Tidak terbayang kehidupan Elina yang tadinya biasa-biasa saja berubah dalam sekejap mata. Hari dimana ia mendapatkan kabar dari sang kekasih berselingkuh dan berhubungan intim dengan kekasih gelapnya.
Detik itu juga Elina bersumpah perasaan dan juga cintanya ia akan kubur sedalam dalamnya. Baik itu mantan pacarnya atau pria lain semuanya sama brengsek dimata gadis itu.
Namun naasnya malam itu saat ia bertemu dengan pria bernama Damian Aditama Sanjaya janji itu ia ingkari sendiri. Karena insiden itu seorang anak lahir ke dunia.
Bagaimanakah kelanjutan hidup Elina selanjutnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KimMy75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26 Supir pribadi
Didepan gerbang seorang anak laki-laki berdiri seorang diri. Mata bulatnya melirik kesana kemari menunggu jemputannya. Namun, sejam lamanya sosok yang dia cari belum juga muncul. Egi anak itu mendengus kesal. Ibunya tidak pernah terlambat menjemputnya. Kalau terlambat pun mungkin terjadi kendala dijalan atau ibunya itu sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaan. Kadang-kadang yah, Karina juga bakal menjemputnya pulang. Tapi salah satu dari mereka batang hidungnya tak tampak sedari tadi. Mana perutnya bunyi terus, ia sangat lapar.
"Kemana mereka? Tahu tidak ada anak kecil kelaparan disini aahh… mama dan tante cepatlah datang lama-lama aku mati kelaparan hiks…" isak Egi sejadi-jadinya.
Seorang pak satpam yang masih ada disana menghampirinya. Pria itu memegang pucuk kepala anak SD tersebut.
"Dek, kenapa masih ada disini kemana orang tua mu? Mereka tidak datang menjemput mu?" tanyanya iba.
Egi merespon dengan menggelengkan kepala.
"Saya juga nggak tahu pak…" lirihnya.
Pip!
Suara klakson mobil membuat kedua orang itu spontan menoleh. Seseorang didalam mobil tersebut turun. Berjalan menuju kearah mereka. Orang itu rupanya Damian. Hari ini Damian akan pindah ke kontrakan yang dikatakan Gery. Lelaki itu mengendarai kendaraannya ke sekolah, mumpung jam pulang sekalian ia ambil kesempatan mengantar pulang putranya. Melihat sang putra menatapnya bingung ia berbalik tersenyum. Tubuh kekarnya berjongkok mensejajarkan tinggi badan anak laki-laki itu.
"Om… ngapain ke sini?" tanyanya heran.
"Kok om sih katanya mau panggil aku dengan sebutan papa," rajuk Damian menagih janji Egi saat bertemu lagi anak itu memanggilnya ayah.
"Maaf… om eh, papa hehehe," kelakar Egi.
"Papa belum jawab pertanyaanku buat apa datang ke sekolahku?" sambungnya.
"Papa nggak sengaja lewat aja terus papa liat kamu berdiri disini jadi sekalian deh samperin kamu," jelasnya pura-pura. "Mama kamu nggak jemput ya? Gimana kalau papa anterin kamu pulang," saran Damian mendapat ekspresi berbinar dari bocah itu.
"Betul papa mau anterin sampe rumah," ujarnya lagi sumringah.
Damian mengangguk mengiyakan.
"Yeah! Untung aja ada om baik bisa cepat nih pulangnya," gumamnya yang tak dapat didengar.
Wah beruntung banget ketemu pria baik plus tampan itu. Kalau terus disana bisa-bisa dia masuk rumah sakit gara-gara kelaparan seharian. Mengerikan.
Setelahnya mobil BMW milik Damian melesat ke jalan. Ditengah perjalanan matanya tak sengaja menangkap sosok yang dia kenali.
Ditepi trotoar gadis dengan baju kaos putih polos, rot panjang dan cardigan tampak sederhana namun memiliki daya tarik tersendiri saat orang yang melihatnya. Gadis itu ternyata Elina, ditangannya keranjang berisikan bunga bawaannya masih utuh. Ia menunggu angkutan umum disana. Karena teriknya matahari Elina menjadikan keranjang itu sebagai payung agar terhindar dari sinar matahari yang menyengat. Elina yang sibuk mencari kendaraan lewat tak menyadari jika sebuah mobil membunyikan klakson dihadapannya.
Pip! Pip! Pip!
