es untuk ngingetin dia kalau lagi ga adil. mungkin ini bisa dijadiin senjata untuk nguji detektif baru itu bener tulus ga? misal tulus tapi Julian ga percaya, bisa tuh pedang es nyerang Julian lagi.
Yuzu Airu
menangkapnya.
Yuzu Airu
tumben bisa jail ke Julian.. biasanya Picho doang yg dia isengin. 😂
RYN
sebenarnya ku kira lagi cekcok mereka berdua. eh,ternyata di akhir dialog normal/Sweat/ atau pichonya yang gak bisa serius/Doubt/

udahlah, ntar juga tau.
Cherry: Santai.. dicicil juga gpp
RYN: okeh, btw gak bisa fokus ke novel mu sebenarnya, banyak karya yang udah ku janjiin mau mampir/Sweat/

jadi kalo cuman 4-5 Bab ku baca jangan heran hehe
total 5 replies
RYN
padahal predik ku si detektif bakalan pelesetin jawaban nya dikit/Sweat/
Cherry: Ga mudah bohongin Picho, pasti ketahuan terus. Pasrah jujur aja dah. 😂
total 1 replies
RYN
Like nya makin ke sini makin sedikit/Sweat/
Cherry: Ok Ok, makasih ya
RYN: nanti ku bantu ngiklanin deh ke group WA
total 7 replies
RYN
Owalah, ini yang kamu sebutin sebelum nya ya?
RYN: saya mau main juga/CoolGuy/
Cherry: Iya bener.. hehe.. permainan kejujuran 😁
total 2 replies
RYN
Sekarang gw mulai mikir, mungkin si pembunuh muncul tapi bukan MC di balik topeng itu, yang membuat misteri nya makin susah./CoolGuy/
RYN: ya gk papa sih... biasa juga gw kayak begitu dulu.

tapi malah orang yang terinspirasi novel ku, gak tau udah sukses atau gak. soalnya dulu saling dukung-dukungan. lupa juga namanya tapi dia lebih populer karya nya daripada gw.
Cherry: Jujur, aku jarang banget baca orang lain sih.. aku tipe yang fokus sama ceritaku sendiri. Jadi kalau dikira aku terinspirasi dari novel orang, bahkan baca pun belum pernah 😁
total 4 replies
RYN
di novel ku Ryan gak peka kalo sedang kencan jir/Sweat/

walaupun tidak secara eksplisit di jelaskan tapi gak mikir kalau dia sedang kencan.
RYN: wkwk/Facepalm/
Cherry: Picho juga ga sadar, cuma menerka aja bingung sendiri. 😂
total 2 replies
RYN
hmm dialog nya kurang, kebanyakan monolog internal yang bikin jenuh/Sweat/

saran sih kurangin Monolog internal nya, tapi buat seimbang sama narasi nya.
Cherry: Iya nih, belum kepikiran dialog.. hehe. 😁🙏🏻
total 1 replies
RYN
Si detektif bisa langsung mikir ke situ jir/Sweat/ Gw aja mikirnya si detektif bakal mikir Picho orang yang berbeda dengan si rubah.
Yuzu Airu
ganggu aja! 😂
Yuzu Airu
emang ib lis 😭
Yuzu Airu
bentar.. Leo kan OCD, selalu pake sarung tangan.. dapet keberanian dari mana dia, nyentuh Julian? yang berani dia sentuh tanpa sarung tangan, hanya Picho! 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!