Karena hampir jantungan, Elina meneriaki pengendara mobil tersebut. Mana bisa berkendara dengan seenaknya seperti ini. Apa orang didalam sana tidak tahu aturan.
"Matamu sudah buta ya… iya saya tahu kamu punya mobil mewah tapi nggak liat ada orang disini ngapain juga bunyiin klakson mu, menggangu pejalan kaki aja tahu!!" seru Elina menggedor jendela mobil tersebut sembari berkacak pinggang dengan percayaan dirinya kalau orang didalam sana pantas dimarahi, namun sesaat kemudian pria yang keluar dengan gagahnya menyunggingkan senyum devil kearahnya. Ekspresinya langsung berubah.
"Kamu!?"
"Ratuku, raja mu ini setia mengantar mu kemana saja."
"Hah!?"
"Kamu nggak salah dengar aku datang menjemput mu pulang sayang."
Beberapa orang disana yang melihat interaksi keduanya tidak dapat menahan tawa mereka. Elina yang merasa malu menarik paksa Damian menjauh.
"Kamu sedang mempermainkan ku hah! Pergilah aku tidak membutuhkan mu," cecar gadis itu penuh kekesalan.
Bukan pergi atau membalas ucapannya pria itu justru melakukan hal yang tak terduga.
Cup! Kecupan Damian membulatkan mata Elina. Otak pria itu terkena sesuatu atau habis tersetrum listrik kah? Permasalahan kelakuan Damian tidak boleh berlanjut. Ia yang hendak memberi pelajaran malah mendapat ciuman sekali lagi alhasil membuatnya membeku.
"…"
"Kamu tidak menolak ciuman ku berarti kamu menyimpan perasaan itu kan," ujar Damian.
Perasaan ambigu yang menjeratnya tiba-tiba membuat Elina tak dapat bertatap muka dengan Damian. Dia memilih menunduk diam. Jangan tanya kenapa ia berperilaku seperti ini dia juga tak tahu jawabannya.
"El, kamu malu kan menjawabnya tenang saja aku akan setia menunggu jawaban itu," sangka Damian seraya menggenggam kedua tangan Elina.
"Ku bilang lepaskan, kurang jelas aku tidak membutuhkan bantuan mu…" balas Elina menatap kesal ke Damian.
Damian tetap kekeh lelaki keras kepala itu dengan paksa membawa Elina ke mobil. Dia berbisik sebelum gadis itu mencoba meloloskan diri.
"Di mobilku ada Egi kamu tidak berpikir kalau dia bisa pergi jauh darimu kan?" bisiknya lebih tepat mengarah ke ancaman. Itu tidak sia-sia Elina seakan termakan omongannya gadis itu tidak lagi memberontak dan ikut bersamanya masuk ke mobil.
Didalam mobil Egi bersuara memanggil ibunya yang masih berpegangan tangan dengan ayahnya.
"Lepas tidak."
"Oh baiklah jangan marah disini kan anak kecil."
Damian berbalik melirik Egi di kaca spion seraya tersenyum lebar lalu, sekali mengedipkan sebelah mata. Sedang Egi membalasnya dengan mengacungkan jempol dua tangan kepadanya.
"Mama nggak baik loh marah sama orang yang berniat baik pada kita," ujar anak itu berlagak dewasa justru membangkitkan amarah sang ibu.
Elina menatap Egi sangat tajam seakan memberi peringatan untuk sang anak. Dia menghela nafas panjang. Kembali berkontak mata dengan lelaki disampingnya.
"Hanya sekali ini saja kamu mengantar kami awas kalau sampai melewati batas," ucapnya seperti bisik-bisik.
Seakan perkataannya tak dihiraukan Damian menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi membelah jalan ibukota disana. Pria itu dengan senyum miring dia membatin.
"Batas? Aku Damian tidak tahu aturan dan tidak ingin mematuhi perintah dari siapapun, ooh… sayang sekali istriku ini tidak mengetahui suami seperti apa aku ini, tidak akan lama baby kamu bakal tahu sifat asliku ini," batinnya seraya menyeringai kecil.
BERSAMBUNG…
Maaf selama ini selalu terlambat up nya😭🥺🙏
soalnya saya juga seorang siswa dan punya kewajiban disklh maupun di rumah🙏😥
Semoga cerita ini dapat menghibur semua pembaca salam hangat dari author receh ☺️
ninggalin jejak dulu ❤️